Liputan6.com, Palembang - Proses belajar mengajar (PBM) di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMP), kembali diliburkan karena kabut asap pekat. Kebijakan itu dikeluarkan Wali Kota (Wako) Palembang untuk diberlakukan selama tiga hari.
Kabut asap menebal sudah terjadi sejak hari Senin (14/10/2019) dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB hingga sore hari. Baru pada malam hari, kabut asap mulai menipis.
Baca Juga
Advertisement
Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Palembang berada di angka 192 pada pukul 15.00 WIB. Angka ISPU ini menunjukkan pencemaran udara yang tidak sehat.
Menurut Ahmad Zulinto Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Palembang, kabut asap sangat pekat pada awal aktivitas siswa di sekolah dan masuk level berbahaya bagi anak-anak.
"Kita sudah menyebarkan pemberitahuan ke seluruh Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk merumahkan siswanya. Kebijakan ini diberlakukan dari hari Senin sampai Rabu (16/10/2019) mendatang. Jika kembali pekat, mungkin jadwal libur akan diperpanjang," katanya.
Meskipun proses belajar mengajar (PBM) di sekolah ditiadakan selama tiga hari, tetapi para siswa tetap diberi tugas yang harus dikerjakan di rumah.
Dia mengimbau kepada para orangtua agar bisa mendampingi anak-anaknya untuk mengerjakan tugas yang diberikan pihak sekolah, serta melarang anak-anaknya keluar rumah saat kabut asap pekat.
Ahmad Zulinto mengaku belum berkoordinasi dengan Gubernur Sumsel terkait kebijakan ini. Namun, kewenangan meliburkan PBM untuk SD/SMP ini bisa ditetapkan oleh Wako Palembang.
"Ini kan situsional, harus mencermati kondisi yang terjadi. Kalau berbahaya, harus segera diantisipasi. Kesehatan itu sangat mahal. Pelajaran di sekolah bisa digantikan, tapi kalau terserang penyakit karena kabut asap, itu yang berbahaya," katanya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kenten, Nuga Putrantijo mengungkapkan, kabut asap memang cukup pekat jika dibanding dengan sehari sebelumnya.
"Penyebabnya adalah arah angin. Di mana, angin dominan dari arah timur dan kiriman asap dari perbatasan daerah Jambi. Kondisi suhu dipermukaan lebih dingin dari udara atas, sehingga asap yang diatas turun, itu juga yang menyebabkan asap turun ke bawah," ujarnya.
Ia mengungkapkan, musim kemarau pada tahun 2019 ini lebih kering jika dibanding pada tahun 2018.
Kabut Asap Lebih Parah
BMKG Stasiun Kenten Palembang mengamati debu/ partikulat (PM 10) indikator dari ISPU. Di beberapa tempat, PM 10 meningkat dan yang berhak mengeluarkan kondisi udara sehat atau tidak sehat adalah KLHK dan dinas kesehatan.
Gubernur Sumsel Herman Deru juga merasakan kabut asap yang cukup parah pada pukul 03.00 WIB, meskipun jumlah titik hotspot masih standar.
"Saya belum dapat laporan dari BPBD Sumsel, kenapa (kabut asap) bisa meningkat. Tapi kita siapkan Safe House jika dibutuhkan," ungkapnya.
Untuk menentukan berbahaya tidaknya kabut asap dapat dilihat dari berbagai komponen, salah satunya ISPU. Dari BMKG Stasiun Kenten Palembang, arah angin yang membawa kabut asap tidak hanya berasal dari Sumsel.
Menurutnya, di puncak Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) bulan September 2019, kabut asap tidak terlalu parah seperti pada hari Senin.
"Meliburkan (PBM sekolah) dan tidak, kita harus kembali ke ISPU. Karena fruktuatif, belum bisa jadi patokan. Kalau sudah berbahaya, (sekolah) diliburkan. Tapi bukan hanya anak-anak sekolah ukurannya, warga Sumsel semua juga harus dilindungi," ucapnya.
Kabut asap yang pekat juga mengganggu jadwal penerbangan puluhan pesawat terbang di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang.
Advertisement
Penerbangan Pesawat Tertunda
General Manager Angkasa Pura II Bandara SMB II Palembang Fahroji mengatakan, ada dua penerbangan yang return to base atau kembali ke pangkalan semula, dan satu penerbangan dialihkan.
Lalu, ada 14 penerbangan keberangkatan yang ditunda karena cuaca buruk dan 11 penerbangan kedatangannya terlambat.
"Kabut asap yang pekat membuat jarak pandang sangat rendah di SMB II Palembang. Kondisi normal baru terjadi pukul 09.41 WIB dengan jarak pandang normal 800 meter. Akibatnya 28 maskapai tertunda kedatangan dan keberangkatannya," ungkapnya.
Pada pukul 05.30 WIB-07.00 WIB jarak pandang hanya 500 meter. Lalu di pukul 06.47 WIB-08.00 jarak pandang paling rendah yaitu 50 meter. Pada pukul 08.07 WIB - 09.00 WIB, jarak padang 100 meter dan pukul 08.58 WIB - 10.00 WIB jarak pandang 150 meter.
"Jarak pandang normal yang bisa dipakai pihak maskapai untuk berangkat ataupun datang adalah 800 meter," ungkapnya.
Menurutnya, penerbangan yang return to base yakni penerbangan dari Cengkareng-Palembang dan Kuala Lumpur-Palembang. Untuk penerbangan yang dialihkan, yakni dari Pekanbaru-Palembang.
Diungkapkan Kepala Kantor AirNav Cabang Palembang Ari Subandrio, jarak pandang pagi ini hanya 50 meter dan itu cukup berpengaruh pada maskapai yang hendak mendarat ke Bandara SMB II Palembang.
"Penerbangan yang terdampak Sriwijaya Air dari Jakarta, Wings Air dari Pekanbaru dan Air Asia dari Kuala Lumpur dan sebagainya. Kita sudah mengeluarkan Notice To Airmen (Notam) untuk maskapai sampai kondisi kabut asap dan jarak pandang membaik," katanya.