Penerbangan Terganggu, Kapal Jadi Transportasi Alternatif di Morotai

Salah satu bandar udara yang menghentikan kegiatan penerbangan akibat erupsi Gunung Dukono adalah Bandara Pitu di Kabupaten Pulau Morotai.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Okt 2019, 13:00 WIB
Transportasi laut jadi moda transportasi alternatif di Morotai saat penerbangan terganggu erupsi.

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas penerbangan di beberapa bandara di Maluku Utara pada Kamis ini terganggu akibat erupsi Gunung Dukono di Halmahera Utara. Erupsi tersebut menyemburkan abu vulkanik sehingga berdampak kepada pembatalan penerbangan karena dianggap membahayakan.

Salah satu bandar udara yang menghentikan kegiatan penerbangan akibat erupsi tersebut yakni Bandara Pitu di Kabupaten Pulau Morotai.

Dengan penghentian kegiatan penerbangan tersebut, transportasi laut jadi satu-satunya jalur alternatif untuk bisa keluar dari wilayah yang digadang-gadang bakal menjadi Bali Baru tersebut.

Namun memang ada konsekuensinya. Waktu tempuh pun jadi berlipat-lipat lebih lama. Jika menggunakan pesawat, waktu yang dibutuhkan dari Mototai ke Ternate hanya sekitar 45 menit. Sedangkan jika menggunakan kapal laut bisa mencapai berjam-jam. 

Alternatif pertama yakni dengan sambung transportasi laut-darat-laut. Upaya itu bisa dilakukan jika yang bersangkutan rela merogoh kocek pribadi untuk menyewa kapal speedboat dan mobil rental.

Petugas Aviation Security (Avsec) Bandara Pitu Muhammad Hatta mengatakan, solusi alternatif tersebut dapat dicapai dengan menempuh rute Morotai-Tobelo-Sofifi-Ternate.

"Kalau naik laut pakai speedboat ke Tobelo, abis itu lintas (darat) ke Sofifi. Dari Sofifi naik speedboat lagi ke Ternate," papar dia kepada Liputan6.com, Kamis (10/10/2019).

Untuk waktu tempuh, ia memperkirakan, rute alternatif tersebut bisa dicapai kurang lebih sekitar 5 jam.

"Kalau dari Morotai-Tobelo 1,5 jam naik speedboat. Kalau Tobelo-Sofifi perkiraan sekitar 3 jam. Dari Sofifi ke Ternate paling 30 menit," sambungnya.

Upaya berikutnya, Hatta melanjutkan, yakni dengan naik kapal laut yang diperuntukan untuk publik. Namun, ia mengingatkan, transportasi umum itu tersedia terbatas setiap pekannya.

"Kalau malam ada yang sekitar jam 6, ada yang jam 9. Tapi dia per minggunya cuman 3 kali kalau yang kapal laut malam," tukas Hatta.


Gunung Dukono Erupsi, Penerbangan di Maluku Utara Terganggu

Ilustrasi pesawat (iStock)

Untuk diketahui, aktivitas penerbangan di beberapa bandara di Maluku Utara pada Kamis ini terganggu akibat erupsi Gunung Dukono di Halmahera Utara yang menyemburkan abu vulkanik.

Beberapa lapangan udara yang menghentikan kegiatan penerbangan tersebut antara lain Bandara Gamarmalamo Galela dan Bandara KuabangKao di Pulau Halmahera, serta Bandara Pitu di Pulau Morotai.

Kepala Unit (Kanit) Aviation Security (Avsec) Bandara Pitu Rusdi Slamet mengatakan, pihaknya telah mendapat Notice To Airmen (NOTAM) untuk menyetop layanan penerbangan sementara waktu.

"Hari ini mungkin belum bisa dapat kepastian dari maskapai, karena informasi dari maskapai NOTAM-nya sudah keluar," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Bandara Pitu, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Kamis (10/10/2019).

"Kalau informasinya mereka bilang kita lagi nunggu, stand by, maka kita stand by," dia menegaskan.


Masyarakat Sudah Biasa

Petugas Basarnas meninjau gunung Tangkuban Perahu sehari setelah erupsi di Subang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (27/7/2019). PVMBG menyatakan berdasarkan analisis, Gunung Tangkuban Parahu masih berpotensi erupsi dengan masih terekamnya tremor berkelanjutan. (AFP Photo/Timur Matahari)

Masyarakat Maluku Utara sendiri terlihat sudah akrab dengan aktivitas alam seperti ini. Selain erupsi gunung merapi, warga lokal juga telah terbiasa dengan adanya goyangan bumi atau gempa.

Lebih lanjut, Rusdi mengabarkan, ada satu penerbangan dengan rute Morotai-Ternate-Manado yang harus dibatalkan. Dia memperkirakan, penerbangan itu baru bisa dibuka kembali pada pukul 11.00 WIT Jumat besok.

Tak hanya di Pulau Morotai, ia menyampaikan, kegiatan penerbangan di dua lapangan udara di Pulau Halmahera juga harus dihentikan sementara.

"Kalau di Halmahera Utara ada di (Bandara) Gamarmalamo Galela. Ada (Bandara) KuabangKao juga. Tapi kita belum tahu Kuabangkao, karena kita cuaca ini cuaca alam. Jadi posisi angin ke mana kita belum tahu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya