Liputan6.com, Jakarta - Cangkroengan Djoeang adalah acara mingguan yang rutin diadakan di Surabaya, Jawa Timur. Cangkroengan Djoeang digelar setiap Sabtu dan Minggu di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya.
Di acara ini, bermacam-macam kuliner tradisional dapat dijumpai. Para penjaja kuliner tersebut menjual produknya mengenakan pakaian tradisional dan pejuang. Sambil menikmati hidangan, pengunjung juga dapat "nobar" atau nonton bareng film perjuangan yang dipasang dalam acara.
Salah satu hidangan tradisional yang ditawarkan di Cangkrungan ada cendol, cincau hitam dan makanan khas lainnya. Biasanya cincau disajikan dengan gula merah, santan, dan kesegaran dari es batu.
Baca Juga
Advertisement
Dahulu, cincau hitam dibuat secara tradisional oleh ibu rumah tangga atau industri rumah tangga. Seiring berkembangnya zaman, minuman dengan tekstur lembut dan kenyal ini dapat ditemukan dalam berbagai kemasan. Kini cincau hitam dapat dijual dalam bentuk minuman instan atau pun seperti bubuk agar-agar.
Baik secara tradisional atau modern, cincau hitam menggunakan bahan dasar daun tanaman disebut Daun Janggelan (Mesona palustris). Tumbuhan dari genus Mesona banyak diproduksi di Tiongkok hingga Indochina.
Di Indonesia, daun janggelan banyak digunakan untuk menghasilkan cincau hitam. Selain menjadi bahan dasar hidangan, daun ini dapat bermanfaat juga sebagai bahan pengobatan.
Melansir dari kanal health Liputan6.com, daun janggelan bisa dipakai menjadi antibiotik. Klorofil yang terdapat dalam daun ini dapat membunuh berbagai jenis bakteri, virus, bahan makanan, dan obat-obatan.
Kandungan dalam klorofilnya mampu mengurangi zat-zat berbahaya yang memicu penyumbatan pembuluh darah. Klorofil pada daun janggelan juga mampu menetralisir racun yang terkandung dalam makanan laut, seperti cumi dan udang.
Daun janggelan juga mampu untuk meredakan demam tubuh. Daun hanya cukup direbus dengan air bersih dan diminum ketika hangat sebanyak dua kali sehari.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Manfaat Tanaman Lidah Mertua
Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sudah rutin menanam tanaman Lidah Mertua sejak 2014. Informasi berdasarkan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Pemkot Surabaya, sekitar 15 ribu tanaman Lidah Mertua yang tumbuh di Surabaya hingga 2019.
Jenis lidah mertua yang ditanam di Kota Pahlawan adalah Lidah Mertua Varigata. Ciri khas dari jenis ini adalah dari warnanya yang kuning dan hijau. Selain itu, terdapat pula jenis Lidah Mertua Kodok. Jenis ini memiliki daun yang ukurannya lebih pendek.
Sejak 2014, Sansevieria ini sudah tersebar di Surabaya. Selama ini, Surabaya memasok tanaman Lidah Mertua dari daerah Malang dan Kediri. Mulai 2019, Pemkot Surabaya membudidayakan Lidah Mertua secara mandiri di Kebun Bibit, Surabaya.
Tanaman Lidah Mertua diniliai efektif dalam menyerap karbon. Tanaman ini sangat berpengaruh untuk menjaga kualitas udara di Surabaya.
Advertisement
Selanjutnya
Lidah mertua adalah tanaman hias yang populer dengan daunnya yang bergaris kuning. Lidah mertua termasuk tanaman berbunga dalam keluarga asparagus yang berasal dari Afrika.
Sanseviera ini memiliki banyak manfaat. Berikut Liputan6.com rangkum manfaat tanaman Lidah Mertua bagi udara dari banyak sumber:
1. Menghasilkan Banyak Oksigen
Salah satu tanaman yang dapat menghasilkan banyak oksigen adalah Tanaman Lidah Mertua. Tanaman ini memiliki banyak klorofil yang mendukung proses fotosintesis berlangsung lebih cepat.
Tanaman ini mampu melakukan proses metabolisme asam crassulacean, yang bisa “menukar” karbon dioksida dan oksigen. Proses ini hanya dapat dilakukan oleh sebagian kecil spesies tanaman yang ada di dunia.
Proses ini membuat oksigen yang sudah disimpan, akan dilepaskan saat stomata dibuka pada malam hari. Hal ini berbeda dengan kebanyakan tanaman yang terus menerus bertukar gas di siang hari.
2. Menghilangkan Racun
Tanaman Lidah Mertua dipercaya dapat menyerap berbagai racun yang ada di udara. Menurut Penelitian Udara Bersih NASA, Lidah Mertua memiliki kualitas yang sangat baik untuk melakukan penyaringan udara dalam ruangan.
Lidah Mertua dinyatakan dapat menghilangkan 4 dari 5 racun utama yang menyebabkan penyakit dalam ruangan. Tanaman ini mampu menyerap bahan beracun seperti formaldehid, benzana, dan trikhloroetana yang kurang baik untuk tubuh manusia.
Oleh karena itu, tanaman ini juga cocok diletakan di dalam ruangan. Namun, Lidah Mertua harus tetap mendapat asupan cahaya matahari dan air secara rutin.
3. Menyerap Radiasi
Selain mampu membasmi racun, Lidah Mertua juga bisa menyerap radiasi. Radiasi yang biasa ditemukan pada produk elektronik seperti, komputer dan televisi mampu diserap oleh tanaman hias ini.
Untuk memperoleh manfaat ini, tanaman Lidah Mertua bisa diletakkan di dekat barang-barang elektronik. Selain menyerap radiasi yang ada, tanaman ini juga menambah nilai estetika ruangan.
4. Pengharum Alami
Lidah Mertua memiliki aromanya yang khas. Aroma dari tanaman ini sangat cocok untuk menghilangkan bau tidak sedap misalnya di toilet atau dapur.
Selain itu, bunga dari Lidah Mertua juga menghasilkan aroma khas yang bisa menenangkan. Bunga pada Lidah Mertua ini akan mekar setiap sore hari. Untuk itu, selain menjadi pengharum, tanaman ini juga bisa dijadikan aromaterapi yang dinilai mampu meredakan stres.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)