Maresto, Penyandang Disabilitas yang Hobi Main Wayang dan Ingin Jadi Bupati

Walau hanya hobi, Maresto memiliki 95 wayang dari orang tua dan hasil tabungannya

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2019, 18:18 WIB
Marseto Arya Tetuka, penyandang disabilitas Hiperaktif Implusif yang hobi bermain wayang. (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Penyandang disabilitas Hiperaktif Implusif bernama Marseto Arya Tetuka nampak asik bermain wayang di pertunjukan Festival Anak Berkebutuhan Khususi di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Jawa Timur.

"Babat Wonomarto, ini nama tokoh yang paling saya suka. Dia bisa membolak-balik gunung. Kalau nama kecil saya, Tetuka. Tetuka ini nama kecilnya gatot koco," ujar Marseto.

Sejak usia 3 tahun, Marseto yang tinggal di Kelurahan Singoturunan itu sudah mulai menyukai pertunjukkan wayang. VCD dan YouTube menjadi medianya dalam belajar wayang.

"Awalnya penasaran, dari bapak yang ngenalin, bapak pencinta wayang. Dalang yang saya sukai Ki Mantep Sudarsono dan Ki Anom Suroto," kata dia.

Selama belajar autodidak, Maresto mempunyai 95 wayang yang diberikan oleh orangtua dan hasil tabungannya sendiri.

Ketika ditanyakan soal cita-cita, Maresto mengaku dirinya ingin belajar dengan dalang profesional dan menjadi seorang bupati, meskipun ia seorang penyandang disabilitas.

"Kalau wayang buat hobi saja, tapi kalau cita-cita ingin jadi bupati, atau PNS lah," ungkap Maresto.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hiperaktif Implusif

Sebuah wayang golek dipajang saat Festival Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional, Jakarta (14/9/2015). Wayang golek di bandrol 400 ribu rupiah hingga jutaan rupiah. (Liputan6.com/ Gempur M Surya)

Ibunda Marseto, Hesti Agustina mengatakan, pada usia 3,5 tahun, sang anak sudah terdeteksi terkena penyakit Hiperaktif Implusif.

Berdasarkan keterangan psikologi, Hiperaktif Implusif membuat anak sulit dan labil dalam mengatur emosional. Saat kondisi lelah dan tegang, bisa seketika marah tidak terkendali.

"Langsung marah, ketika sedang capek," kata Hesti.

Penyakit itu juga membuat anak sulit konsentrasi saat kemarahannya tidak terkontrol. Dengan memberikan kesempatan sepenuhnya apa yang dia senangi adalah cara mengatasinya.

"Harus ditemukan apa yang disuka. Dan wayang yang dia sukai ini, seperti untuk menghilangkan kecemasan, kejemuhan. Kalau hari libur, saya biarkan dia main semalam suntuk. Tapi kalau besok sekolah sampai jam 10 malam maksimal," terang Hesti.

Reporter : Mohammad Ulil Albab

Sumber  : Merdeka.com

 

 

(Annisa Suryanie)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya