Pemimpin Hong Kong Minta Maaf ke Masjid Kowloon Usai Insiden Polisi Semprot Air

Pemimpin Hong Kong minta maaf pada pemimpin Muslim usai insiden polisi semprot demonstran depan Masjid Kowloon dengan meriam air.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Okt 2019, 15:10 WIB
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam (AFP/Anthony Wallace)

Liputan6.com, Hong Kong - Pejabat Hong Kong minta maaf pada pemimpin Muslim pada Senin (21/10/2019). Maaf itu terakit insiden polisi antihuru-hara menyemprotkan demonstran di gerbang masjid dengan meriam air.

Mereka melakukan itu saat mencoba membubarkan demonstrasi pro-demokrasi di kota semiotonom China itu. 

Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam serta kepala kepolisian mengunjungi Masjid Kowloon. Mereka menyatakan maaf dan menyesal pada pemimpin komunitas Muslim dan imam setempat, seperti dilansir miamiherald.com.  

Sekretaris kehormatan Dana Komunitas Islam Hong Kong, Saeed Uddin menuturkan perihal upaya permintaan maaf pihak pejabat Hong Kong. 

"Masjid kami tidak rusak, tidak ada yang salah. Satu-satunya masalah adalah mereka seharusnya tidak melakukannya. Untuk itu mereka meminta maaf sehingga kami menerimanya," kata Saeed Uddin. 

Menurut Islamic Community Fund yang mengelola lima masjid dan dua kuburan Muslim di kota itu, Hong Kong adalah rumah bagi lebih dari 300.000 Muslim.

Sementara itu, Kepala Imam Masjid, Muhammad Arshad mengatakan permintaan maaf "diterima." Ia juga berharap komunitas Islam dapat terus hidup di Hong Kong dengan damai, seperti dilansir financialpost.com

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Insiden Penyemprotan Air

Demonstrasi Hong Kong (20/10). (Source: AP/Mark Schiefelbein)

Sebelumnya, ratusan ribu pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong kembali melakukan demonstrasi pada Minggu 20 Oktober. Mereka menentang larangan berkumpul walaupun sebelumnya telah dibubarkan dengan gas air mata dari polisi dan meriam air.

Dilansir dari Washington Post, Senin (21/10/2019), sebuah meriam air dari polisi yang diisi dengan pewarna biru mengecam pengunjuk rasa di sepanjang jalan utama di Kowloon. Akibatnya, hal ini juga menimpa sekelompok demonstran dan penjaga di luar masjid Kowloon yang kemudian membuat mereka sesak nafas dan muntah. 

Para pengunjuk rasa merusak tempat usaha yang dianggap mendukung Beijing. Mereka melemparkan bom molotov ke kantor polisi, membakar barikade dan menghancurkan stasiun kereta bawah tanah secara anarkis seperti yang telah terjadi beberapa bulan terakhir. 

Jumlah peserta unjuk rasa yang membludak, diperkirakan mencapai 350.000 orang termasuk keluarga, anak-anak dan orang tua, semakin menunjukkan gerakan pertahanan yang kuat dalam menghadapi pemerintah dan kepolisian. 

Demonstran telah memenuhi jalan di daerah Kowloon, yang menjadi pusat perbelanjaan dan hotel-hotel internasional. Beberapa dari mereka juga turut mengibarkan bendera Catalonia sebagai bentuk solidaritas atas protes kemerdekaan di wilayah Spanyol itu.

Berbeda dengan demonstrasi sebelumnya, ketegangan lebih terasa pada demo kali ini lantaran bentrokan terjadi di siang hari. Bahkan saat menjelang sore, aksi saling serang terjadi dari kedua pihak. 

Kali ini, para demonstran juga menunjukkan peningkatan karena mereka berhasil menggunakan alat-alat listrik untuk mengebor pagar ke permukaan jalan, sebagai barikade kuat untuk menahan polisi.


Unjuk Rasa Lanjutan

Siaran televisi dari Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, saat mengumumkan pencabutan RUU Ekstradisi. (AP)

Kerusuhan pada Minggu terjadi setelah pidato kebijakan tahunan Pemimpin Hong Kong pekan lalu. Hal itu adalah Carrie Lam yang didukung Beijing berusaha meredakan ketegangan dengan langkah-langkah untuk mengatasi kekurangan perumahan yang kronis. 

Pemimpin Hong Kong juga sudah berjanji untuk menarik RUU ekstradisi Tiongkok yang memicu kerusuhan. Meski demikian, sejauh ini ia menolak tuntutan pemrotes yang lainnya. 

Dikutip dari financialpost.com, protes menimbulkan tantangan terbesar bagi Presiden Cina, Xi Jinping sejak ia mengambil alih kekuasaan. China membantah telah mengikis kebebasan Hong Kong. 

Sementara itu, para pengunjuk rasa sedang merencanakan demonstrasi di sebuah pusat perbelanjaan di distrik Yuen Long utara mulai jam 7 malam pada Senin. Hal itu untuk menandai tiga bulan sejak aktivis diserang oleh massa di daerah tersebut.

Pada malam 21 Juli, lebih dari 100 orang menyerbu stasiun Yuen Long dan menyerang para demonstran, pejalan kaki, serta jurnalis demokrasi. 

Operator metro MTR Corp mengatakan akan menutup stasiun Yuen Long pada jam 2 malam menjelang protes yang direncanakan.

Beberapa pintu masuk dan keluar kereta bawah tanah juga akan ditutup. Serta, seluruh jaringan akan ditutup pada pukul 10 malam atau dua jam lebih awal, untuk memberikan waktu bagi perbaikan fasilitas. 

 

Reporter: Hugo Dimas

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya