Jakarta Manchester United (MU) tidak kunjung bangkit sejak ditinggal pelatih legendaris, Sir Alex Ferguson. Bahkan MU selalu mendapatkan hasil minor dalam beberapa laga terakhir.
Pekan lalu, MU harus mengakui keunggulan Newcastle United dengan skor 0-1. Kekalahan atas The Magpies tersebut merupakan kekalahan ketiga Setan Merah selama musim ini.
Advertisement
MU tidak mampu meraih kemenangan dalam sebelas laga tandang terakhir. Raihan ini yang terburuk sejak musim 1989-90, saat Liga Inggris belum bernama Premier League.
Saat ini MU bercokol di posisi ke-12 klasemen Premier League dengan raihan sembilan poin. The Red Devils hanya terpaut dua poin dari tim penghuni zona merah.
Jika keterpurukan yang dialami tidak dapat diatasi, MU bisa saja mengakhiri musim di zona merah, atau terdegradasi ke EFL Championship musim depan.
Lantas, apa saja alasan yang dapat menghantarkan MU ke pintu gerbang degradasi musim depan? Berikut beberapa alasan MU bisa terdegradasi ke EFL Championship musim depan:
Rentetan hasil minor yang tak berujung
Sejak Ole Gunnar Solskjaer menandatangani kontrak sebagai manajer permanen, Manchester United meraih 14 kali kemenangan, dua kali hasil imbang, tiga kali kekalahan di semua kompetisi. Dengan presentase kemenangan yang mencapai 74 persen membuat orang beranggapan Solskjaer adalah sosok yang tepat menangani Setan Merah.
Namun, hal tersebut salah. Manchester United mengalami kemunduran sejak Solskjaer menandatangani kontrak sebagai manajer permanen.
Solskjaer melalui 21 pertandingan bersama Manchester United dengan enam kali kemenangan, enam kali hasil imbang, dan sembilan kali menelan kekalahan di semua kompetisi. Solskjaer memberikan kekalahan lebih besar dengan presentase 43 persen.
Advertisement
Taktik yang monoton
Solskjaer menampilkan permainan yang monoton ketika membesut Manchester United. Permainan Setan Merah hanya mengandalkan dari sisi sayap saja tanpa adanya kreativitas di posisi gelandang serang.
Umpan-umpan yang diberikan dari sisi sayap tidak dapat dimanfaatkan dengan baik karena Manchester United tidak memiliki striker utama setelah kepergian Romelu Lukaku ke Inter Milan.
Masalah di lini serang
Musim lalu, Manchester United memiliki masalah di lini pertahanan. Setan merah telah memperbaiki lini pertahanan dengan mendatangkan Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka musim panas ini.
Musim ini, Manchester United memiliki masalah yang lebih kompleks. The Red Devils mengalami masalah pada lini serang. Setelah kemenangan 4-0 atas Chelsea di pekan pembuka liga, Manchester United tidak pernah mencetak lebih dari dua gol perlaganya.
Marcus Rashford yang ditempatkan sebagai striker utama tidak dapat menunjukan performa impresif. Sementara itu, Mason Greenwood dinilai masih terlalu muda dalam menanggung beban sebagai striker utama.
Disadur dari Bola.com (Penulis Ario Yosia, Editor Ario Yosia, published 10/10/2019).
Advertisement
Tidak punya sosok pemimpin
Manchester United saat ini tidak memiliki sosok pemimpin sejak kepergian Wayne Rooney dan Zlatan Ibrahimovic yang pergi dari Old Trafford dan Michael Carrick yang pensiun sebagai pemain sepak bola. Sebagai pemain yang cukup senior di kubu Setan Merah, David de Gea dan Paul Pogba masih belum bisa memimpin skuat.
Sedangkan kapten Manchester United saat ini, Ashley Young masih tampil tidak konsisten. Sosok pemimpin seperti Roy Keane atau Eric Cantona sangat diperlukan Manchester United untuk mengembalikan stastusnya sebagai tim besar di Inggris, bahkan Eropa. (Tegar Juel)