Kisah Mahasiswa Kedokteran Gigi Dibesarkan Ayah Pengidap Down Syndrome

Mahasiswa jurusan kedokteran gigi ini jadi contoh anak dengan salah seorang orangtua pengidap down syndrome bisa punya kondisi normal.

oleh Putu Elmira diperbarui 27 Okt 2019, 03:03 WIB
Sader merangkul ayahnya yang penderita sindrom down (dok Instagram @saderissa/https://www.instagram.com/p/BzxowNyFp9_/Ossid Duha Jussas Salma)

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Sader Issa, mahasiswa jurusan Dokter Gigi Universitas Hama Suriah yang jadi bukti nyata kasih seorang ayah. Bagaimana tidak, di tengah kondisi mengidap down syndromeia membesarkan putranya sampai sekarang tengah menempuh pendidikan tinggi.

Melansir dari Metro UK, Minggu, 20 Oktober 2019, Jad, ayah Sader, memiliki tiga salinan kromosom 21. Kendati demikian, Jad tetap bekerja di sebuah pabrik gandum.

Di tengah keterbatasan, semua orang mengenal kebaikan Jad, di mana ia tidak pernah meminta imbalan atas apa yang dilakukannya. Walau jadi penderita down syndrome, ia juga tidak pernah putus memberi perhatian pada anaknya.

"Saya bangga dengan ayah saya. Beliau memberi saya dukungan terbesar," kata Sader dalam sebuah forum Syrian Society dor Social Development.

"Saya yakin, ketika matanya mengekspresikan kegembiraan dan kepuasan, pasti dalam hatinya mengatakan bahwa dirinya adalah penderita down syndrome yang mampu mengantar anak lelakinyajadi seorang dokter," tambahnya.

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Risiko Down Syndrome

Sader duduk bersama kedua orangtuanya (dok Instagram @saderissa/https://www.instagram.com/p/B0Gygy6FeMa/Ossid Duha Jussas Salma)

Salah satu orangtua terkena down syndrome membuat adanya kemungkinan 35 hingga 50 persen anak mereka mewarisi kondisi tersebut. Beruntung, Sader tidak mengalami cacat fisik atau mental.

Maka dari itu, kisah Sader ini spesial dan jadi inspirasi banyak orang. Keluarga mereka memberi harapan pada para penderita down syndrome bahwa kemungkinan memiliki anak dengan kondisi berbeda itu sangat mungkin.

Kebanyakan orang penderita down syndrome tercatat cukup sering mengalami keguguran. Ada pula kemungkinan bayi yang dikandung perempuan mengidap down syndrome lahir secara prematur atau membutuhkan operasi caesar.

Karenanya, kebanyakan pengidap down syndrome memilih tidak memiliki anak atau tidak aktif secara seksual.

Tapi, ibu dari Sader sangat mensyukuri kondisi keluarganya, bahkan ia sangat mencintai Jad dalam kondisi seperti itu. "Mereka menikah karena intelektual mereka cocok satu sama lain dan mereka orang yang sangat sederhana dan peduli orang lain," kata Sader.

(Ossid Duha Jussas Salma)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya