Liputan6.com, Jakarta - Jawa Timur (Jatim) mulai alami hari tanpa bayangan atau kulminasi pada Jumat, 11 Oktober 2019. Jawa Timur akan alami hari tanpa bayangan selama lima hari terhitung sejak 11 Oktober 2019 hingga 15 Oktober 2019. Pada Jumat, 11 Oktober 2019, wilayah di Jawa Timur yang alami hari tanpa bayangan di Sumenep, Bangkalan dan Tuban.
Sedangkan pada Sabtu, 12 Oktober 2019, wilayah di Jawa Timur yang alami hari tanpa bayangan di Surabaya pada pukul 11:15:46 WIB, Pamekasan pada pukul 11:12:42 WIB, Sampang pada pukul 11:13:37 WIB, Sidoarjo pada pukul 11:15:45 WIB.
Selanjutnya wilayah lain yang alami hari tanpa bayangan di Gresik pada pukul 11:16:10 WIB, Lamongan pada pukul 11:16:58 WIB, Bojonegoro pada pukul 11:19:06 WIB, dan Ngawi pada pukul 11:20:51 WIB.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto mengatakan, kulminasi merupakan fenomena biasa. Setiap tahun juga alami kulminasi atau hari tanpa bayangan. Kulminasi ini saat posisi matahari tepat berada di atas kepala dan merupakan posisi terdekat. Adapun kulminasi ini merupakan kulminasi kedua yang akan terjadi di Jawa Timur pada pertengahan Oktober 2019.
Hari tanpa bayangan merupakan fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat. Fenomena itu disebut sebagai kulimasi utama.
“Akan tetapi sedikit imbauan yang bisa kami sampaikan, karena posisi matahari paling tinggi di atas langit akan tepat berasa di atas kepala pengamat, perlu diwaspadai potensi peningkatan suhu sekitar 0,5-1 derajat celsius dari normalnya yang berpotensi menyebabkan dehidrasi. Tetap menjaga kondisi dengan asupan air yang cukup bagi tubuh,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Alasan Surabaya Alami Suhu Lebih Panas
Sebelumnya, Surabaya, Jawa Timur salah satu wilayah yang terkenal dengan cuaca panasnya. Pada awal Oktober 2019, suhu di Surabaya mencapai 35 derajat celsius.
Prakirawan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Toni Setiawan menuturkan, suhu panas tersebut karena Surabaya masih masuk musim kemarau. Selain itu, kondisi posisi matahari juga berada di sebelah selatan sehingga lebih panas dari biasanya. Pada Oktober 2019 juga merupakan puncak musim kemarau.
"Sejak September matahari bergerak ke arah selatan. Daerah selatan Pontianak, Jawa, Sulawesi bagian selatan dan Kalimantan bagian selatan," ujar Toni, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 11 Oktober 2019.
Toni mengatakan, suhu di Surabaya maksimal 37 derajat celsius. Surabaya juga akan alami hari tanpa bayangan pada 12 Oktober 2019, pukul 11.15.46 WIB. Pada hari tanpa bayangan atau kulminasi itu, matahari tepat berada di atas kita. Hal ini juga membuat suhu di Surabaya akan lebih panas.
"Relatif panas 1-1,5 derajat celsius. Posisi matahari di atas kita, dan tidak ada bayangan," ujar dia.
Toni menuturkan, saat hadapi hari tanpa bayangan waspadai dehidrasi dan air tanah akan turun. “Oleh karena itu waktu tepat untuk penggalian sumur,” kata dia.
Advertisement