Liputan6.com, New York - Mantan CEO WeWork Adam Neumann kini bukan lagi miliarder usai dipecat perusahaan yang ia dirikan. Padahal, akhir September lalu ia masih memiliki kekayaan hingga USD 2 miliar (Rp 28 triliun).
Dilaporkan Fox Business, kini kekayaan Neumann menurun drastis menjadi USD 600 juta atau Rp 8,4 triliun (USD 1 = Rp 14.134). Ketika Neumann tampil di daftar orang terkaya Forbes pada Maret lalu, kekayaannya bahkan masih USD 4,4 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Pemecatan Neumann terkait keputusan manajemen yang menunda pelepasan saham WeWork, sebuah perusahaan penyewaan ruang kerja. Selain kekayaan pendirinya, valuasi perusahaan itu pun juga terjun bebas.
Pada Januari lalu, valuasi WeWork sebesar USD 47 miliar, namun Reuters melaporkan valuasi perusahaan itu kini antara USD 10 miliar - USD 12 miliar.
Hal ini pun berpengaruh pada saham milik miliarder Masayoshi Son yang merupakan investor penting di WeWork.
WeWork, yang secara resmi bernama We Company, juga sedang menjual berbagai macam aset. Salah satunya adalah pesawat pribadi senilai USD 60 juta (Rp 848,1 miliar).
Neumann merupakan satu dari CEO teknologi yang dipecat dari perusahaannya. Mantan miliarder ini adalah co-founder dari WeWork yang berdiri pada tahun 2010 di SoHo, New York. Rebekah Neumann, istri Adam, juga co-founder dan figur yang penting di perusahaan ini.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pekerja Ungkap Tingkah Adam Neumann, Miliarder yang Dipecat dari Perusahaannya
Miliarder Adam Neumann baru saja masuk ke daftar CEO startup yang dipecat perusahaannya sendiri. Salah satu faktor pemecatan adalah akibat tingkah Neumann muda yang membuat investor resah.
Dilaporkan Business Insider, beberapa pegawai mulai angkat bicara soal tingkah Neumann. Yang pertama mencuat adalah hobi berjalan tanpa alas kaki. Foto itu tersebar di Reddit sehari usai Neumann dipecat.
Business Insider pun berbicara dengan selusin lebih mantan pegawai WeWork untuk bercerita soal bekerja di bawah kepemimpinan sang miliarder. Ada tiga hal yang disorot, yakni Neumann sering berjalan tanpa alas kaki, ia suka tequila mahal, dan sifatnya menggebu-gebu.
"Dia akan berlari keliling kantor tanpa alas kaki. Ia akan meloncat ke mejanya, atau loncat ke meja konferensi tanpa mengenakan alas kaki dan berteriak ke orang-orang," ungkap seorang pegawai.
Namun, teriak-teriak itu tak selalu buruk. Terkadang, ia meneriakan hal positif. Neumann memang dikenal punya sisi inspiratif pada gaya memimpin.
Tequila favorit Neumann adalah Don Julio 1942. Bila tak tersedia, si CEO miliarder itu akan marah. Adam Neumann juga sosok miliarder pecinta pesta. Musik keras pun selalu digemakan, jika ada yang protes maka akan diteriaki oleh Neumann dan timnya.
"Banyak hal dari WeWork terasa seperti pesta tanpa akhir. Rasanya selalu up atau down, dan Adam berteriak baik ketika saat bergembira atau tidak," ujar mantan pegawai lain.
Advertisement
Dipecat karena Investor Tak Puas
Mendirikan startup, menjadi CEO muda, sukses mendapat pendanaan, kemudian dipecat investor. Pola itu kerap terjadi di dunia startup. Salah satunya kini melanda Adam Neumann.
Neumann adalah co-founder startup WeWork yang menyediakan rental ruang kerja di 29 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Investor pun mendekati WeWork. Pada Januari lalu saja, SoftBank Group menambah investasi ke WeWork hingga USD 6 miliar.
Dan pekan ini, para investor pula yang mendorong Neumann agar lengser dari kursi CEO. Tingkah laku Neumann dinilai tak pertanggunjawab dan eksentrik dalam menjalankan perusahaan.
Dilaporkan Business Insider, salah salah hal yang memicu pemecatan Neumann adalah penundaan pelepasan saham perusahaan agar WeWork menjadi perusahaan publik.
Hal lain gaya memimpin Neumann. Dia bahkan sempat memberikan istrinya kuasa untuk menentukan penerusnya bila ia wafat sebagai pemimpin WeWork.
Sementara, Wall Street Journal melaporkan bahwa sang CEO gondrong itu diketahui pernah memakai marijuana di pesawat jet pribadinya dan keputusan manajemen darinya sulit diprediksi.