Liputan6.com, Bandung - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, masih berstatus Waspada atau Level II. Berdasarkan analisa pengamatan visual dan instrumental menunjukkan aktivitas vulkanik gunung tersebut masih relatif tinggi.
"Perlu diwaspadai potensi erupsi yang mungkin terjadi dengan intensitas kecil, dan sebaran material letusan yang membahayakan keselamatan jiwa hanya terbatas di sekitar kawah," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani di Bandung, Senin (21/10/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, Gunung Anak Krakatau diturunkan statusnya dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada) pada 25 Maret 2019. Hingga saat ini, menurut Kasbani, gunung yang berada di Selat Sunda itu aktivitas vulkanisnya masif fluktuatif.
"Mengacu pada potensi ancaman bahaya terkini serta berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumen tak hingga 21 Oktober 2019, maka status Gunung Anak Krakatau masih Waspada," ujar Kasbani.
Terkait status tersebut, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat atau pengunjung tidak beraktivitas mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer dari kawah aktif.
"Berdasarkan data pemantauan visual, erupsi di Gunung Anak Krakatau masih terjadi dengan menghasilkan kolom abu berwarna putih hingga kelabu dan tebal sekitar 100-300 meter dari dasar kawah," kata Kasbani.
Sedangkan dari sisi kegempaan selama periode 1-20 Oktober 2019, terekam gempa letusan, embusan serta gempa-gempa vulkanik dan getaran tremor menerus. Hal itu disebabkan adanya suplai magma dan aktivitas vulkanik serta pelepasan fluida ke permukaan.
Simak video pilihan di bawah ini: