Wajib Kunjungi Wisata Sejarah di Surabaya, Ada Hotel hingga Museum

Salah satu cara menyenangkan untuk mempelajari sejarah adalah melakukan wisata sejarah. Berikut adalah empat tujuan wisata sejarah di Surabaya yang patut dikunjungi.

oleh Liputan Enam diperbarui 11 Okt 2019, 06:00 WIB
Saat pelajar SDN Tambaksari I saat mengunjungi museum WR Soepratman. (Totok/suarasurabaya.net)

Liputan6.com, Jakarta - Bicara tentang sejarah, tak hanya berhubungan dengan cerita panjang dalam buku. Sejarah dapat dipelajari dengan cara lebih menyenangkan. Salah satunya dengan wisata sejarah.

Bagi pecinta sejarah, Surabaya, Jawa Timur adalah tempat yang cocok dikunjungi. Sebagai Kota Pahlawan, banyak gedung-gedung berusia tua yang menyimpan banyak sejarah menarik.

Kota ini menyimpan banyak jejak sejarah para pahlawan dan tokoh nasional Indonesia. Bahkan terdapat kediaman tokoh nasional Indonesia yang hingga kini masih ada dan sekarang dibuka untuk umum.

Berikut ini adalah empat tujuan wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi di Surabaya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:

1. Museum WR Soepratman

Di museum ini tertuang sejarah kehidupan sang pencipta lagu Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman (WR Soepratman). Museum ini diresmikan bertepatan dengan Hari Pahlwan yakni 10 November. 

Terdapat foto-foto sejarah serta replika yang berhubungan dengan WR Soepratman. Mulai dari foto orang tua WR Soepratman, replika baju hingga replika biola yang dikenal selalu dibawa oleh pria kelahiran 09 Maret 1903 itu. 

Sebelum menjadi museum, tempat ini pernah menjadi lokasi WR Soepratman beraktivitas dan menciptakan banyak lagu.  Selain Indonesia Raya, WR Soepratman juga menciptakan banyak lagu lain, salha satunya RA Kartini.

2. Gedung Siola

Gedung Siola dikenal juga dengan Museum Surabaya. Di sini, terdapat banyak barang bersejarah yang berhubungan dengan perjalanan Kota Surabaya.

Sebelum menjadi museum, gedung ini sempat mengalami pengalihan fungsi beberapa kali. Pada 1945, saat Sekutu datang ke Kota Pahlawan, bangunan ini menjadi gedung pertahanan arek-arek Surabaya untuk menghindar dari serangan Sekutu. Hal ini membuat gedung ini disebut sebagai gedung perjuangan pemuda Surabaya

Kemudian, setelah kemerdekaan sudah dicapai oleh Indonesia, gedung ini berubah menjadi pusat perbelanjaan yang dinamakan “Toko Siola”. Nama ini diambil dari singkatan nama kongsi pemiliknya antara lain, Soemitro-Ing Wibisono-Ong-Liem-Ang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Hotel Majapahit

Hotel Majapahit menjelma menjadi hoel mewah bersejarah. Foto: (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

3. Hotel Majapahit

Hotel Majapahit bisa dibilang sebagai saksi bisu perekam peristiwa perobekan Bendera Belanda. Di tempat inilah terjadi perjuangan arek-arek Suroboyo membela Bangsa Indonesia.

Pada September 1945, Surabaya kedatangan orang-orang Inggris dan Belanda. Ketika Soekarno memerintahkan agar seluruh rakyatnya mengibarkan bendera Indonesia, orang Belanda justru mengibarkan bendera merah putih biru diatap Hotel Majapahit. Terjadilah perlawanan antara arek Suroboyo dan Belanda. 

Ditengah kejadian itu, salah satu pemuda naik ke atap hotel untuk merobek bendera Belanda hingga tersisa merah putih. Hingga kini, peristiwa tersebut selalu dirayakan setiap 19 September sebagai Hari Peringatan Peristiwa Perobekan Bendera.

4. Rumah HOS Tjokroaminoto

Rumah ini merupakan kediaman asli Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto bersama istri dan anak-anaknya. Masih banyak furnitur tempo dulu yang terpajang di sana seperti kursi tamu, meja, dan lain-lain.

Selain itu, rumah ini juga pernah didiami oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno. Saat Soekarno muda, Ia sempat mengabiskan waktu untuk belajar di Rumah Hos Tjokroaminoto. Selain Soekarno, terdapat beberapa murid lainnya yang belajar di sini juga. Terpajang beberapa foto yang pernah menjadi murid Hos Tjokroaminoto di bagian dalam rumah.

Di rumah inilah beberapa tokoh seperti, Bung Karno, Muso, Semaun, Kartosuwiryo saling berdiskusi, berdebat, dan belajar ilmu agama dari HOS Tjokroaminoto. Bangunan rumah yang khas jawa ini juga dilengkapi berbagai buku sejarah yang bisa dibaca untuk menambah wawasan pengunjung.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya