Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuang surat Presiden AS Donald Trump ke "tempat sampah", ungkap BBC.
Dalam surat tertanggal 9 Oktober dan dikirim setelah pasukan AS meninggalkan Suriah, Trump memberi tahu Erdogan: "Jangan menjadi pria yang keras. Jangan bodoh!"
Dilansir dari BBC, Kamis (17/10/2019), sumber kepresidenan Turki mengatakan kepada BBC bahwa surat itu "ditolak sepenuhnya" oleh Erdogan.
Pada hari surat itu diterima, Turki melakukan serangan lintas perbatasan terhadap pasukan pimpinan Kurdi.
Presiden Trump telah menghadapi kritikan keras atas keputusannya menarik pasukan AS, dimana beberapa orang mengatakan bahwa keputusan tersebut memberi Turki "lampu hijau" untuk mengirimkan serangan militer.
Sebagian besar kritik justru datang dari dalam partai Trump sendiri.
Dalam sebuah teguran bipartisan yang langka terjadi, 129 anggota Partai Republik presiden di Dewan Perwakilan Rakyat bergabung dengan Demokrat untuk secara resmi mengecam langkah tersebut dalam sebuah pemungutan suara pada hari Rabu.
Baca Juga
Advertisement
Ketua DPR AS Nancy Pelosi juga mengadakan pertemuan yang emosional dengan Presiden Trump tentang masalah ini, yang menyebabkannya dan Pemimpin Minoritas Senat Charles Schumer meninggalkan ruangan.
Pelosi dan Trump, keduanya kemudian saling menuduh memiliki "kehancuran".
Para pemimpin Republik mengatakan perilaku Pelosi "tidak pantas", dan mengkritiknya karena bersifat "menyerbu".
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Serangan Turki-Suriah
Sebelumnya pada hari Rabu, Presiden Trump mengatakan AS tidak boleh ikut campur dalam operasi militer Turki di Suriah karena itu "bukan perbatasan kami", dan menyebut bekas sekutu AS itu Kurdi "bukan malaikat".
Turki melancarkan serangan di bagian utara Suriah seminggu yang lalu untuk mendorong kembali anggota milisi Kurdi Suriah dari perbatasan yang disebut Unit Perlindungan Rakyat (YPG). Selain itu, mereka juga bermaksud menciptakan "zona aman" di sepanjang sisi perbatasan Suriah, di mana dua juta Pengungsi Suriah dapat dimukimkan kembali.
Pasukan yang dipimpin Kurdi telah menjadi sekutu penting AS dalam perang melawan kelompok Negara Islam (IS) di Suriah dan ada kekhawatiran destabilisasi dapat menyebabkan meningkatnya aksi terorisme.
Advertisement