Gerindra Merapat ke Pemerintah, Koalisi Jokowi Dianggap Tak Lagi Solid

Masuknya Gerindra ke koalisi Jokowi dianggap semakin mengikis kritik kepada pemerintah.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Okt 2019, 07:03 WIB
Pertemuan perdana Jokowi dan Prabowo pasca-Pilpres 2019. (Liputan6/Liszha Engeham)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Gerindra semakin mendekat bergabung dengan koalisi pendukung Presiden Jokowi. Bahkan disebut-sebut, partai besutan Prabowo Subianto itu ditawarkan tiga kursi menteri kabinet para periode 2019-2024.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menilai, merapatnya Gerindra ke pemerintah menandakan tidak solidnya koalisi parpol pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Tadinya 01 saya anggap solid, ternyata begitu kelihatan sekarang terjadi semacam pergeseran, ada pergeseran peta politik seperti itu menunjukkan bahwa koalisi memang sulit untuk dipertahankan," kata Zuhro di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (16/10/2019).

Zuhro mengatakan, sejak 2004 koalisi pemerintahan cenderung gemuk. Pada 2014, Jokowi berniat membuat gebrakan, dia ingin koalisi ramping dan tidak transaksional. Namun, nyatanya tidak pernah terjadi.

Sejumlah parpol kemudian masuk ke koalisi pemerintahan pada 2014 seperti PPP, Golkar, dan PAN. Padahal ketiga partai itu, tidak mendukung Jokowi pada Pilpres 2014 lalu.

"Di periode kedua, tidak main-main, lebih banyak lagi kan gitu. Jadi sekarang memang kita menyaksikan koalisi itu tidak bisa permanen, koalisinya cenderung memang sangat tentatif," terangnya.

Zuhro memprediksi, masuknya Gerindra ke koalisi Jokowi semakin mengikis kritik kepada pemerintah. 

"Mekanisme check and balance antara DPR-eksekutif bisa dipastikan kalau mereka tidak kritis," pungkasnya.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

 

Reporter: Hari Ariyanti

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya