Liputan6.com, Jakarta - International Finance Corporation (IFC) mengajak masyarakat agar semakin aware pada portfolio hijau di perbankan Indonesia. Bank besar di Indonesia (BUKU 3 dan 4) sedang didorong OJK untuk mengembangkan portfolio hijau meski hasil masih jauh dari sasaran.
Berdasarkan survei OJK, rata-rata delapan bank besar di Indonesia baru memiliki sekitar dua persen portfolio hijau. Sementara, target tahun 2030 adalah 30 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sustainable Finance Program Leader IFC Rahajeng Pratiwi menyebut kini perbankan masih dalam tahap awal, sehingga masih ada optimisme bahwa perbankan sebetulnya sudah melakukan lebih dari itu. Namun, kendalanya adalah agar bank bisa memilah portfolio mereka yang sebetulnya sudah memiliki aspek sustainability.
"Yang perlu kita lakukan sekarang berarti capacity building agar bank bisa mengkategorikan secara benar. Kalau sudah benar kita lihat lagi tahun 2020 apakah ada peningkatan," ujar Rahajeng pada Selasa (16/10/2019) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Indonesia merupakan satu dari 38 negara yang mendorong reformasi pasar keuangan dalam membentuk Sustainable Banking Network (SBN). Rata-rata negara SBN juga masih memiliki perkembangan portfolio hijau antara dua sampai tiga persen.
Rahajeng menyebut sudah ada tanda positif perbankan Indonesia dalam mengikut SDG. Salah satunya adalah PT BNI (Persero) yang sudah merilis laporan sustainability mereka terkait kesetaraan gender dan proyek ramah lingkungan. Ia pun menegaskan bahwa argumen bank itu hadir demi keutungan semata tidaklah sesuai dengan fungsi bank berdasarkan hukum.
"Sekarang bank enggak bisa ngomong keuntungan. Tidak bisa. Tujuan dibikin Undang-Undang Perbankan itu adalah mendukung pembangunan nasional," ujar Rahajeng.
Bank pun telah diwajibkan menerbitkan laporan aktivitas mereka yang mendukung portfolio hijau. Bank BUKU 4, BUKU 3, dan bank asing wajib melakukannya pada tahun 2019 dan merilisnya tahun depan. Sementara, BUKU 1 dan BUKU 2 wajib memulai pada tahun 2020.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
BNI Salurkan Bantuan Sosial ke 4.005 Rekening di Morotai
PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI beberapa waktu lalu telah menerbitkan Kartu Morotai Sejahtera. Kartu ini untuk bantu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pulau Morotai mendistribusikan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setempat.
Corporate Secretary BNI Meiliana mengatakan, Kantor Cabang (KC) BNI Morotai yang telah didirikan sejak 2016 hingga saat ini telah mendistribusikan bantuan melalui Kartu Morotai Sejahtera kepada 4.005 rekening.
"Sampai saat ini, jumlah rekening yang ditujukan untuk lansia, janda cerai mati, disabilitas, dan anak yatim telah mencapai 4.005 rekening," ujar Meiliana di Morotai, Maluku Utara, Rabu (9/10/2019).
Untuk memperluas layanan tersebut, BNI kini telah memiliki 32 Agen46 yang tersebar di Pulau Morotai. Tak hanya Kartu Morotai Sejahtera, Agen46 disebutnya juga bisa melayani warga setempat untuk berbagai keperluan.
"Tersebarnya Agen46 di Pulau Morotai menjadikan pembukaan rekening BNI, tarik/setor tunai, transfer, transaksi uang elektronik serta berbagai layanan pembayaran seperti pembelian pulsa, pembayaran listrik, hingga BPJS tidak lagi tersentralisasi di KC BNI Morotai," tutur dia.
Berbagai upaya tersebut turut mendapat apresiasi dari Bupati Morotai, Benny Laos. Dia berterimakasih kepada BNI yang telah bantu Pemkab Pulau Morotai menggeliatkan perekonomian lokal.
"Saya mengapresiasi BNI hadir di Morotai yang menggandeng masyarakat untuk menjadi Agen46, mendistribusikan kartu Morotai Sejahtera, serta menyalurkan kredit usaha. Saya berharap BNI akan terus berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi di Morotai," ungkap dia.
Advertisement
Berkat KUR BNI, Pengusaha di Morotai Ekspor 50 Kg Lobster per Hari
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI sebagai salah satu bank BUMN telah berinisiatif mendirikan Kantor Cabang Pembantu (KCP) di Pulau Morotai sejak 2016 lalu. Hal ini dikarenakan banyak potensi di wilayah tersebut.
Pulau Morotai sebagai salah satu pulau terluar Indonesia yang berada di Maluku Utara kini terus mematangkan diri untuk menjadi 10 Bali Baru. Berkembangnya bisnis pariwisata secara otomatis turut menggenjot pertumbuhan ekonomi di tempat tersebut.
Sejak saat itu, banyak pegiat usaha lokal yang tertarik menjadi debitur di BNI. Seperti yang dilakukan Reagen Sumampouw (32 tahun), seorang pengusaha muda yang punya lahan bisnis di berbagai sektor, mulai dari penangkaran lobster hingga toko listrik.
Reagen menceritakan, ia telah menjadi debitur BNI sejak bank tersebut membuka kantor cabangnya di Morotai pada 2016. Mulai saat itu, ia telah beberapa kali menerima penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BNI hingga bisa membuka tempat penangkaran lobster bernama Moro Karya.
"Sekitar sudah mau masuk 3 tahun. Ini udah ditawarin (KUR) lagi, karena katanya lancar toh. Tapi aku bilang jangan dulu lah. Kebetulan juga baru buka usaha futsal sama gym," ungkap dia di tempat penampungan lobster miliknya di Pulau Morotai, Maluku Utara, seperti dikutip Rabu (9/10/2019).
Sebagai informasi, per Agustus 2019, BNI telah menyalurkan kredit UMKM sebesar Rp 73,9 Triliun kepada 260 ribu debitur. Bank tersebut menyalurkan kredit UMKM dalam empat bentuk, salah satunya Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 12,84 triliun kepada 147.023 debitur di seluruh Indonesia hingga Agustus kemarin.