PLN Jamin Jakarta Tak Mati Lampu Saat Pelantikan Presiden

PLN akan lakukan penambahan daya untuk memastikan tidak ada mati lampu saat pelantikan Presiden.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Okt 2019, 18:30 WIB
Geladi kotor pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Ma'ruf Amin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Jumat (18/10/2019). Menurut Sekretaris Jenderal MPR Ma'ruf Cahyono, persiapan acara pelantikan sudah hampir maksimal. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Plt. Dirut PT PLN (Persero) Sripeni Inten Cahyani berjanji keadaan listrik di DKI Jakarta akan aman selama pelantikan presiden pada Minggu, 20 Oktober 2019. Ia pun sudah mengarahkan jajarannya untuk bersiaga.

"Kami menyatakan bahwa H-2 sampai pelantikan dan sampai pelantikan kabinet itu kami siaga. DKI ini menjadi suatu daerah prioritas pertama dalam siaga ini, juga daerah-daerah yang lain. Jadi Insha Allah kita akan bekerja semaksimal mungkin," tegas Sripeni pada Jumat (20/10/2019) di Kantor Pusat PLN, Jakarta.

Sripeni memastikan akan ada tambahan daya. Namun, ia belum mendetail berapa tambahan tersebut.

"Ada (tambahan daya). Itu sudah kita siapakan semua. Untuk Jakarta, pengamanan berlapis-lapis dari sisi kesiapan listriknya," ucap Sripeni.

Menjelang akhir tahun 2019, Sripeni memegaskan bahwa PLN akan terus mengejar target elektrifikasi 99,99 persen di seluruh Indonesia. Saat ini, elektrifikasi nasional sudah di level 98 persen.

Tahun depan, target PLN adalah 100 persen di seluruh wilayah. Sripeni optimistis itu bisa tercapai lewat inovasi dari energi-energi terbarukan beserta teknologinya.

Rasio elektrifikasi 100 persen juga akan menjadi persembahan PLN untuk ulang tahun Indonesia.

"Target kita adalah 99,99 persen di tahun 2019 ini. Tahun 2020 menjadi 100 persen, pas Indonesia berumur 75 tahun," ujar Sripeni.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


PLN Targetkan Rasio Elektrifikasi Papua Capai 99,9 Persen di 2020

Petugas PLN memasang listrik di rumah warga di Desa Parauto, Nabire, Papua Barat. (Vina A. Muliana/Liputan6.com)Petugas PLN memasang listrik di rumah warga di Desa Parauto, Nabire, Papua. (Vina A. Muliana/Liputan6.com)

Beragam strategi telah disiapkan PT PLN (Persero) untuk meningkatkan rasio elektrifikasi (RE) khususnya Papua, karena di Papua Barat rasioelektrifikasinya lebih tinggi dari Papua.

“Sebagai bagian dari NKRI, wilayah Papua juga harus terang. Dengan demikian jika nanti Papua sudah seluruhnya terang, maka berarti program Papua Terang di 2018 sudah mengacu untuk menjadikan Indonesia Terang” kata Executive Vice President Pengembangan Regional Maluku-Papua PT PLN, Eman Prijono Wasito Adi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (8/10/2019).

Menurut dia, agar wilayah Papua bisa mengejar ketertinggalan dari provinsi lainnya dalam hal tingkat elektrifikasi, diperlukan programpercepatan penerangan di wilayah tersebut.

“Untuk menjadikan tahun 2020 Rasio Desa Berlistrik (RDB) di Papua menjadi 100 persen, PT PLN telah merencanakan lebih dari 899 desa dengan jumlah rumah yang akan dilistriki sekitar 63.930, di Papua dan Papua Barat,” papar Eman.

Dia juga menjelaskan kalau hingga saat ini di Papua dan Papua Baratsudah ada 111 sistem kelistrikan yang terdiri dari 16 sistem kelistrikanbesar (di atas 2 MW) dan 95 sistem kelistrikan kecil untuk yangkapasitasnya di bawah 2 MW. Dengan sistem kelistrikan itu, di Papua dan Papua Barat sudah terdapatdaya mampu sebanyak 327,65 MW sedangkan beban puncaknya hanyasekitar 280,88 MW.

Sedangkan tingkat rasio elektrifikasi PLN sampai dengan Agustus 2019 di kedua provinsi itu kini mencapai 57,93 persen yang berasal dari tingkatelektrifikasi di Papua sebanyak 48,3 persen dan Papua Barat 91,50 persen. PLN berencana pada 2020 Rasio Elektrifikasi di Provinsi Papua dan Papua Barat sudah 99,9 persen.

Sementara saat ini Rasio Elektrifikasi PLN atau tingkat pemasangan listrik di Indonesia, per September 2019 sudah mencapai 98,86 persen. Upaya meningkatkan rasio elektrifikasi di Papua, diakui Eman masihterhambat oleh masalah geografis berupa lokasi desa yang berjauhandan minimnya jalur tranportasi darat dan laut.

Agar bisa mencapai rasio elektrifikasi lebih tinggi lagi, Emanmenjelaskan kalau PLN tidak bisa berjalan sendirian. Itu sebabnya kamijuga bekerja sama dengan sejumlah instansi lainnya yakni KementerianESDM, termasuk juga dalam bentuk CSR baik dari perusahaan dan jugapartisipasi dari pemerintah daerah.

“Berdasarkan survei yang dilakukan melalui program EPT thun 2018,ada salah satu perangkat dalam rangka pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang ditawarkan, yakni Tabung Listrik (Talis), alat penyimpanan energi (energy storage) yang juga berfungsi seperti powerbank, digunakan untuk melistriki rumah,” ucap Eman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya