250 Juta Anak di Dunia Diprediksi Mengalami Obesitas Pada 2030

Indonesia masuk dalam 9 negara yang diprediksi memiliki anak berusia lima hingga 19 tahun yang mengalami obesitas tertinggi di 2030

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 13 Okt 2019, 15:00 WIB
Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Jumlah anak obesitas di dunia diprediksi mencapai 250 juta di tahun 2030 dibandingkan saat ini sekitar 150 juta. Sebuah laporan terbaru bahkan menyebutkan, salah satu penyebabnya adalah kegagalan pemerintah dalam melindungi anak dari pemasaran makanan cepat saji.

Laporan tersebut juga memprediksi hanya satu dari 10 negara yang berpeluang 50 persen memenuhi target Badan Kesehatan Dunia untuk mencapai angka nol peningkatan obesitas anak dari 2010 hingga 2025.

Dalam catatan bertajuk Childhood Obesity Atlas tersebut, peluang 156 dari 191 negara yang diteliti untuk mencapai target angka peningkatan nol hanya kurang dari 10 persen.

"Peningkatan tersebut menunjukkan kegagalan besar pemerinta untuk menghormati dan melindungi hak anak-anak kita untuk kesehatan yang baik," kata Donna Ryan, presiden World Obesity Federation seperti dilansir dari The Guardian pada Minggu (13/10/2019).

Meski beberapa negara memiliki tingkat obesitas rendah, namun lonjakannya akan tetap tinggi apabila tidak ada tindakan yang dilakukan. Selain itu, baik negara kaya atau miskin, semuanya tetap berpengaruh pada kesehatan masyarakatnya.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Indonesia Masuk Salah Satu yang Terbesar?

Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)

Dalam laporannya, federasi tersebut menemukan dua negara yang akan mengalami kenaikan jumlah anak dengan obesitas antara 2017 dan 2030. Mereka adalah Afrika Selatan (14,3 persen) dan Tiongkok (11,8 persen).

Sementara itu, sembilan negara diprediksi akan memiliki lebih dari 5 juta penduduk usia 5 sampai 19 tahun dengan obesitas di tahun 2030. Mereka adalah Tiongkok (62 juta), India (27,5 juta), Amerika Serikat (17 juta), Indonesia (9,1 juta), Brazil (7,7 juta), Mesir (6,8 juta), Meksiko (6,6 juta), Nigeria (6 juta), dan Pakistan (5,4 juta).

Tim Lobstein, salah satu penulis laporan menyatakan bahwa pemerintah di dunia bertindak sangat lambat bahkan ada yang tidak melakukan intervensi sama sekali. Salah satunya juga adanya penolakan keterlibatan terkait kepentingan komersil.

"Sedikit mirip seperti krisis iklim dan pemanasan global, kami melihat penolakan untuk melakukan intervensi di pasar bebas untuk meningkatkan kesehatan manusia dan planet ini.

Selain itu, menurut dokter anak dan kepala departemen kesehatan anak dan remaja di University of Sydney, Australia Louise Baur, mengatakan bahwa lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap meningkatnya obesitas pada anak. Mulai dari transportasi yang membuat kurang aktif hingga kebiasaan penggunaan komputer.

"Kita telah melihat lingkungan berubah. Lingkungan perkotaan telah kehilangan tempat berjalan dan ruang hijau. Mobil berkuasa," kata Baur.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya