Liputan6.com, Jakarta - Wilayah Jakarta akan segera menikmati transportasi massal terbaru, yakni Light Rail Transit/Lintas Rel Terpadu (LRT) alias Kereta Api Ringan. Meski dikenal sebagai LRT Jakarta, tetapi LRT ini akan menjangkau wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek).
Proyek Tahap I ini terdiri atas tiga lintasan, yakni Cibubur - Cawang, Bekasi Timur - Cawang, dan Cawang - Dukuh Atas. Proses lintasan Cawang - Cibubur kini sudah beres hingga 85 persen. Jalur tahap I ini merupakan elevated (layang) sehingga penumpang bisa turut menikmati pemandangan metropolitan Jakarta.
Baca Juga
Advertisement
Pada hari Minggu kemarin baru saja terlaksana proses pengangkatan kereta pertama LRT Jakarta di Stasiun Harjamukti (Cibubur). Rangkaian kereta tersebut terdiri atas enam gerbong dan bisa mengangkut 1.200 penumpang.
Masih ada lagi fakta-fakta menarik soal LRT, mulai dari buatan anak negeri, jaminan tidak akan mati lampu, hingga bakal sampai puncak. Selengkapnya, berikut Liputan6.com hadirkan enam fakta LRT Jakarta.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Cetak Sejarah: Buatan Anak Negeri
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan turut menghadiri pengangkatan rangkaian kereta cepat pertama di Stasiun Cibubur. Luhut juga berkata LRT lebih unggul ketimbang MRT secara teknologi.
Lebih lanjut, Luhut menyebut LRT mengandung 60 persen konten lokal. Selain itu, MRT dibangun atas kerja sama dengan perusahaan Jepang, sementara LRT dikerjakan oleh dua BUMN: PT INKA (Persero) dan PT Adhi Karya (Persero).
"Ini prestasi sendiri putra-putri Indonesia. Saya dari Bogor ikuti Presiden. Saya lapor ke beliau, Pak maaf ini sedikit masih ada kurang-kurang. Pak Presiden bilang, tidak apa-apa, yang penting buatan Indonesia. Selamat sekali lagi buat PT INKA dan PT Adhi Karya," tambah Luhut.
Advertisement
2. Mulai Operasi Penuh 2021
Proyek LRT Jabodebek yang ditangani oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) ini rencananya akan resmi beroperasi pada November 2021. Saat ini, progres pembangunan sendiri telah mencapai 65,77 persen.
Pengoperasian LRT memakan waktu enam tahun sejak groundbreaking yang dilaksanakan Presiden Jokowi pada September 2015 di depan kantor Jasa Marga.
Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno sempat optimistis bahwa LRT bisa dicoba publik paling lambat akhir November mendatang untuk jalur Cibubur - Cawang.
Namun, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut hal itu belum tentu dapat terlaksana karena khawatir penumpang jalur itu sepi.
"Kita baru akan operasikan usulan rapat apabila itu dioperasikan dari Cibubur sampai Dukuh Atas," ujarnya.
3. Tidak Akan Mati Lampu
LRT ini merupakan kereta listrik sehingga pemakaiannya tidak mengakibatkan polusi. Persoalannya adalah pada Agustus kemarin kereta listrik MRT sempat anjlok akibat insiden mati lampu massal yang melanda ibu kota.
Terkait itu, Menteri BUMN Rini Soemarno menjamin akan ada pengamanan tambahan agar LRT terus beroperasi meskipun ada masalah kelistrikan. Rini berkata tiap stasiun akan memiliki support setidaknya 2,5 megawatt.
"Dengan pengalaman (anjloknya MRT) kemarin, kali ini kita akan ngetes lebih detail, lebih dalam, sehingga backup systemnya itu minimal ada tiga," ucap Rini.
Advertisement
4. Bakal Sampai Puncak?
Bulan lalu, sebuah wacana baru muncul terkait jalur LRT yang bisa tersambung hingga puncak. Wilayah puncak di Bogor itu selama ini terkenal sebagai tujuan wisata favorit para anak muda dan keluarga dari Jabodetabek.
Wacana itu muncul setelah Badan Penyelenggara Transportasi Jabodetabek (BPTJ) diberi mandat Presiden Joko Widodo atau Jokowi menata transportasi di Jalur Puncak. Ide LRT ke Puncak ternyata ikut di-endorse pihak BPJT.
"Tadinya kan LRT berakhir di Baranangsiang, tapi akan dicoba sampai ke atas. Kalau misalkan LRT sampai ke atas itu akan luar biasa, mengurangi kemacetan," ucap Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Bogor Syarifah Sofiah.
5. Terintegrasi dengan Kereta Cepat
PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) mempersiapkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) agar dapat terintegrasi dengan moda transportasi publik lainnya seperti LRT Jabodebek.
Direktur Utama PT KCIC Chandra Dwiputra mengatakan, Kereta Cepat Jakarta-Bandung sangat siap berdampingan dengan moda tranportasi massal lainnya di setiap titik pemberhentian yang terdiri dari 4 stasiun, yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar.
"Pada kawasan Halim, stasiun kereta cepat akan terintegrasi dengan Light Rail Transit Jakarta, BRT dan memiliki akses strategis dikarenakan lokasinya yang cukup dekat dengan Bandara Internasional Halim Perdanakusuma," ujar Chandra pada September lalu.
Advertisement
6. Biaya dan Subsidi
Biaya tiket LRT adalah sekitar Rp 12 ribu dengan subsidi. Menhub Budi Karya Sumadi berkata pemerintah memberi subsidi agar menunjang daya tarik LRT. Ia berharap subsidi bisa memberi dampak positif.
"Kita tak ingin subsidi yang diberikan enggak kasih dampak. kalau penumpang enggak banyak ya kita evaluasi," tuturnya.
Biaya investasi pembangunan LRT adalah sebesar Rp 29,9 triliun, sebagian besar investasi akan ditanggung oleh PT KAI dengan nilai Rp 25,7 triliun dan Rp 4,2 triliun sisanya ditanggung oleh PT Adhi Karya.
Namun, per Oktober 2019 Adhi Karya baru menerima Rp 8 triliun ari PT KAI. Dalam waktu dekat, Adhi Karya akan meminta tambahan Rp 1,2 triliun ke PT KAI seiring berjalannya proyek.