Polisi Sebut Geng Remaja Surabaya Koordinasi lewat 61 Grup Layanan Pesan Singkat

Polrestabes Surabaya melalui tim cyber kembali mengungkap rencana tawuran geng remaja dan anak-anak disebut masing-masing Geng Jawara dan All Star Surabaya.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Okt 2019, 18:04 WIB
Ilustrasi anggota geng (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Polrestabes Surabaya melalui tim cyber kembali mengungkap rencana tawuran geng remaja dan anak-anak disebut masing-masing Geng Jawara dan All Star Surabaya pada Senin malam, 14 Oktober 2019.

AKBP Sudamiran Kasatreskrim Polrestabes Surabaya menuturkan, pihaknya mengamankan empat anggota geng All Star pada Senin malam kemarin. Anggota geng itu sedang galang dana untuk beli bahan baku baja untuk buat senjata tajam.

"Kemarin malam kami amankan empat orang. Mereka galang dana untuk bahan baku baja digunakan untuk buat senjata tajam,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (15/10/2019).

Sebelumnya polisi mengamankan 17 orang anak yang tergabung dalam geng All Star di Taman Mundu atau Taman 10 November di Surabaya pada akhir pekan lalu. Hal itu berdasarkan pemantauan dari tim cyber Polrestabes Surabaya. “Tim cyber deteksi Sabtu malam, kemudian di lapangan Mundu kami amankan 17 orang,” tutur Sudamiran.

Menurut dia, kejadian rencana tawuran antargeng ini bermula pada 20 September 2019, polisi mendapatkan laporan ada anak hilang. Usai ditelusuri ada penganiayaan anak.

Selain itu, tim cyber juga menemukan kalau geng ini terkoordinasi melalui grup layanan pesan singkat. Tercatat ada 61 grup layanan pesana singkat. "Mereka komunikasi lewat whats app,” ujar dia.

Sudamiran mengatakan, anggota yang tergabung dalam kedua geng ini memang sudah bertemu dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) untuk mengingatkan agar tidak terlibat tawuran. Akan tetapi, anggota dalam geng tersebut ada yang setuju damai dan tidak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Cerita di Balik Rencana Tawuran Geng Jawara Kampung vs All Star Surabaya

Ilustrasi anggota geng (iStock)

Sebelumnya, aparat Kepolisian Resor (Polres) Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur menggagalkan tawuran antargeng yang anggotanya masih berusia anak-anak, Minggu, 1 September 2019.

"Jumlah anak-anak ini dari kedua belah pihak tadi ada sekitar 200-an, sebagian besar membawa senjata tajam berbagai jenis," ujar Kepala Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya AKBP Antonius Agus Rahmanto kepada wartawan di Surabaya.

Ratusan anak itu, kata dia, sebagian besar berhasil melarikan diri saat polisi datang. Sekitar 30 anak di antaranya berhasil diciduk dan telah digiring ke Markas Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Beberapa senjata tajam yang diamankan kebanyakan jenis celurit serta sebuah pedang samurai. Selain itu, juga terlihat senjata tajam rakitan sendiri yang terbuat dari pelat yang berjumlah belasan. Tawuran pun gagal.

"Senjata tajam yang kami amankan ini hanya sebagian kecil saja, sebab saya lihat tadi masing-masing anak dari kedua geng pegang senjata tajam semuanya dan kebanyakan berhasil melarikan diri," ujar AKBP Agus dilansir Antara.

Polisi mengungkap gerombolan anak tersebut menamakan diri Geng Aliansi Jawara Kampung. geng satunya lagi berjuluk All Star Surabaya.

Agus menuturkan, kedua anggota geng diketahui sudah janjian untuk tawuran di Jalan Jakarta, kawasan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada sekitar pukul 01.00 WIB, Minggu dini hari, yang diawali oleh saling ejek melalui media sosial.


Aksi Tanggap Polisi

Ilustrasi anggota geng (iStock)

Namun, belum sampai di lokasi tawuran, sebagian anggota dari masing-masing geng telah ditangkapi polisi saat sedang beriringan mengendarai sepeda motor menuju ke Jalan Jakarta, Surabaya.

Anggota Geng Aliansi Jawara Kampung ditangkap di Jalan Gresik Surabaya. Sedangkan anggota Geng All Star Surabaya kami tangkap di Jalan Rajawali, Surabaya.

"Masing-masing geng ini anggotanya tak hanya anak-anak warga Kota Surabaya. Setelah kami lakukan pendataan tadi, beberapa anak datang dari wilayah Kabupaten Sidoarjo dan Gresik dengan mengendarai sepeda motor," katanya lagi.

Dari 30 anak yang diamankan polisi, paling kecil berusia 10 tahun dan masih duduk di kelas 5 sekolah dasar (SD). "Lainnya rata-rata berusia 14 hingga 16 tahun dan masih sekolah di SMP, serta ada beberapa anak yang drop out dari sekolah," ujar Agus.

Polisi rencananya akan memanggil orang tua dari masing-masing anak tersebut, serta selanjutnya akan dilakukan pembinaan. Selain itu, berbagai jenis senjata tajam yang telah diamankan akan dimusnahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya