Liputan6.com, Jakarta Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani mengaku tidak bisa memprediksi dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China bagi dunia usaha. Gesekan kedua negara tersebut tidak bisa dipastikan dan masih akan terus terjadi.
"Kita kan gak bisa prediksi kepastiannya kita belum tahu. Tapi kan kita bisa ambil asumsi dari analisa-analisa asumsi yang ada," kata dia saat ditemui di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dengan ketidakpastian dari kedua negara tersebut, Rosan berharap pemerintah terus berkomunikasi dengan baik kepada pengusaha. Sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam menangkal perang dagang ini bisa didorong dunia usaha.
"Karena perekonomian kan dinamis naik turun. Jadi pertemuan masukkan secara reguler jadi hal yang sangat penting. Jadi menurut saya itu yang diperlukan," jelas dia.
Seperti diketahui, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China nampaknya makin memanas. Kedua negara mulai saling menerapkan tarif-tarif tambahan terhadap komoditas yang sudah berlaku efektif sejak awal September 2019 lalu.
Pemerintah Trump mulai menerapkan tarif 15 persen terhadap impor barang dari China senilai lebih dari USD 125 miliar (sekitar Rp 1,7 kuadriliun), termasuk pada pengeras suara canggih, pengeras suara praktis Bluetooth dan banyak jenis alas kaki.
Sebagai balasan, Beijing mengenakan tarif 5 persen atas minyak mentah AS mulai 1 September. Inilah pertama kalinya minyak AS dikenai tarif sejak kedua negara perekonomian terbesar dunia itu mulai melancarkan perang dagang lebih dari satu tahun lalu.
Presiden AS Donald Trump bulan lalu mengatakan ia akan meningkatkan tarif 5 persen senilai 550 miliar dolar (sekitar Rp7,8 kuadriliun) atas impor barang-barang dari China setelah Beijing mengumumkan tarif pembalasannya terhadap barang-barang AS.
Tarif 15 persen oleh AS atas telepon seluler, komputer jinjing, mainan dan pakaian akan mulai berlaku pada 15 Desember.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Optimisme Kesepakatan AS-China Dorong Penguatan Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis ini.
Mengutip Bloomberg, Kamis (10/10/2019), rupiah dibuka di angka 14.179 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.172 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah menguat ke 14.149 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.142 per dolar AS hingga 14.180 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,65 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.157 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.182 per dolar AS.
Baca Juga
Nilai tukar rupiah bergerak menguat seiring optimisme pasar terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Optimisme pasar kembali terhadap potensi kesepakatan perjanjian dagang AS dan China, setelah Bloomberg melaporkan pejabat China akan menerima partial trade deal kalau tarif yang tinggi tetap diberlakukan," kata Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dikutip dari Antara.
China juga menawarkan untuk membeli produk-produk pertanian AS dengan jumlah yang lebih besar. Mulai 10-11 Oktober ini, pejabat tinggi kedua negara akan membahas kesepakatan dagang ini.
"Investor memfaktorkan optimisme ini di tengah kemungkinan The Fed masih belum solid dalam keputusan suku bunganya pada pertemuan 29-20 Oktober ini," ujar Lana
Sebagian besar pejabat tinggi The Fed menilai penurunan suku bunga ini diperlukan, tetapi jumlah pejabat The Fed yang menolak penurunan tersebut meningkat.
Lana memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 14.150 per dolar AS hingga 14.170 per dolar AS.
Advertisement