Banyuwangi Bakal Alami Hari Tanpa Bayangan Hari Ini

Salah satu wilayah di Jawa Timur akan menjadi satu-satunya yang alami hari tanpa bayangan atau kulminasi pada Selasa, (15/10/2019).

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Okt 2019, 06:00 WIB
Hari Tanpa Bayangan (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu wilayah di Jawa Timur akan menjadi satu-satunya yang alami hari tanpa bayangan atau kulminasi pada Selasa, (15/10/2019). Hari tanpa bayangan ini sudah terjadi selama lima hari di 38 wilayah di Jawa Timur.

Wilayah terakhir di Jawa Timur yang alami hari tanpa bayangan yaitu di Banyuwangi. Mengutip instagram @infobmkgjuanda,  Banyuwangi alami hari tanpa bayangan pada pukul 11:08:24 WIB.

Kulminasi merupakan fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.  Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat. Fenomena itu disebut sebagai kulimasi utama.

Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenith. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang" karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Oleh karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto pernah mengatakan, kulminasi merupakan fenomena biasa. Setiap tahun juga alami kulminasi atau hari tanpa bayangan.

Kulminasi ini saat posisi matahari tepat berada di atas kepala dan merupakan posisi terdekat. Adapun kulminasi ini merupakan kulminasi kedua yang akan terjadi di Jawa Timur pada pertengahan Oktober 2019.

"Perlu diwaspadai peningkatan suhu berkisar 0,5-1 derajat celsius dari normalnya terutama di siang hari yang sebabkan dehidrasi," kata dia, saat dihubungi Liputan6.com.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Alasan Suhu Udara Surabaya Lebih Panas

Sejumlah kecamatan di Riau mengalami Hari Tanpa Bayangan Rabu siang ini. (Liputan6.com/M Syukur)

Sebelumnya, Surabaya, Jawa Timur salah satu wilayah yang terkenal dengan cuaca panasnya. Pada awal Oktober 2019, suhu di Surabaya mencapai 35 derajat celsius.

Prakirawan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Toni Setiawan menuturkan, suhu panas tersebut karena Surabaya masih masuk musim kemarau. Selain itu, kondisi posisi matahari juga berada di sebelah selatan sehingga lebih panas dari biasanya. Pada Oktober 2019 juga merupakan puncak musim kemarau.

"Sejak September matahari bergerak ke arah selatan. Daerah selatan Pontianak, Jawa, Sulawesi bagian selatan dan Kalimantan bagian selatan," ujar Toni, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 11 Oktober 2019.

Toni mengatakan, suhu di Surabaya maksimal 37 derajat celsius. Surabaya juga akan alami hari tanpa bayangan pada 12 Oktober 2019, pukul 11.15.46 WIB. Pada hari tanpa bayangan atau kulminasi itu, matahari tepat berada di atas kita. Hal ini juga membuat suhu di Surabaya akan lebih panas.

"Relatif panas 1-1,5 derajat celsius. Posisi matahari di atas kita, dan tidak ada bayangan," ujar dia.

Toni menuturkan, saat hadapi hari tanpa bayangan waspadai dehidrasi dan air tanah akan turun. “Oleh karena itu waktu tepat untuk penggalian sumur,” kata dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya