Liputan6.com, Ho Chi Minh City - Tran Phan Thanh Hai, 18, menderita polio yang menyebabkan kelumpuhan dan skoliosis. Meski demikian, ia mampu menimba ilmu di HCM City University of Science tanpa harus mengikuti ujian nasional sewaktu SMA.
Kelumpuhannya bermula sejak Phan Hai berumur empat tahun. Ia yang baru bisa berjalan, terjatuh dan tak dapat bangkit lagi. Sejak saat itu dirinya ta lagi bisa berjalan lagi.
Setelah diperiksa, ia diagnosa menderita astrofi otot yang disebabkan oleh polio sehingga tubuhnya tidak tumbuh dengan sempurna. Pan Hai hanya memiliki tinggi satu meter dengan berat badan 30 kg.
Tangannya juga lemah, membuatnya tidak dapat bepergian dengan kursi roda sendiri, sehingga ia harus bergantung pada ibunya.
Meskipun menjadi penyandang disabilitas, ia membuktikan diri bisa menyelesaikan pendidikannya. Di tengah kekurangannya, ia tidak pernah menyerah dan terus berjuang.
Terbukti setelah 12 tahun bersekolah, ia selalu menjadi murid teladan dan berprestasi.
Advertisement
Dikutip dari AsiaOne, Sabtu (19/10/2019), selama tiga tahun sekolah di SMA Marie Curie di HCM City. Ia bahkan sering memenangkan penghargaan sekolah mulai dari tingkat nasional hingga kota.
Salah satunya, ia mendapatkan juara ketiga dalam kompetisi sains dan teknologi nasional untuk siswa SMA dengan merencang robot yang diperuntukan bagi penyandang disabilitas.
"Robot ini digunakan untuk mendukung orang yang disabilitas dan pasien yang menjalani perawatan lama. Berkat perekaman suara dan gambar serta transfer data melalui internet, robot ini dapat membantu pasien melanjutkan studi dan bekerja," katanya.
Membuat Robot Sejak SMP
Saat duduk di bangku SMP, Pan Hai menyadari bahwa ibunya selalu membantu aktivitas sehari-sehari. Semangat Pan Hai untuk membuat robot bermula sejak kelas delapan.
"Seorang guru di sekolah memberikan saya sebuah buku tentang elektronik, setelah membacanya membuat saya terpesona dengan desain robot dalam buku itu," Jelas Pan Hai.
Sejak saat itu, Pan Hai meneliti dan menciptakan sistem penguncian internal yang secara otomatis membuka pintu dengan ponsel. Hanya nomor telepon sudah terinstal yang dapat terhubung dengan sistem.
Tahun 2015 ia memenangkan dua kejuaraan dengan memperkenalkan sistem ini. Ia mendapatkan hadiah keduanya dalam Kompetisi Kreatif untuk Remaja dan hadiah hiburan di Kompetisi Pemuda Nasional.
Pan Hai memiliki impian membuat robot untuk membantu orang yang kekurangan fisik dalam melakukan aktivias.
"Saya menggunakan laptop dalam merancang program untuk robot yang saya inginkan. Robot ini tidak hanya membantu saya tetapi juga membantu orang disabilitas lainnya. Lebih dari siapa pun, saya memahami kesulitan yang dimiliki oleh orang-orang tersebut. Itu sebabnya saya ingin melakukan sesuatu untuk membantu diri sendiri dan orang difabel," katanya.
Advertisement
Phan Hai Membuat Ibunya Bangga
Ibunya merasa bangga dengan Pan Hai. Meskipun memiliki kekurangan fisik, tetapi ia penuh tekad dan pantang menyerah.
Ibunya sangat mendukung dalam hal pembuatan robot ini. Mulai dari membantu dalam mempersiapkan alat eloktronik untuk pembuatan robot hingga bergadang menemaninya dalam menyelesaikan proyek ini.
"Meskipun ada banyak kesulitan, saya akan selalu mendukungnya, sehingga dia dapat mewujudkan mimpinya," katanya Ibunya.
Reporter : Yuliasna