Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kepolisian Malaysia saat ini sedang berusaha untuk membawa pulang 40 warga negaranya yang ingin kembali, setelah ditahan atas dugaan terorisme di Suriah.
"Total 40 dari 65 warga Malaysia yang ditahan di Suriah telah menghubungi kami dan memberi tahu kami bahwa mereka ingin pulang. Kami berharap jumlah mereka yang ingin kembali naik dari waktu ke waktu," ujar Kepala Divisi Pencegahan Terorisme Cabang Khusus (Aman) Cabang Bukit Aman, Datuk Ayob Khan Mydin Pitchay mengatakan pada Sabtu, 12 Oktober 2019.
"Kami telah memperoleh informasi bahwa kamp-kamp di Suriah berada dalam situasi kritis, terutama karena kekurangan makanan."
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari the Straits Times, Minggu (13/10/2019), dari 40 orang, 11 di antaranya adalah laki-laki, dan sisanya adalah perempuan dan anak-anak, katanya kepada wartawan setelah panel di Forum Perdana yang diselenggarakan oleh Yayasan Dana Kesejahteraan Muslim Malaysia (YDKMM) bersamaan dengan Hari Prajurit di Masjid Sultan Idris Shah II.
Deputi Komandan Ayob Khan mengatakan polisi hanya bisa terlibat dalam tahap awal upaya untuk membawa pulang warga Malaysia, tetapi keputusan akhir akan berada pada pemerintah dan proses komunikasi dengan agen-agen asing.
"Para lelaki itu sekarang ditahan di penjara Al-Hasakah sementara para wanita dan anak-anak ditempatkan di kamp Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR)," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Warga Malaysia Terlibat Aksi Terorisme
Pada Oktober tahun lalu, polisi Negeri Jiran berhasil membawa pulang seorang wanita Malaysia dan dua anaknya; seorang pria Malaysia; dan seorang wanita Malaysia istri dari anggota kelompok ISIS yang terbunuh dalam peperangan.
Wakil Komandan Ayob Khan mengatakan bahwa para lelaki Malaysia yang dibawa pulang akan dituntut di pengadilan sementara untuk para perempuan, itu akan tergantung pada seberapa terpengaruh mereka usai ditahan di sana.
Sementara bagi anak-anak, mereka akan menjalani program rehabilitasi.
Dia mengatakan, masih banyak lagi warga Malaysia yang ditangkap karena berniat menyelinap ke Suriah sementara perkembangan terakhir menunjukkan bahwa Filipina Selatan dengan cepat berubah menjadi wilayah terbaru untuk melakukan kegiatan teror dengan dasar bahwa secara geografis lebih dekat dan lebih mudah untuk masuk dan keluar.
"Banyak dari mereka berinteraksi melalui media sosial," katanya.
Sebelumnya, dia menunjukkan bahwa lantaran tidak mengikuti ajaran Islam yang benar adalah salah satu alasan mengapa beberapa Muslim terlibat dalam terorisme, dengan banyak dari para tersangka dipengaruhi oleh ideologi dan sekte yang menyimpang.
"Mereka menolak pandangan dan interpretasi orang lain dan pada kenyataannya interpretasi mereka mirip dengan pola pikir mafia," tutupnya.
Advertisement