Mengurai Sejarah Kerajaan Cirebon dalam Petak Museum Kacirebonan

Ruangan yang dijadikan Museum Kacirebonan kecil dan tidak semua benda koleksi keraton bisa dipamerkan serta pola penataan yang masih konvensional.

oleh Panji Prayitno diperbarui 11 Okt 2019, 00:00 WIB
Sejumlah koleksi benda kuno tersimpan di salah satu ruangan dalem Keraton Kacirebonan diubah menjadi museum. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Keberadaan keraton di Cirebon tak hanya menyimpan cerita sejarah hingga warisan tradisi. Sejumlah benda-benda kuno peninggalan kerajaan Cirebon juga tersimpan di sebuah museum keraton.

Salah satunya di Keraton Kacirebonan Cirebon Jawa Barat. Museum Kacirebonan menyatu dengan keraton yang menjadi tempat tinggal sultan dan keluarganya hingga saat ini.

Sekilas tampak seperti bangunan keraton biasa dengan ornamen bernuansa Cirebon. Namun jika ditelusuri ke dalam terdapat benda peninggalan keraton Kacirebonan yang tersimpan dalam beberapa ruangan khusus.

"Iya museum kami menyatu dengan keraton karena tidak ada tempat untuk membuat bangunan sendiri seperti museum pada umumnya," ujar Kepala Unit Cagar Budaya Keraton Kacirebonan Elang Iyan Arifudin, Kamis (10/10/2019).

Elang Iyan menyebutkan, di Keraton Kacirebonan terdapat 4 ruangan yang dibuat khusus menyimpan benda peninggalan nenek moyang, yakni ruangan prabayaksa, ruang seketeng, ruang gamelan sekaten dan ruang pungkuran.

Beberapa benda kuno di Museum Keraton Kacirebonan tersebut disimpan menyesuaikan ruangan yang ada. Mulai dari gamelan, naskah kuno, senjata prajurit, baju kebesaran sultan hingga benda kecil yang digunakan untuk menjalankan tradisi dan ritual keraton.

"Konon perang kedongdong ini lebih lama dibandingkan perang Diponegoro tahun 1825 sampai 1830. Di dalam ruangan gamelan juga ada foto kegiatan keraton dulu sampai naskah kuno totalnya ada 7 naskah," sebut dia.

Dia mengatakan, alih fungsi ruangan keraton menjadi museum sejak tahun 1999. Pengelola menyadari Keraton Kacirebonan menjadi salah satu sumber sejarah panjang perkembangan Cirebon.


Paket Wisata

Penampakan dalem Keraton Kacirebonan yang sebagian ruangannya diubah menjadi Museum koleksi keraton. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Oleh karena itu, untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, sultan Kacirebonan memutuskan menggunakan beberapa ruangan menjadi muesum.

Namun, seiring dengan waktu berjalan, museum Keraton Kacirebonan tak mengalami perubahan signifikan. Elang Iyan mengaku, selama ini Museum Keraton Kacirebonan dikelola secara swadaya bersama keluarga keraton, abdi dalem, dan kompepar.

"Perhatian pemerintah ada tapi hanya sebatas menggugurkan kewajibannya saja. Padahal, kita juga butuh berkelanjutan agar kondisi museum menjadi lebih baik," sebut dia.

Dia mengaku pengelola cagar budaya dan keluarga keraton tidak bisa berbuat banyak untuk mengembangkan museum. Pengelola mengandalkan tiket masuk, toilet umum dan sumbangan dari Sultan Keraton Kacirebonan.

Bahkan, kata dia, pengelola juga membuat paket wisata kunjungan ke Keraton Kacirebonan. Seperti interaksi hingga makan bersama dengan Sultan Kacirebonan.

"Salah satu hasilnya ya untuk perawatan museum. Benda koleksi kami juga butuh perawatan dan itu menggunakan ritual yang sudah menjadi tradisi," kata dia.


Asal Usul

Bangsal Prabayaksa Keraton Kacirebonan menjadi pintu masuk ke Museum Kacirebonan. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Berdasarkan data historis, Keraton Kacirebonan dianggap sebagai keraton termuda di antara dua keraton lainnya yakni Kanoman dan Kasepuhan.

Terbentuknya Keraton Kacirebonan berawal dari penolakan Putera Mahkota Kasultanan Kanoman Pangeran Raja Kanonam ke V Sultan Amiril Mukminin Hairudin 2 tinggal di kediamannya.

"Sultan Kanoman ke V menolak tinggal karena saat itu keraton masih ada kooperatif dengan VOC sehingga memilih keluar. Tapi keinginan Sultan keluar dari keraton tidak diindahkan sehingga beliau ditangkap dan diasingkan di Batavia," kata dia.

Seiring berjalannya waktu, Sultan Amiril Mukminin Hairudin kembali diasingkan ke Benteng Viktoria di Ambon pada tahun 1790. Masyarakat Cirebon hingga keluarga Keraton Kanoman tidak menerima perihal pengasingan yang dilakukan terhadap Sultan Amiril Mukminin Hairudin 2.

Perlawanan tersebut memicu adanya perang besar antara Cirebon dan VOC. Pada tahun 1790 sampai 1800 terjadi perang besar antara santri Cirebon dan VOC di Desa Kedongdong Cirebon.

"Orang Cirebon menamakannya perang santri atau perang kedongdong. Peristiwa pengasingan itu adalah salah satu pemicu perang besar Cirebon," ujar dia.

Perang Kedongdong tersebut membuat VOC kalah dan rugi hingga 6.000 gulgen atau lebih. Singkat cerita, Sultan Kanoman ke 5 dikembalikan VOC dengan selamat ke Cirebon.

"Bersama Garwa Dalem Ratu Raja Lasmining Putri membuat tempat ibadah tahun 1797 dan beberapa tahun kemudian mendirikan Kasultanan Kacirebonan dengan Sultan Pertama Pangeran Raja Kanpman Sultan Amiril Mukminin Hairudin 2," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya