Miliki Tangan Terputar, Wanita Inggris Tak Dilayani di Salon Perawatan Kuku

Dia mengatakan bahwa pihak salon bahkan tak mau mendengar penjelasannya.

oleh Putu Elmira diperbarui 16 Okt 2019, 19:02 WIB
Abbey Phipps. (dok. instagram.com/wheelsforlife_/https://www.instagram.com/p/B12NoLGpY9F/Novi Thedora)

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada seorang pun yang ingin mendapatkan diskriminasi. Baik diskriminasi agama, suku, ras, hingga cacat fisik seperti yang dialami seorang wanita asal Inggris yang menurutnya mendapatkan perlakuan tidak enak dari sebuah salon kecantikan.

Dilansir dari Mirror, 15 Oktober 2019, wanita bernama Abbey Phipps memiliki kondisi tangan yang terputar atau istilah medisnya adalah arthrogryposis multiplex congenita. Saat dia mengunjungi sebuah salon untuk mengecat kuku, dia ditolak karena alasan kondisi tangannya tersebut.

Kronologinya, dia mengunjungi salon bernama Nail Studio di daerah Cambridgeshire pada Jumat lalu, sebelum menjemput putranya di sekolah. Saat dia masuk ke salon, petugas langsung menatap tangannya yang bengkok tersebut.

Saat dia mengatakan ingin melakukan naik art, mereka menolak dengan mengatakan bahwa posisi tangan Abbey akan berbahaya bila mereka tangani. Kejadian seperti ini juga baru pertama kali mereka temui. Padahal, Abbey mengaku bahwa dirinya sudah sering mengecat kuku sebelumnya.

 "Ini membuatku sangat marah. Aku masuk ke sana dan banyak pelanggan lain yang sudah duduk, tapi mereka langsung mulai melihat tanganku. Aku bahkan tidak punya kesempatan untuk menjelaskan sebelum mereka mengatakan tidak," ujar Abbey kesal.

Bahkan, ia sempat mengatakan bahwa tidak apa-apa bila dia memesan di lain hari, tapi pihak salon tetap mengatakan tidak. Merasa terhina, dia langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.

Selama ini, Abbey telah menjadi seorang aktivis yang gencar menyuarakan kampanye tentang diskriminasi orang dengan disabilitas. Dia tak menyangka justru diskriminasi tersebut didapatkannya sendiri di kampung halamannya.

Setelah mendapatkan perlakuan seperti ini, dia mulai menggalakkan lagi kampanye yang mengatakan bahwa semua orang harus tegas akan haknya. Memiliki kondisi tersebut sejak lahir membuat Abbey harus berada di kursi roda. Tapi, dia mengatakan bahwa hal tersebut tidak menjadi penghalangnya.

"Aku tak memiliki masalah saat berbelanja, karirku juga lancar. Memiliki positivisme adalah hal yang penting bagi identitasku," ungkapnya lagi.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pembelaan Salon

Jeremy Scott Nail Art | instagram.com/misspopnails

Setelah cerita Abbey viral di sosial media, pihak Nail Studio memberikan klarifikasi di Facebook terkait hal ini. Mereka mengatakan bahwa mereka tak pernah menyebutkan bahwa mereka menolak Abbey karena kondisi ‘tangan terputar’-nya.

"Kami menyarankan Anda untuk tidak melakukan perawatan di tempat kami karena kami tak memiliki kapabilitas untuk kondisi tanganmu. Kami tak ingin memberikan ketidaknyamanan dan ketidakamanan," tulis mereka.

Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa salon mereka sangat mengedepankan unsur kesehatan dan keamanan bagi pelanggan dan karyawan. Kasus yang terjadi pada Abbey menurut mereka adalah kasus yang spesial. Mereka berkilah bahwa mereka tidak mau mengambil risiko yang dapat menyebabkan kecelakaan, baik untuk staf dan pelanggan.

"Karena masalah ini sudah mengarah ke negatif, kami tak punya pilihan lain selain menghubungi pengacara untuk menjaga nama baik bisnis kami," jelas pihak Nail Studio lagi.

Ke depannya, mereka mengatakan tidak akan membahas perihal hal ini lagi dan meminta pengertian semua pihak. (Novi Thedora)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya