Cerita Akhir Pekan: Yang Perlu Diperhatikan Saat Berwisata Konservasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berwisata konservasi. Apa saja?

oleh Komarudin diperbarui 12 Okt 2019, 10:05 WIB
Feeding orangutan di Tanjung Harapan, Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah dan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT), serta sejumlah taman nasional lain yang juga menjadi destinasi wisata konservasi. Kawasan konservasi alam tersebut terbagi menjadi beberapa bentuk seperti: cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya.

Dua lokasi itu banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara (wisman) sebagai destinasi special interest. Jauh sebelum mengunjungi Tanjung Puting, para wisman lebih dulu mem-booking untuk ke sana.

"Setelah memesan, para tour operator mengontak kami. Jadi, ada pihak lain yang bertugas untuk mendampingi para wisatawan, bukan dari kami," ujar Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Helmi, kepada Liputan6.com, Jumat, 11 Oktobere 2019.

Helmi menyebutkan, TNTP sudah sangat terkenal di dunia internasional. Kunjungan wisman ke sana pun terus meningkat. Pada 2018 jumlah wisman yang berkunjung ke TNTP mencapai angka 18.834 orang, sedangkan domestik hanya 10.449 orang.

Peningkatan juga terjadi di Taman Nasional Komodo. Terhitung sejak 2014 sampai dengan 2018, jumlah wisatawan yang berkunjung melonjak dua kali lipat. Pada 2014 berjumlah 80 ribu orang, pada 2018 lebih dari 170 ribu orang.

Tak hanya sebagai kawasan konservasi, TNTP juga sebagai pendorong kemajuan, khususnya di Kabupaten Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Hal tersebut ditandai dengan tumbuhnya para pelaku pariwisata.

"Di sini banyak pelaku wisata dengan tumbuhnya himpunan-himpunan, seperti Himpunan Pramuwisata Indonesia. Pelaku wisata di TNTP kian meningkat, seperti pengelolaan perahu kelotok dan tenaga pemasak," kata Helmi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Yang Perlu Diperhatikan

Komodo berkeliaran di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT, Minggu (14/10). Pulau Rinca dapat dijangkau selama dua jam dari Labuan Bajo dengan menggunakan perahu kayu. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Meskipun mengalami peningkatan signifikan, perlu digaris bawahi pentingnya diversifikasi obyek wisata Taman Nasional Tanjung Puting untuk menjaga kondisi psikologis orangutan, seperti tak memberi makan binatang agar perilaku mereka tak berubah.

Perubahan perilaku yang dimaksud adalah binatang-binatang itu akan selalu minta makan pada pengunjung yang datang. Jika tidak diberi makan, maka mereka tidak segan untuk merebut tas, topi, kacamata, dan bawaan lain pengunjung.

Selain itu, wisatawan tak makan dan minum di depan orangutan untuk menghindari makanan dan minuman yang sedang dipegang direbut orangutan.  Pengunjung juga dilarang menyentuh dan mengganggu orangutan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

"Hal lain yang juga perlu dihindari adalah tak diperbolehkan mengambil foto orangutan dengan flash karena akan menggangu penglihatan orangutan," tandas Helmi.

Sementara untuk Taman Nasional Komodo, perlu mengikuti arahan dan instruksi ranger atau pemandu. Sebaiknya, wisatawan berjalan di belakang ranger saat melakukan short, medium, ataupun long trekking.

Dilansir dari komodotour.id, bagi pengunjung yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Pulau Komodo ada baiknya untuk menghindari saat musim hujan. Sebenarnya hal ini lebih kepada kenyamanan saat trekking. Sebab rute trekking akan basah dan becek sehingga kurang nyaman saat berada di sana. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya