Liputan6.com, Jakarta - Tak peduli hujan, berangin, maupun digempur hujan salju, api abadi di Azerbaijan ogah padam. Melansir dari CNN Travel, Rabu (16/10/2019), kobaran api ini sudah berusia tak kurang dari empat ribu tahun.
Adalah Yanar Dag, wilayah di sisi gunung yang jadi rumah bagi 'tarian' api tak kenal lelah. Aliyeva Rahila, seorang pramuwisata lokal menjelaskan, fenomena ini terjadi, lantaran kandungan gas dalam tanah yang merembes ke permukaan dan menciptakan api abadi.
Baca Juga
Advertisement
Yanar Dag, kawasan yang namanya literally berarti sisi gunung terbakar, merupakan satu dari banyak titik korban api abadi di seantero Azerbaijan. Fenomena yang kemudian membuat negara di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya ini dijuluki Negara Api.
Fenomena misterius ini tertulis dalam catatan perjalanan Marco Polo saat sang pejelajah singgah di sekitar abad ke-13. Api abadi ini kemudian muncul sebagai topik perbincangan para pedagang jalur sutra, seiring mereka berpindah tempat.
Titik-titik kobaran yang awalnya berjumlah cukup banyak ini sudah berkurang, lantaran diboyong keluar Azerbaijan, mengingat identifikasi kandungan gas di dalam tanah. Yanar Dag adalah satu dari beberapa titik api abadi yang masih tersisa di Negara Api.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dikaitkan dengan Agama Kuno
Ada masa di mana kobaran api abadi ini punya peranan penting dalam agama kuno Zoroastrianisme. Bagi penganutnya, api ini merupakan medium antara manusia dengan dunia supernatural, serta bisikan spiritual.
Api ini juga dianggap sebagai penghapus dosa, penjaga keberlangsungan hidup, dan jadi bagian penting dalam ritual doa mereka. Kini, pengunjung lebih menikmati pemandangan ketimbang datang sebagai panggilan spiritual.
Pengalaman paling menakjubkan melihat api abadi dikatakan adalah saat malam atau musim dingin. Saat salju turun, butirannya akan langsung menyublim bahkan sebelum menyentuh tanah.
Api juga jadi simbol keyakinan di Ateshgah Fire Temple. Ritual melibatkan api sudah terjadi di kuil kuno ini sejak abad ke-10, bahkan bisa lebih awal lagi. Nama Ateshgah sendiri berasal dari Bahasa Persia yang berarti rumah api.
Kobaran api di kuil ini tercatat terus berkobar hingga padam pada 1969. Tapi, demi pengunjung, pihak kuil akan menyalakan api di tempat dulunya api abadi berada. Kuil ini berubah jadi museum pada 1975 dan telah jadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1998, dengan sampai hari ini mencatat kunjungan 15 ribu turis setiap tahun.
Advertisement