Cerita Puteri Cantik Berkerudung Putih 'Penghuni' Museum Kacirebonan

Cerita sosok putri cantik berkerudung putih di dekat Gamelan Denggung Museum Kacirebonan tersebut hanya terlihat oleh pengunjung yang memiliki kemampuan melihat makhluk gaib.

oleh Panji Prayitno diperbarui 11 Okt 2019, 02:00 WIB
Gamelan Denggung merupakan alat musik tradisional milik Keraton Kacirebonan. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Museum peninggalan benda kuno koleksi keraton di Cirebon hanya mengisahkan cerita sejarah nenek moyang.

Sejumlah pengalaman mistis kerap dialami wisatawan saat memasuki museum Keraton Kacirebonan. Kepala Unit Cagar Budaya Keraton Kacirebonan Elang Iyan Arifudin mengaku sering mendapat cerita dari pengunjung yang melihat salah satu benda koleksi di Museum Keraton Kacirebonan.

"Gamelan Denggung selain ceritanya fenomenal banyak pengunjung yang memiliki kelebihan atau indigo mengaku melihat sosok putri menggunakan kerudung putih sampai mereka tidak mau masuk ruang gamelan," kata Elang Iyan, Kamis (10/10/2019).

Gamelan Denggung Kacirebonan merupakan salah satu koleksi benda pusaka Keraton Kacirebonan. Gamelan tersebut berusia sekitar 400 tahun dan ditabuh saat musim kemarau pada zaman dahulu.

Sementara itu, kata dia, sejumlah sesepuh di Keraton Kacirebonan meyakini sosok yang menampakkan diri ke beberapa pengunjung Museum Kacirebonan itu adalah Ratu Raja Lasminingpuri.

"Itu cerita tamu yang datang dan bukan satu dua yang bilang begitu tapi tidak bahaya," kata dia.

Sosok Ratu Raja Lasminingpuri merupakan permaisuri dari Sultan Kacirebonan pertama. Penampakan Ratu Raja Lasminingpuri, kata Elang Iyan hanya ingin berkenalan dengan tamu yang dianggap ingin tahu sejarah.

"Pada prinsipnya beliau baik dan peduli atas silaturahmi pengunjung yang datang ke Kacirebonan ini," sambung Elang Iyan.


Pemanggil Hujan

Gamelan Denggung merupakan alat musik tradisional milik Keraton Kacirebonan. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Budayawan Cirebon Bambang Irianto menjelaskan, Gamelan Denggung dibunyikan saat masyarakat Cirebon dilanda kesedihan. Dia menjelaskan, Gamelan Denggung berasal dari kata Mandeng Sing Agung.

Artinya, dalam semua kehidupan, hanya memandang dan memohon kepada sang pencipta yakni Allah SWT bukan kepada yang lain. Gamelan Denggung mengajarkan manusia untuk mengamalkan Ilmu Tauhid atau pelajaran ilmu rasa.

"Kesedihan itu seperti musim paceklik, kekeringan panjang, wabah penyakit, dan peristiwa alam lain yang berdampak pada masyarakat di Cirebon maupun Indonesia,"

Dia mencontohkan, pernah waktu zaman nenek moyang Cirebon mengalami kekeringan panjang, paceklik, hingga tidak ada air. Saat itu, Keraton Kacirebonan mengumpulkan masyarakat dengan membunyikan Gamelan Denggung.

Setelah berkumpul di lapangan, masyarakat melaksanakan Salat Istisqo atau salat meminta hujan. Atas karunia Allah dan doa yang tulus dari masyarakat maka doa dikabulkan dan hujan pun turun.

"Mohon maaf kami di sini gamelan ini jadi inspirasi bagi gamelan Sunda yang namanya Denggung," ujar dia.

Sejauh ini, kata Bambang, masyarakat memandang Gamelan Denggung salah satu alat musik tradisional yang berfungsi sebagai media untuk mendatangkan hujan.

Namun, pada hakikatnya, alat musik ini merupakan suatu gamelan yang penuh makna simbolik. Yakni harus Mandeng Sing Agung dalam setiap menghadapi persoalan di ruang sosial.

"Gamelan ini ditabuh bukan oleh sembarang orang. Yang menabuh harus orang-orang yang bersih seperti Sunan Gunung Jati salah satunya," ujar Bambang.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya