Produsen Minuman Asal Semarang Incar Pasar Asia

Industri minuman di Indonesia mampu tetap tumbuh stabil.

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 14 Okt 2019, 09:45 WIB
Ilustrasi Foto Minuman Keras Vodka (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kharisma Serasi Jaya (KSJ) produsen minuman asal Semarang, Jawa Tengah, bermerek Vibe Liqueur and Spirits berencana memperluas pangsa pasar dengan melakukan ekspor ke wilayah Asia.

Marketing Director, PT Segar Harum Rasa selaku principal Vibe Liqueur and Spirits, Damien Chua mengatakan perseroan merupakan distributor tunggal dari produk minuman Vibe Liqueur and Spirits yang diproduksi oleh PT KSJ.

Menurutnya, PT KSJ yang telah berdiri selama 13 tahun ini sejak 2 tahun lalu telah bekerjasama dengan PT Pernod Ricard Indonesia untuk produksi minuman Imperial Black Whisky dan Seagrams Vodka untuk pasar Indonesia. Pernod Ricard merupakan pemilik merk terkenal seperti Chivas, Martell, Absolut Vodka dan lainnya.

 

“Ke depan PT KSJ akan melakukan ekspor untuk beberapa produk Vibe Liqueur and Spirits,” kata Damien dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (14/10/2019).

Hingga saat ini Vibe Liqueur and Spirits mempunyai 20 varian dengan 8 varian Golongan gan B (alkohol 20 persen) dan 12 variant Golongan C (alkohol 40 persen). Sedangkan target untuk diekspor yaitu Vibe Liqueur and Spirits dengan produk Vibe Exotic Lychee, Vibe Peach dan Vibe Black Tea.

“Harapan target untuk ekspor Vibe Liqueur and Spirits adalah dengan produk Vibe Exotic Lychee, Vibe Peach dan Vibe Black Tea. Ekspor itu akan difokuskan ke negara Asia,” tambahnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, saat ini penjualan Vibe Liqueur and Spirits berkisar 84.000 CTN per tahun. Pertumbuhan ini berkisar sekitar 10 persen hingga 12 persen per tahun.

Untuk pasar domestik, penjualan Vibe Liqueur and Spirits sudah bisa didapatkan hampir disetiap provinsi di Indonesia melalui penjualan situs online di Vibe24jam.


Jurus Industri Minuman Beralkohol RI Bersaing di Pasar Global

Ilustraasi foto Liputan 6

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakui jika produk minuman beralkohol Indonesia harus bersaing ketat di pasar ekspor. Pesaing terdekat Indonesia dari regional ASEAN, yakni Vietnam dan Thailand.

"Wah banyak sekali (pesaing Indonesia). Kalau dari ASEAN, Vietnam dan Thailand," ungkap Plt Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Ahmad Sigit Dwi Wahyono, di Tangerang, Banten, Senin (13/8/2018).

BACA JUGA

Brad Pitt Bongkar Penyebab Bercerai dari Angelina Jolie, Apa Itu? Pemerintah, kata dia, terus menggalakkan berbagai kebijakan untuk mendukung perkembangan industri minuman. Beberapa diantaranya pemberian tax holiday, tax allowance, serta pembebasan bea masuk kepada industri yang mengimpor peralatan produksi.

Pembebasan bea masuk ini sudah dimanfaatkan oleh industri dan suda berdampak positif ke naiknya kinerja industri.

"PT Multi Bintang Indonesia merupakan salah satu yang sudah manfaatkan insentif pemerintah yaitu pada bulan Juli dapat pembebasan bea masuk untuk mesin produksi di Tangerang," jelas dia.

Karena itu, dia memandang positif ekspor perdana Bir Bintang ke AS. Sebab dapat menjadi upaya meningkatkan penetrasi pasar serta memperbesar brand asal Indonesia.

Presiden Direktur PT Multi Bintang Indonesia Tbk Michael Chin, mengatakan pihaknya siap bersaing dengan produsen negeri dari negara tetangga.

"Kita bangga dengan kualitas produk kita. Karena diminati tidak hanya oleh orang Indonesia, tapi juga di negara lain," jelas dia.

Karena itu, menurut dia, yang saat ini tengah dilakukan pihaknya adalah membuka pasar-pasar baru. 

"Dengan ekspor kita tidak melakukan perubahan terhadap cita rasa kita. Kita juga tidak lakukan penyesuaian apa-apa. Produk kita sebenarnya cukup baik untuk bersaing dengan brand lain," dia menandaskan.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com 


Industri Minuman Beralkohol Tetap Moncer Meski Banyak Kendala

Ilustrasi Foto Minuman Keras Vodka (iStockphoto)

Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri dengan kinerja paling moncer. Pertumbuhan industri makanan dan minuman pada kuartal pertama 2018, mencapai 12,70 persen. Sektor ini berkontribusi 35,4 persen terhadap PDB industri nonmigas.

"Dari dulu pertumbuhannya pasti di atas pertumbuhan ekonomi bahkan bisa dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekspor industri periode Januari-Juni 2018, untuk minuman tumbuh 8,4 persen," ujar Plt Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Ahmad Sigit Dwi Wahyono, di Tangerang, Banten, Senin (13/8/2018).

Dia mengatakan, sementara kontribusi industri minuman beralkohol terhadap penerimaan negara dari pita cukai pada 2017 sebesar Rp 5,2 triliun. Adapun, nilai ekspor mencapai USD 7,6 juta pada 2017.

"Meningkatnya wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, ikut mendorong pesatnya industri minuman beralkohol. Mengingat saat ini sudah mampu memproduksi minuman beralkohol jenis premium sebagai substitusi terhadap minuman beralkohol impor," kata dia.

Selain itu, untuk pemenuhan kebutuhan wisatawan, beberapa produsen menjajaki pasar ekspor. "Dalam lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan nilai ekspor 12 persen per tahun," imbuhnya.

Kenyataan ini terbilang membanggakan, jika dibandingkan dengan negara produsen minuman beralkohol lain, seperti Thailand. Sebab adanya "hambatan" berupa ketatnya pengawasan produksi minuman alkohol di dalam negeri.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya