Di Mata Teman Sekolah, Begini Sosok Istri Dandim Kendari yang Dicopot

Begini sosok Istri Dandim Kendari menurut teman seangkatan SMA-nya.

oleh Muhammad Fahrur Safi'i diperbarui 12 Okt 2019, 12:30 WIB
Postingan istri Dandim 1417 Kendari, sempat memancing reaksi netizen sebelum adanya sanksi hukum terhadap suaminya.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Jakarta Kolonel Kavaleri Hendi Suhendi yang menjabat sebagai Dandim 1417 Kendari, Sulawesi Tenggara, baru saja dicopot dari jabatannya. Padahal Dandim Kendari Kolonel Hendi ini baru menjabat selama 52 hari menjadi Komandan Kodim di Kota Kendari.

Penyebabnya lantaran istrinya yang bernama Irma Zulkifli Nasution, membuat unggahan di media sosial terkait penyerangan yang dialami Menkopolhukam Wiranto di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019). Dalam unggahan tersebut, istri Dandim Kendari ini menulis sebuah status dalam media sosial Facebooknya yang dinilai melanggar disiplin militer. Tak hanya dicopot dari jabatannya, namun mantan Dandim Kendari ini pun harus menjalani penahanan.

"Konsekuensinya kepada Kolonel HS, sudah saya tandatangani surat perintah melepas jabatan dan akan ditambah dengan hukuman disiplin militer berupa penahanan selama 14 hari kemudian penahanan ringan selama 14 hari," Ungkap KSAD Jenderal Andika Perkasa.

Sosok istri Kolonel Hendi ini pun mendadak jadi perbincangan hangat. Bahkan, salah satu teman SMA-nya ini turut mengunggah sosoknya yang dikenal semasa sekolah. Unggahan ini pun dibagikan oleh pemilik akun Facebook bernama Birgaldo Sinaga yang diunggah, Sabtu (12/10/2019).

Dalam unggahan ini pun ia menceritakan banyak kenangannya saat masih satu angkatan maupun saat masa reuni. Unggahan ini pun juga telah mendapat 3,6 ribu like dan 330 kali dibagikan. Berikut sosok istri Dandim Kendari yang Liputan6.com kutip dari Facebook Birgaldo Sinaga, Sabtu (12/10/2019).


Istri Dandim Kendari adalah alumni SMA Negeri 3 Medan

Irma Nasution (Sumber: Facebook/Birgaldo Sinaga)

Kisah cocok istri dari mantan Dandim Kendari, Irma Zulkifli Nasution, berasal dari teman seangkatannya saat Sekolah Menengah Akhir (SMA). Dikatahui dalam unggahan Birgaldo Sinaga, Irma Zulkifli Nasution adalah lulusan dari SMA 3 Medan angkatan 1990.

Awalnya Birgaldo Sinaga merasa sedikit familiar dengan namanya, apakah benar Irma yang dimaksud adalah teman seangkatannya. Namun setelah ditelusuri, memang benar saat ia mendapat informasi dari teman seangkatannya.

Ia pun merasa tak percaya apa yang terjadi terhadap Irma maupun suaminya yang seorang Dandim TNI. Ia menceritakan bahwa Irma adalah sosok yang gaul dan menjadi bintang waktu SMA dan tidak percaya dapat menulis unggahan seperti itu di media sosial.


Temannya pun seakan tak percaya dan turut prihatin

Postingan status istri Dandim 1417 Kendari di media sosial yang membuat suaminya dicopot dari jabatannya.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Birgaldo Sinaga mencoba mengingat kapan terakhir pertemuannya dengan Irma. Ternyata ia bertemu dengan Irma sekitar 9 tahun lalu saat ada Reuni Akbar Alumni SMA Negeri 3 Medan pada tahun 2010. Kala itu ia hadir begitu juga dengan Irma.

Irma dikenal dengan sosok yang ramah dan termasuk kembang angkatan pada waktu itu. Selain cantik, ia pun juga memiliki suara merdu dan pandai menyanyi.

Waktu acara reuni pun Irma menjadi penyanyi utama. Dengan penampilan modisnya ia pun bernyanyi untuk teman satu anggakatan.

"Dulu Irma kami kenal sosok yang jika bertutur kata2nya selalu terjaga. Ia lebih banyak mendengar dan tersenyum. Ia bisa membawa diri sebagai istri perwira. Tampilannya juga modis dan terbuka pada siapa saja," ungkapnya dalam unggahan di Facebook.

Usai reuni memang Birgaldo Sinaga dan Irma sudah tidak bertemu lagi sampai sekarang. Namun malah kabar buruk yang ia dengar. Birgaldo Sinaga yang teman satu angkatan merasa prihatin. Apalagi bukan hanya suaminya yang mendapat sanksi, namun Irma pun berurusan dengan UU ITE.


Unggahan teman satu angkatan istri Dandim Kendari yang dicopot

Begini sosok Irma Zulkifli Nasution di mata teman sekolahnya. Unggahan ini pun ramai dikomentari netizen.

 

IRMA NASUTION

Ketika berita seorang istri perwira bernama Irma Zulkifli Nasution viral, saya sempat terpikir apakah dia teman seangkatan SMA saya?

Saya mencoba masuk ke akun fesbuknya. Ternyata sudah ditutup.

Tadi malam kecurigaan saya itu terkonfirmasi dengan informasi dari teman seangkatan saya. Memang benar Irma Zulkifli Nasution adalah Irma Nasution anak alumni SMA 3 Medan angkatan 1990.

Alamakkk...mati anak ayam. Rasanya tidak percaya. Bagaimana mungkin Irma sosok anak yang gaul dan menjadi bintang waktu SMA bisa menulis status seperti itu?

Saya mencoba mengingat kapan terakhir bertemu dengannya.

Uppss. Tahun 2010. Waktu itu kami mengadakan Reuni Akbar Alumni Smantig Medan.

Saya hadir waktu itu. Irma juga hadir. Irma jurusan Biologi. Saya jurusan Fisika. Tapi waktu kelas 1 SMA, kelas kami bertetanggaan. Pacarnya kala itu ya teman sekelas saya. Hehehe.

Irma dikenal sebagai sosok yang ramah. Ia termasuk kembangnya angkatan stambuk kami. Maklum disamping cantik, ia juga pintar bernyanyi. Suaranya merdu.

Waktu acara reuni itu Irma kami dapuk sebagai penyanyi utama di panggung. Ia memimpin angkatan kami tampil menghibur tamu. Penampilannya waktu itu cukup modis. Dress code putih abu-abu dipadunya dengan rompi.

Ada 3 lagu yang kami nyanyikan. Lagu Chrisye, Kuburan Band dan Situmorang. Irma menguasai banyak lagu. Memang dia jago bernyanyi.

Usai reuni, saya tidak pernah ketemu lagi dengannya. Saya hanya dapat kabar karir suaminya semakin menanjak.

9 tahun kemudian, tepatnya hari ini saya dapat kabar tentang Irma. Bukan kabar baik. Tapi kabar buruk. Suaminya Dandim Kendari Kol Kav Hendi Suhendi dicopot dari jabatannya gegara postingan nyinyir istrinya. Sialnya Irma juga bakal berhadapan dengan hukum UU ITE. Postingannya membawa Irma dan suaminya ke masalah besar.

Apa yang terjadi?

People change. Orang berubah. Tidak ada yang statis di dunia ini.

Benda mati seperti pakaian misalnya akan berubah warnanya seiring waktu. Jika sering terkena panas akan cepat pudar warnanya

Manusia juga bisa berubah karakternya atau pikirannya. Jika terpapar lingkungan negativ maka kemungkinan besar pikiran negativ akan menguasai cara berpikirnya.

Itu sebabnya kata orang bijak, jauhi teman yang membawa ke dalam pikiran negativ. Orang pemalas. Orang pemabuk. Orang penjudi. Orang penipu. Orang radikal. Pokoknya yang aneh2 kudu dijauhi.

Dulu Irma kami kenal sosok yang jika bertutur kata2nya selalu terjaga. Ia lebih banyak mendengar dan tersenyum. Ia bisa membawa diri sebagai istri perwira. Tampilannya juga modis dan terbuka pada siapa saja.

Entah mengapa, Irma yang dulu saya kenal telah berubah. Berubah cara pikirnya menyikapi dinamika sosial politik. Padahal aturan baku disiplin militer sebagai istri perwira itu mengikatnya tidak boleh beropini sembarangan.

9 tahun lalu, kami merasakan aura ledakan rindu yang membuncah. Rindu akan masa-masa muda dulu yang sulit dilupakan.

Masa-masa yang paling indah saat sekumpulan anak anak remaja bersekolah. Bermain. Jatuh cinta pertama. Bahkan putus cinta.

Di atas panggung itu saya melihat semua melompat meski tak seirama. Ada gerakan tortor yang suka-suka. Ada joged yang amburadul berpadu dengan teriakan SITUMORANG yang membahana.

"Situmooorang..Situmooranggg..Situmooranggg..ala situ ala rudeee...."

Semuanya kami larut dalam kegembiraan yang sekian lama terpenjara oleh bingkai ruang dan waktu. Namanya kesibukan.

Kami benar-benar gila hingga para penonton terlihat senyum-senyum melihat kami seperti anak kecil mendapat boneka.

Melompat lompat, berjingkrak-jingkrak, berteriak bersorak memekikkan YESSS. Kegembiraan yang tersumbat 17 tahun lebih itu menjadi badai.

Badai yang menyapu panggung reuni tanpa rekayasa tanpa aturan. Semua bergerak sesuai hati dan perasaannya. Yang penting hepi, yang penting muda kembali.

Ahhh teman...saya lebih senang kamu menyenandungkan lagu Situmorang seperti waktu reuni kita dulu. Suaramu merdu. Gayamu gak kalah sama Yuni Shara.

Sayang sekali berita tentangmu berakhir duka. Bukan karena sifat aslimu yang kami kenal dulu baik, ramah dan hangat. Mungkin karena pergaulanmu kini sudah berbeda. Itu mempengaruhi caramu melihat realitas sosial.

Sebagai teman saya hanya bisa menyampaikan prihatin. Semoga ada hikmah di balik peristiwa ini. Setidaknya kini kamu tahu semakin tinggi karir kita, ujian dan cobaan itu akan semakin berat.

Pada akhirnya hidup ini bukan tentang apa yang ingin kita raih. Tapi tentang apa yang ingin kita bagikan.

Jika kebaikan yang kita bagi, kebaikanlah yang kita raih. Jika kata baik yang kita bagi, kata baik juga yang kita terima. Jika cinta yang kita bagi, maka cintalah yang kita terima.

Salam perjuangan penuh cinta

Birgaldo Sinaga

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya