Benarkah Kurang Ibadah Sebabkan Orang Depresi?

Dokter mengatakan bahwa meskipun spiritualitas punya peran dalam kesehatan jiwa seseorang, namun faktor penyebab depresi bukan hanya itu

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 11 Okt 2019, 07:00 WIB
Illustrasi Foto Stress dan Depresi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa orang menganggap bahwa orang yang depresi dikarenakan karena kurang berdoa atau beribadah. Anggapan tersebut meski keliru, namun sesungguhnya juga tidak sepenuhnya salah karena spiritualitas juga mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa seseorang.

Spesialis kedokteran jiwa Agung Frijanto mengatakan setidaknya ada beberapa kondisi penyebab depresi. Mereka adalah secara genetik atau bawaan, psikososial, serta lemahnya spiritualitas

"Religi atau spiritualitas itu artinya dia tidak memahami makna kehidupan atau mempelajari spiritual yang tidak benar. Itu bisa memperburuk kondisi kesehatan jiwa," kata Agung di kantor Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, ditulis Kamis (10/10/2019).

Walau begitu, bukan berarti kurang ibadah atau jauh dari Tuhan bisa menjadi penyebab depresi. Semua faktor yang ada sesungguhnya saling terkait satu sama lain.

"Jadi faktor genetik, pola asuh, kepribadian juga berpengaruh. Jadi tidak jauh dari Tuhan, ya tidak (hanya itu)."

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Faktor Risiko Lainnya

Ilustrasi depresi. (iStockphoto)

Agung mengatakan, ketika seseorang memiliki perilaku dan sikap yang baik, sesungguhnya secara spiritualitas dia juga bisa dikatakan baik.

"Orang yang spiritualitasnya baik itu kan orang yang jujur, bertanggung jawab, itu manifestasi dari spiritualitas yang baik dan sehat," kata Agung usai temu media terkait Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2019.

Tidak hanya itu, Agung juga menyatakan bahwa faktor risiko depresi juga bisa muncul karena masalah psikososial dan genetik.

"Dalam ilmu medis ada faktor biologis. Faktor itu bisa bawaan, di mana dia memang sudah hormon-hormon, neurotransmitter bawaan di otak, memang punya kecenderungan depresi," ujar Agung yang juga sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa itu.

"Bisa juga faktor psikososial. Misalnya diasuh oleh orangtua yang mudah depresi juga, sehingga dia meneladani sikap-sikap orangtuanya dia. Sikap-sikap yang salah."

 


Cara Jaga Kesehatan Jiwa

Ilustrasi Meditasi (iStockphoto)

Seseorang sendiri baru bisa dikatakan sehat jika jiwa dan fisiknya juga sehat. "Dalam Undang-Undang Kesehatan dan Kesehatan Jiwa, yang namanya sehat itu sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual. Jadi tidak hanya fisik saja tapi juga secara mental dan spiritual," kata Agung.

Karena itu, untuk menjaga kesehatan jiwa, Agung menjelaskan beberapa strategi yang bisa dilakukan, khususnya bagi mereka yang masih sehat secara kejiwaan. Yang pertama adalah dengan memanajemen stres serta mencurahkan isi hati atau bicara dengan orang yang terdekat dan dipercaya.

Selain itu, terkait spiritualitas, beribadah atau berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing juga penting untuk dilakukan.

"Itu juga menenangkan. Dari efek medis, dia meningkatkan hormon-hormon serotonin untuk mencegah stres."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya