Tim SAR Gabungan Evakuasi 4 Pendaki Terjebak Kebakaran Gunung Ranti

Kantor SAR Surabaya menerima informasi ada empat pendaki yang terjebak di Gunung Ranti kabupaten Banyuwangi akibat kebakaran hutan, Sabtu, 19 Oktober 2019, sekitar pukul 21.45 WIB.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 20 Okt 2019, 18:00 WIB
Tim SAR gabungan evakuasi sejumlah pendaki yang terjebak kebakaran di Gunung Ranti, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Kantor SAR Surabaya menerima informasi ada empat pendaki yang terjebak di Gunung Ranti kabupaten Banyuwangi akibat kebakaran hutan, Sabtu, 19 Oktober 2019, sekitar pukul 21.45 WIB.

Tim Rescuer Pos SAR Banyuwangi diterjunkan saat itu juga yakni pada pukul 22.00 untuk menuju lokasi kejadian. Beruntungnya, tim dapat berkomunikasi dengan salah satu survivor yang menyebutkan titik lokasi mereka dan menjelaskan semua survivor dalam keadaan sehat tetapi tidak bisa kemanapun karena akses jalan tertutup akibat kebakaran. Keempat survivor adalah Lisa, Azza, Haidar, dan Fajar.

Akses cukup sulit, tim Pos SAR Jember pun turut diberangkatkan ke lokasi Gunung Ranti, tepatnya menuju titik kumpul SRU yakni Pos Paltuding pada Minggu (20/10/2019) pukul 02.00 dini hari. Sayangnya, tim harus menghentikan pencarian disebabkan badai yang terjadi sekitar pukul 03.30 WIB. 

Tim SAR kembali mencari pada pagi harinya setelah keadaan cuaca mendukung. Keempat survivor kemudian berhasil ditemukan oleh tim SAR gabungan dalam keadaan selamat pada pukul 09.30 WIB. Keempat survivor kemudian mulai dievakuasi ke posko utama Paltuding. 

"Yang memudahkan pencarian ini karena kami masih bisa berkomunikasi dengan salah satu survivor untuk memantau kondisi dan lokasi mereka. Kami bersyukur keempatnya dalam keadaan selamat," ujar Adhiar, salah satu tim rescuer dari Pos SAR Banyuwangi.

Tim SAR Gabungan yang turut serta dalam operasi pencarian ini adalah Pos SAR Banyuwangi, Pos SAR Jember, BPBD Banyuwangi, Polsek Licin, Kodim Banyuwangi, BSI Banyuwangi, Serdadu Alam, dan Polisi Hutan. 

"Berkat kerja sama seluruh tim, kami bisa melakukan pencarian dengan maksimal" ujar Adhiar. S

ampai berita ini diturunkan, tim SAR gabungan beserta empat survivor dalam perjalanan menuju Posko utama Paltuding. 

 

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pemprov Jatim Minta Bantuan BNBP Padamkan Kebakaran Gunung Arjuno

Pemadaman kebakaran hutan di Gunung Arjuno butuh dukungan water bombing atau bom air dari udara (BPBD Kota Batu)

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta bantuan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membantu menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gunung Arjuno dan Welirang menggunakan pemadaman dari udara melalui water bombing.

"Kami sudah mengirim surat dan berkoordinasi langsung dengan Kepala BNPB untuk meminta bantuan water bombing, karena area terdampak karhutla cukup curam," ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Senin (14/10/19).

Selain menuju ke titik lokasi cukup berat dan hanya bisa ditempuh berjalan kaki sekitar lima jam, di kawasan karhutla Gunung Arjuno yang terbakar cuacanya kurang mendukung, ditambah angin sangat kencang, dilansir dari Antara.

Gubernur Khofifah juga menyampaikan upaya pemadaman kebakaran di Gunung Arjuno dengan cara manual sudah dilakukan, namun dengan ketinggian dan tebing curam hingga kemiringan 60 derajat, ditambah angin kencang, maka pemadaman selama empat hari terakhir tak membuahkan hasil.

"Untuk efektivitas serta efisiensi dan mencegah karhutla semakin meluas, maka teknik water bombing ini sangat mendesak dan diperlukan," ucap gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.

Menurut dia, upaya pemadaman karhutla di Gunung Arjuno dan Welirang terus dilakukan karena di wilayah tersebut merupakan kawasan konservasi yang berfungsi melindungi sistem penyangga kehidupan, pengawetan dan tempat tinggal keanekaragaman jenis tumbuhan mau pun satwa.

Akibat karhutla ini, kata dia, beberapa tumbuhan dan satwa mulai terancam, seperti cemara gunung, pohon manisrejo, edelweis, macan tutul, rusa serta elang jawa.

Berdasarkan catatannya, pada periode Agustus sampai Oktober 2019, sudah tercatat 28 kali kasus kebakaran hutan dan lahan dengan kategori cukup parah.

Karena itulah, lanjut dia, bila tidak segera ditangani akan terjadi kerusakan pada ekosistem hutan pegunungan yang bisa menyebabkan banjir dan tanah longsor di musim hujan yang diperkirakan tidak lama lagi.

Sementara itu, penanganan karhutla Gunung Arjuno-Welirang dilakukan lintas kabupaten, terlebih salah prosedur dilakukannya water bombing dan untuk penanganan darurat harus diterbitkan surat pernyataan tanggap darurat bencana kebakaran hutan oleh beberapa pemkab setempat.

Dalam upaya pemadaman melalui water bombing ini Pemprov Jatim melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim juga berkoordinasi dengan Polda Jatim serta Kodam V/Brawijaya.

"Saya mengajak seluruh masyarakat Jatim untuk bersama-sama mendoakan saudara kita para relawan dan TNI/Polri yang saat ini terus berupaya keras memadamkan karhutla di Jatim. Semoga mereka semua diberikan keselamatan dan kelancaran, serta mendapat ridho dari Allah SWT," tuturnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya