Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Inggris menandatangani Terms of Reference (TOR) untuk Trade Review pada Rabu 16 Oktober 2019 di ICE BSD, Tangerang.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional di Kementerian Perdagangan RI, Iman Pambagyo dan Komisaris Perdagangan Inggris untuk Asia Pasifik, Natalie Black.
Advertisement
Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita juga turut hadir untuk menyaksikan proses penandatanganan, di sela-sela acara Trade Expo Indonesia (TEI) 2019.
Sebagai dua negara dengan ekonomi besar, Indonesia dan Inggris memiliki peluang untuk memperbarui hubungan ekonomi. Tak hanya itu, dua negara yang tergabung dalam anggota G20 juga mempunyai peluang untuk meningkatkan relasi ekonomi.
Penandatanganan tersebut juga menandai semakin kuatnya hubungan perdagangan serta investasi antara Indonesia dengan Inggris.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Trade Review
Trade Review merupakan kolaborasi Indonesia dan Inggris untuk meninjau status hubungan perdagangan dan investasi bilateral dua negara.
Hal itu merupakan upaya mencari peluang untuk meningkatkan kerja sama bilateral di masa yang akan datang.
Analisis empiris dan keterlibatan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk bisnis-bisnis yang beroperasi di kedua negara adalah hal yang mendasari review/tinjauan tersebut.
Kolaborasi ini diharapkan bisa menghasilkan laporan bersama yang akan mencakup rekomendasi untuk pemerintah di kedua negara.
Advertisement
Sambutan Positif Inggris
Sambutan positif mengalir dari Inggris, selaku pihak yang berupaya melakukan tinjauan perdagangan atas Indonesia. Melalui Komisaris Perdagangan Inggris untuk Asia Pasifik, Natalie Black menyatakan rasa bahagia dan antusias atas penandatanganan TOR.
"Saya sangat senang sekali berada disini untuk menandatangani Terms of Reference (TOR) Trade Review yang sangat penting ini," kata Natalie.
"Ini adalah Kajian Perdagangan yang pertama kali kami luncurkan di ASEAN dan saya sangat senang sekali Indonesia menjadi tuan rumah untuk penandatanganannya," tambahnya.
Natalie dalam sambutannya turut mengatakan capaian yang ingin diupayakan dalam trade review antara kedua pihak, baik Inggris serta Indonesia.
"Perdagangan antara Indonesia dan Inggris sudah sangat intensif. Volume perdagangan pada kwartal pertama 2019 senilai 2,7 miliar poundsterling (sekitar 48 triliun rupiah)," kata Natalie.
"Tapi bersama-sama kita bisa melakukan banyak hal untuk meningkatkan kerja sama. Inggris siap mendukung prioritas-prioritas Presiden Jokowi, terutama dalam sektor pendidikan dan infrastruktur," katanya.
"Kami juga berkomitmen dalam meningkatkan jasa finansial dan teknologi. Saya tahu Indonesia telah menghasilkan lima unicorn besar di Asia Tenggara dan ini adalah salah satu kebanggan Indonesia," tambahnya.
"Inggris siap mendukung Indonesia untuk menciptakan lebih banyak lagi unicorn," tutup Natalie Black.
Melalui trade review ini, Inggris berupaya berikan kerja sama di berbagai bidang yang ada di Indonesia. Natalie Black menuturkan konkret kerja sama yang diusahakan.
"Inggris sangat bangga akan keahlian kami di bidang fintech terutama London yang dilihat sebagai pemimpin dunia dalam sektor ini," katanya.
"Perdagangan ini bertujuan melihat sektor-sektor apa saja yang bisa kita kerjakan secara bersama. Sektor fintech di Indonesia semakin penting terutama karena platform E-Commerce dan kami akan melihat bagaimana perkembangan dan percepatan E-commerce di Asia Tenggara untuk beberapa tahun ke depan," tambahnya.
Lalu ia juga memberi pernyataan ketika disinggung mengenai implkasi Brexit terhadap trade review.
"Kami tengah melakukan negosiasi yang dalam tentang kesepakatan Brexit. Kalian pasti sudah membaca laporan tentang pernyataan-pernyataan dari beberapa pihak, dan Perdana Menteri Inggris berkomitmen mencari akar-akar kesepakatan yang sesuai dengan objektif beliau," katanya
"Kita semua terus mengawasi proses ini dan terus menginformasikan mitra-mitra kami akan perkembangan Brexit," kata komisioner tersebut.
Ia juga membantah bangkrutnya Thomas Cook bukan bagian dari pelemahan ekonomi Inggris akibat Brexit.
"Situasi yang terjadi pada Thomas Cook memang sangat menyedihkan dan bangkrutnya Thomas Cook sangat berdampak terhadap warga negara Inggris dan anggota keluarganya. Kami sangat menghargai kerja keras dan jerih payah teman-teman di beberapa Kementerian serta pihak-pihak yang terlibat dalam memastikan kepulangan warga negara (repatriasi) Inggris dengan selamat," ujar Natalie Black.
"Bangkrutnya Thomas Cook bukan menunjukkan pelemahan ekonomi Inggris. Kita telah melihat banyak gangguan di sektor pariwisata seiring dengan adanya penggabungan model-model bisnis yang baru," tambah Komisaris Perdagangan Inggris untuk Asia Pasifik.
Harapan yang Ingin Dicapai Indonesia
Sementara itu, dari pihak Indonesia juga turut memberikan komentar perihal kesepakatan perdagangan bilateral yang akan dilakukan dengan Inggris. Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional di Kementerian Perdagangan RI, Iman Pambagyo menanggapi perihal trade review tersebut.
"Untuk indonesia ini pertama kali kita negosiasikan mengenai trade and system development, tapi kita juga sampaikan kepada EU (European Union), kita tidak ingin sekadar punya chapter unik," katanya.
"Ini baru bagi Indonesia, tidak mudah bagi Indonesia, tapi kita juga mau menghasilkan strong chapter on trade and system development," tambah Imam Pambagyo.
Imam Pambagyo juga menyampaikan capaian dan masalah yang menjadi pekerjaan rumah pada kesepakatan bilateral negara Indonesia.
"Setelah 7 tahun lebih kita susah payah, sekarang, penyelesaian perundingan akses pasar mencakup goods, save visits dan investment, itu mencapai lebih dari 80 persen," kata dirjen tersebut.
Ia turut mengatakan harapan dari kesepakatan bilateral yang dilakukan Indonesia.
"Saya positif kita bisa mencapai sekitar 90 atau 92 persen pada saat kita lapor ke menteri dan menteri lapor ke leaders bulan November," kata Imam Pambagyo.
"Untuk tax saya bisa katakan sekitar 95 persen sudah done, cuma yang sisa 5 persen ini memang yang paling sulit," tutupnya.
Reporter: Hugo Dimas
Advertisement