Roberto Carlos Ungkap Sisi Gelap Era Los Galacticos di Real Madrid

Roberto Carlos mengatakan pemain-pemain di era Los Galacticos bisa bersikap sesuka hati. Pelatih yang melarang mereka tak akan bertahan lama di Real Madrid.

oleh Defri Saefullah diperbarui 11 Okt 2019, 19:40 WIB
Roberto Carlos cukup lama membela Real Madrid dan merasakan era Los Galacticos (AFP/Philippe Desmazes)

Liputan6.com, Madrid- Era Los Galacticos menjadi salah satu momen mewah yang pernah dimiliki Real Madrid. Pada era 2000-an itu, Madrid memboyong hampir seluruh bintang dunia yang menonjol permainannya.

Los Galacticos terkenal di era Presiden Florentino Perez berkuasa di Real Madrid. Hingga kini, Perez masih memimpin Real Madrid meski ambisinya untuk boyong pemain bintang tak sekencang di masa lalu.

Salah satu bintang dunia yang berhasil diboyong Real Madrid yaitu Roberto Carlos. Bek asal Brasil ini pun menceritakan sisi kelas saat Los Galacticos masih berkuasa di Madrid.

Dia mengatakan pemain bintang bisa berbuat sesuka hati di Real Madrid. Dia bahkan terang-terangan mengungkapkan pemain bintang pula yang membuat dua pelatih dipecat lebih cepat.

Pemain bintang Real Madrid di era itu punya kebiasaan seperti menyiapkan bir dan anggur satu malam sebelum pertandingan. Dua minuman ini tersedia saat makan malam. Namun ada pelatih yang melarangnya, dan sang pelatih harus angkat koper lebih cepat gara-gara itu.

 

 


Sisi Gelap

Mantan Pemain Real Madrid Roberto Carlos dan istrinya Mariana Luccon berpose saat tiba di gereja menghadiri upacara pernikahan bek Sergio Ramos dan Pilar Rubio di Katedral Seville, Spanyol (15/6/2019). (AFP Photo/Cristina Quicler)

Ada dua pelatih yang menjadi korban keegoisan pemain Real Madrid di era itu. Mereka adalah Jose Antonio Camacho dan Vanderlei Luxemburgo.

"Saya merindukan hari-hari sebelum pertandingan, konfrensi pers dan suasana ruang ganti sebelum laga," ujar Carlos kepada Canal 11.

Carlos mengatakan ada sekitar tujuh pemain yang berbuat semaunya saat membela Real Madrid. Dan pemain-pemain ini bisa memaksa pelatih keluar.

"Ruang ganti saat itu berbahaya. Kami selalu bersenang-senang dan akrab, kecuali saat ada Jose Antonio Camacho yang bertahan 10 hari sebagai pelatih," ujar Carlos menceritakan.

"Dia masuk ruang ganti dan ucapkan hai tanpa senyum sama sekali. Dia lalu bilang kami mulai berlatih pukul 7 pagi, padahal biasanya kami berlatih 10:30. Kami mencoba bilang kepadanya, tapi dia menolak untuk mendengar."

Sedangkan Luxemburgo dipecat Madrid karena tak membiarkan pemain untuk membawa bir dan anggur yang diminum usai pertandingan.

"Kami sudah bilang jangan larang itu karena di sini sudah terbiasa. Kalau tidak, dia akan dapat masalah. Dia hanya bertahan tiga bulan," kata Carlos.


Lebih Akrab

Carlos membandingkan nasib Camacho dan Vanderlei dengan Vicente del Bosque. Pelatih asal Spanyol itu berhasil lebih akrab dengan pemain ketimbang hanya memberi perintah.

"Del Bosque lebih seperti teman. Saat Anda jadi pemain bola, Anda tak butuh aturan. Pemain tahu apa yang harus dilakukan, dia percaya itu," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya