Liputan6.com, Roma - Awal tahun 1940-an menjadi masa di mana Perang Dunia II pecah antara Kubu Sekutu --yang dipimpin Amerika Serikat-- dengan kelompok Poros --yang dipimpin Nazi Jerman.
Uni Soviet, Inggris dan Tiongkok saat itu berada di pihak Sekutu. Sedangkan Jepang dan Italia mendukung Poros. Namun, keikutsertaan Italia dalam kubu Poros berakhir pada tahun 1943.
Tepat pada 13 Oktober 1943 atau 76 tahun silam, Italia kemudian mengobarkan perang melawan Jerman, mantan aliansinya. Demikian seperti dimuat History.com.
Diktator Benito Mussoloni, yang sebelumnya memimpin Italia, digulingkan pada 25 Juli 1943. Pemerintahan baru kemudian dikuasai Jenderal Pietro Badoglio atas permintaan Raja Victor Emanuel.
Italia saat itu dalam kondisi dikuasai Jerman dan juga diincar Amerika Serikat.
Baca Juga
Advertisement
Jenderal Badoglio ingin mengubah haluan, dari sebelumnya berteman dengan Poros Jerman menjadi aliansi Sekutu. Ia juga ingin menghentikan paham fasisme di Italia, sehingga memutuskan untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat.
Badoglio bernegosiasi dengan Presiden AS kala itu, Dwight D. Eisenhower dan menyatakan Italia menyerah tanpa syarat.
Sejak itulah, pasukan Sekutu mulai mendarat di Salerno, wilayah bagian selatan Italia untuk menggempur pasukan Jerman agar hengkang dari Italia.
Sebelumnya, Jerman menginvasi Italia hingga membuat Jenderal Badoglio mengungsi untuk sementara waktu di lokasi yang aman. Akan tetapi, Badoglio yang sudah disokong Sekutu menyerang balik.
Serangan balik dari Italia dan Sekutu terhadap Jerman tak begitu berdampak signifikan, meski terjadi perpecahan internal yang membuat gempuran ke Jerman tak sesuai perkiraan.
Operasi militer Sekutu untuk mengusir Jerman dari Italia dinilai lambat. Meski pada akhirnya, Sekutu berhasil memukul mundur Jerman pada Mei 1945.
Sementara itu, pada tanggal yang sama tahun 1923, sejarah membukukan bahwa Ankara menggantikan Istanbul sebagai ibu kota Turki.
Lalu, 13 Oktober 2016 tercatat sebagai momen wafatnya Bhumibol Adulyadej, Raja Thailand sejak 1946.