3 Hal yang Dilakukan Prabowo untuk Yakinkan Gerindra Gabung ke Koalisi Jokowi

Usai pertemuan tertutup, Prabowo mengaku siap jika Gerindra memang diperlukan untuk mendukung pemerintah.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 20 Okt 2019, 12:35 WIB
Presiden Joko Widodo tertawa saat menerima Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019). Dalam pertemuan tersebut mereka membahas permasalahan bangsa dan koalisi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sinyal Partai Gerindra bergabung ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin menjadi salah satu menteri di Kabinet Kerja Jilid II semakin kuat.

Hal tersebut setelah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertemu di Istana pada Jumat, 10 Oktober 2019 lalu.

Pada pertemuan empat mata itu, keduanya berbicara peluang Partai Gerindra bergabung dengan pemerintah.

Usai pertemuan tertutup, Prabowo mengaku siap jika Gerindra memang diperlukan untuk mendukung pemerintah. Menurutnya, setelah bertarung di Pemilu, kepentingan bangsa di atas segalanya.

"Jika kami diperlukan kami siap membantu. Kalau diperlukan kami siap, kami akan beri gagasan," ujar Prabowo.

Untuk bergabung ke koalisi Jokowi, Prabowo pun harus meyakinkan para kader partainya. Hal itu dikarenakan ada beberapa kader Gerindra yang menolak bergabung ke koalisi Jokowi.

Berikut hal-hal yang dilakukan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk meyakinkan kadernya:

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ceritakan Kisah Pemimpin 3 Negara

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (dua kiri) saat menghadiri Kongres V PDIP di Bali, Kamis (8/8/2019). Prabowo ditemani Waketum Gerindra Edhy Prabowo dan Sugiono saat menghadiri Kongres PDIP. (Liputan6.com/JohanTallo)

Sandiaga Uno mengungkap cerita Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto meyakinkan kader Gerindra yang menolak bergabung dengan lingkaran Presiden Jokowi.

Prabowo menceritakan tiga kisah pemimpin dunia dari tiga negara yang berbeda. Kisah itu memiliki satu pesan bahwa dua tokoh besar yang bersaing dapat bersatu karena kesamaan visi untuk membangun negara.

Pertama, adalah kisah Abraham Lincoln dan William Seward. Seward yang tidak menyukai Lincoln sampai mengatainya monyet, bisa diterima Lincoln untuk menjadi bagian dari kabinet.

Bahkan Lincoln memberikan jabatan orang ketiga terkuat di Amerika. Sandiaga mengatakan jawaban Lincoln membuka mata pendukungnya dan Seward.

"Ada satu hal yang tidak bisa dibantahkan dua dari kita memiliki kecintaan luar biasa kepada united states of America dan karena kecintaan kepada USA dan saya butuh masukan bukan asal bapak senang, dari bukan orang yang memberikan masukan yang ingin saya dengar, saya butuh Anda sebagai orang terdekat dengan saya," kata Sandiaga mengulang cerita Prabowo, di Hambalang, Rabu, 17 Oktober 2019.

Kedua, adalah cerita dari Jepang antara Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu. Sandiaga bilang kedua panglima perang itu siap perang. Namun, akhirnya bertemu dan bersatu karena kecintaan terhadap negara dan menghindari keterbelahan.

"Dan menghindari keterbelahan kenapa kita enggak sepakat untuk tidak berperang besok. Selesaikan dalam bentuk perundingan," kata Sandiaga.

Cerita terakhir adalah kisah pendiri Republik Rakyat Tiongkok Mao Zedong dengan Deng Xao Ping. Kisah pertikaian kedua tokoh di masa lalu tidak dihiraukan untuk melihat masa depan.

"Mao bilang jangan-jangan bicarakan masa lalu. Deng juga setuju jangan bicarakan masa lalu. Kita melihat ke depan RRT yang kuat," ujar Sandiaga.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu bilang kisah itu menyimpulkan pemikiran Prabowo agar mengedepankan cinta bangsa dan NKRI. Serta melihat ke depan dan menghindari perpecahan. Hal tersebut disampaikan kepada kader Gerindra dalam Rapimnas.

"Hindari perpecahan. Cinta keutuhan dan cinta NKRI. Dengan begitu plong dan jelas posisi Gerindra. Jangan spekulasi. Jangan ikut arahan gendang arahan media. Keputusan ada di tangan Presiden. Jadi kita jangan juga membebani dia. Dia akan ambil keputusan dengan ketenangan jiwa," pungkas Sandiaga.

 


Akan Tetap Kritis

Presiden Joko Widodo bersalaman dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019). Dalam pertemuan tersebut mereka membahas permasalahan bangsa dan koalisi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mengingatkan bahaya oligarki saat semua partai politik akhirnya berada dalam satu lingkaran kekuasaan.

Prabowo mengingatkan supaya para kader Gerindra terutama di parlemen tetap menjaga kepentingan rakyat.

"Karena meskipun semua partai bergabung, Pak Prabowo ingatkan tentang bahaya oligarki. Jangan sampai para elite bersatu tapi kemudian melupakan akar rumput atau rakyat di bawah yang tertinggal," kata Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani.

Gerindra, kata dia, akan tetap mengedepankan kepentingan rakyat meski telah sepakat mendukung pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin lima tahun ke depan. Caranya dengan tetap menjaga mitra kritis.

"Kita tetap berpikir kritis meskipun kita sepakat mendukung pemerintah," tukas Muzani.

 


Tunjuk Edhy Prabowo Jadi Calon Menteri

Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo akan segera menindaklanjuti informasi terkait adanya kelompok tani yang menolak masuk asuransi

Walau belum mengumumkan bergabung ke koalisi Jokowi, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menunjuk Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo sebagai kandidat calon menteri Presiden Jokowi periode kedua.

Hal tersebut diakui langsung oleh Edhy Prabowo.

"Bahwa siapa, ada nama saya disebut, saya juga mengucapkan Alhamdulillah, bersyukur, karena saya termasuk yang ditunjuk. Tapi sekali lagi teman-teman saya tidak mau GR karena saya juga tahu, kemampuan saya juga mungkin belum luar biasa, saya tidak merasa saya hebat," kata Edhy di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 17 Oktober 2019.

Dia mengaku tidak pernah meminta-minta jabatan kepada Prabowo. Edhy mengatakan, bakal mengikuti sepenuhnya tugas yang diamanahkan oleh Prabowo.

"Kalau kemudian Pak Prabowo menugaskan saya, secara prinsip ya namanya tugas ya kami harus jalankan. Enak enggak enak kan harus tetap dijalankan," tegas Edhy.

 

Reporter : Syifa Hanifah

Sumber  : Merdeka

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya