Tim Pemugaran DKI: Renovasi Rumah Gubernur Tak Harus Pakai Kayu Jati

Ketua Tim Sidang Pemugaran DKI Jakarta Ahli Cagar Budaya, Bambang Eryudhawan menyatakan untuk bagian atap dalam rencana renovasi rumah dinas Gubernur DKI Jakarta tak perlu harus kayu jati.

oleh Ika Defianti diperbarui 11 Okt 2019, 08:47 WIB
Suasana Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta di kawasan Taman Suropati, Jakarta, Senin (7/10/2019). Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta direncanakan akan direhabilitasi lagi dengan usul anggaran sebesar Rp 2,42 miliar. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Sidang Pemugaran DKI Jakarta Ahli Cagar Budaya, Bambang Eryudhawan menyatakan untuk bagian atap dalam rencana renovasi rumah dinas Gubernur DKI Jakarta tak perlu harus kayu jati.

"Enggak perlu diganti kayu jati enggak apa-apa, pakai aja baja, kan enggak keliatan," kata Bambang saat dihubungi, Kamis (10/10/2019).

Dia menilai baja juga termasuk salah satu material yang tahan lama dan kuat. Hal terpenting bila terdapat kerusakan dan perlu ada perbaikan harus tetap sama seperti aslinya.

Sementara itu, Bambang mengaku belum berdiskusi dengan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang mengenai rencana renovasi rumah dinas gubernur itu.

"Mudah-mudahan ini Cipta Karya sudah melakukan penelitian yang benar, dan mudah-mudahan juga anggarannya cocok. Sehingga konsultan yang dipilih juga ngerti, dan pelaksanaanya juga nanti oke," jelasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Anggaran Paling Besar adalah Penggunaan Kayu Jati

Sebelumnya, alokasi terbesar anggaran perbaikan rumah dinas Gubernur DKI Jakarta yaitu penggunaan kayu untuk bagian atap. Mengingat bagian atap sudah mulai keropos.

"Atap itu memang paling mahal. Rangka atap paling besar kita perbaiki," kata Dinas Cipta, Pertanahan dan Tata Ruang, Heru.

Dia menyebut saran dari tim pemugaran cagar budaya, jenis kayu yang digunakan untuk renovasi setidaknya mendekati kayu jati asli. Akan tetapi harga kayu tersebut tidaklah murah, sehingga dapat membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Karena hal itu, Heru menyebut untuk bagian atap harus dilakukan pembongkaran dan dipasang dengan kayu baru.

"Kalau tim pemugaran itu sarannya mendekati material yang sama. Harganya memang mahal," ucapnya.

Selain untuk kayu untuk atap, Heru menyebut terdapat sejumlah komponen dengan besaran anggaran yang bervariasi. Seperti biaya pekerjaan sampai ongkos tukang bangunannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya