Mastercard dan Visa Tinggalkan Mata Uang Digital Facebook

Kedua perusahaan besar bidang pembayaran itu mengumumkan bahwa mereka telah meninggalkan Asosiasi Libra.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 14 Okt 2019, 12:30 WIB
Libra, mata uang kripto milik Facebook yang ditolak di Eropa (Foto: Engadget)

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang digital milik Facebook, Libra, ditinggalkan oleh sejumlah perusahaan keuangan besar seperti Mastercard dan Visa.

Kedua perusahaan besar bidang pembayaran itu mengumumkan akan meninggalkan Asosiasi Libra.

Mengutip laman Reuters, Senin (14/10/2019), selain Mastercard dan Visa, perusahaan lain juga ikut meninggalkan Libra, yakni EBay Inc, Stripe Inc, dan perusahaan pembayaran Amerika Latin Mercado Pago.

Kelima perusahaan pembayaran ini bergabung dengan PayPal Holdings Inc yang telah lebih dahulu keluar dari asosiasi pekan lalu.

Kepergian sejumlah mitra dari asosiasi Libra ini lantaran regulator global terus menyuarakan kekhawatiran atas proyek Libra.

Keluarnya Mastercard cs dari Asosiasi Libra membuat asosiasi itu kini tak lagi memiliki rekan pembayaran besar yang tersisa sebagai anggota. Artinya, Libra tak bisa mengandalkan para pemain global untuk membantu konsumen mengubah mata uang mereka menjadi Libra dan memfasilitasi transaksi.

Kini, perusahaan yang masih jadi anggota Asosiasi Libra antara lain Lyft dan Vodafone, sejumlah perusahaan modal ventura, perusahaan telekomunikasi, blockchain, perusahaan teknologi, dan organisasi nonpemerintah.

"Visa memutuskan tidak bergabung dengan Asosiasi Libra untuk saat ini," kata Visa dalam pernyataan perusahaan.

Mereka menyebut akan mengevaluasi kondisi selanjutnya. "Keputusan kami akan ditentukan dari sejumlah faktor, termasuk kemampuan asosiasi untuk memenuhi keinginan regulator," kata Visa.


Ancaman Senator

Anak muda juga perlu tahu apa bedanya kartu kredit Visa dan MasterCard.

Tiga hari sebelumnya, Senator dari Partai Demokrat Sherrod Brown memperingatkan, kepada Visa, Mastercard, dan Stripe, "Ada sebuah proyek yang diramalkan akan meningkatkan aktivitas kriminal global."

Brown menyebut, jika Visa, Mastercard, dan Stripe ikut andil dalam Libra, ketiganya akan mendapatkan pengawasan tingkat tinggi dari regulator, tak hanya pada kegiatan pembayaran terkait Libra tetapi pada semua kegiatan.

Sementara itu, Head of Project Libra David Marcus yang dulunya merupakan mantan eksekutif PayPal mengakui, hengkangnya perusahaan pembayaran dari Asosiasi Libra bukanlah kabar baik dalam jangka pendek.

Kepala Kebijakan dan Komunikasi Libra Dante Disparte mengungkapkan, Libra akan terus maju dengan rencananya, meski ada sedikit kemunduran.

"Kami fokus untuk bergerak maju dan terus membangun asosiasi yang kuat dari beberapa perusahaan terkemuka di dunia, organisasi, dan pemangku kepentingan lainnya," kata Disparte dalam pernyataannya.

Ia menambahkan, meskipun susunan anggota asosiasi berubah tiap waktu, prinsip desain tata kelola dan teknologi Libra bersifat terbuka. Proyek ini memastikan jaringan pembayaran Libra akan tetap tangguh.


Tanda Tanya Tentang Privasi Libra

Mata uang digital Libra garapan Facebook

Sebelumnya, Facebook mengumumkan peluncuran mata uang digital Libra akan dilakukan Juni 2020, bermitra dengan anggota Asosiasi Libra lainnya.

Setelah itu, proyek Libra menghadapi pengawasan ketat dari regulator global. Regulator global mempertanyakan mengenai keamanan dan privasi mata uang digital milik Facebook.

Bulan lalu misalnya, Prancis dan Jerman berjanji untuk memblokir Libra dari operasinya di Eropa. Alih-alih mendukung Libra, kedua pemerintah negara ini mendukung pengembangan mata uang kripto publik.

US Federal Reserve Chairman Jerome Powell pun menyebut, libra tidak bisa maju sebelum membahas masalah privasi, pencucian uang, perlindungan konsumen, dan masalah stabilitas keuangan lainnya.

Di sisi lain, Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg dijadwalkan untuk mendiskusikan proyek Libra di hadapan US House Financial Service Committee pada 23 Oktober mendatang.

(Tin/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya