Liputan6.com, Jakarta Dalam hidup pasti selalu ada sebuah cobaan. Baik itu cobaan finansial, perasaan, hingga masalah kesehatan. Cobaan besar dan kecil akan selalu hadir untuk menguji manusia dalam menjalani hidup. Namun dalam cobaan tersebut pasti akan banyak sekali makna kehidupan yang pastinya akan membuat hidup yang dijalani akan lebih baik dari hari kemarin.
Baca Juga
Advertisement
Seperti halnya cobaan yang dialami oleh Aida Rashidi. Seorang mahasiswi muda yang mengidap kanker tulang stadium 3A. Ia pun mengidap penyakit kanker tersebut saat ia masih menjalani masa perkuliahannya. Ia yang harusnya dapat menyelesaikan diploma selama 2,5 tahun harus menundanya lebih lama. Yaitu lebih dari 1 tahun ia harus cuti karena menjalani serangkaian pengobatan untuk penyakitnya.
Penyakit kanker bukanlah penyakit yang ringan. Penyakit ini tentunya tidak mudah untuk disembuhkan sekaligus akan membuat trauma penderitanya karena harus menjalani serangkaian kemoterapi yang bisa membuat botak. Namun berbeda dengan Aida Rashidi yang seorang perempuan dan tetap tegar dalam menjalani pengobatannya. Kini ia pun telah menyelesaikan diplomanya dan membagikan kisahnya di media sosial Instagram sang mahasiswi @aidarashidi, Kamis (10/10/2019).
Bahkan ia pun tetap melanjutkan pendidikan diplomanya, dan harus berpindah kampus agar lebih dekat dengan rumah sakit ia dirawat. Berikut kisah haru mahasiswi pengidap kanker stadium 3 yang Liputan6.com lansir dari Instagram @aidarashidi, Rabu (16/10/2019).
Aida Rashidi harus menunda perkuliahan saat jalani perawatan hampir satu tahun.
Aida mengawali masa perkuliahannya pada tahun 2015 di Universitas Teknologi Mara (UiTM) Arau, Malaysia. Menurut perhitungannya, masa perkuliahan diploma harusnya bisa ia lalui dengan dua setengah tahun. Namun ternyata waktu dua setenag tahun tidak bisa ia penuhi karena ia mengidap kanker pada tahun 2017.
Pada awal tahun 2017, ia mulai bolak-balik dari UiTM Arau ke rumah sakit Kangar dan ia tidak pernah mengikuti kelas pagi karena jadwal ia berobat. Selama ia berobat, ia pun sudah tak bisa menghitung berapa banyak darah yang telah diambil untuk diuji dalam laboratorium. Bahkan sampai memotong bagian dalam mulut untuk di biopsi, dan pemindaian CT Scan.
Berhari-hari menunggu hasil, akhirnya 15 Februari 2017, ia didiagnosis dengan sarcoma ewing di rahang kiri, kanker tulang stadium 3A yang ganas. Mengetahui penyakitnya, hari itu pun menjadi hari terburuk dalam hidupnya, di mana ia harus mengetahui kenyataan bahwa ia mengidap suatu kanker ganas.
Advertisement
Menjalani operasi kaki
Setelah itu, ia pun pergi ke Kuala Lumpur dan memulai kemoterapi. Ia pun menjalani serangkaian kemoterapi selama 12 siklus dalam satu tahun. Dalam sekali siklus kemoterapi, terdiri dari 3 hari, 12 jam kemoterapi.
Selama itu ia disuntik obat-obatan dalam setiap kali siklus kemoterapi. Ia pun juga mengalami kebotakan, stamina yang menurun dan memiliki memar di mana-mana. Ia pun juga harus menjalani operasi pada rahang dan kaki pada tanggal 19 Juli 2017. Operasi ini pun menjadi pengalaman terburuknya. Setelah jalani operasi, ia pun tetap harus jalani kemoterapi sampai akhir Desember 2017.
Tetap menyelesaikan kuliahnya
Ia pun tetap memiliki pikiran positif dan memutuskan untuk menyelesaikan diplomanya. Ia pun pindah kampus ke UiTM kampus Tapah. Karena ia harus tetap melakukan pertemuan dalam pemeriksaan di rumah sakit Kuala Lumpur sehingga lebih dekat ketika bolak-balik.
Dalam menjalani perkuliahannya pun ia merasa telah banyak yang berubah. Ia pun lambat dalam menerima mata kuliah. Namun ia tetap berusaha sampai pada akhirnya ia dapat lulus.
Advertisement