Liputan6.com, Banjarnegara - Angin monsun Australia benar-benar memorakporandakan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Angin kencang ini menyebabkan ratusan rumah dan fasilitas umum rusak. Angin ini diduga juga memicu kebakaran hutan.
Hingga Selasa, warga dan relawan masih kewalahan menghadapi amukan si jago merah. Terpaan angin kencang membuat nyala api begitu besar dan sulit didekati.
Seribuan lebih warga dan relawan dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan di kawasan ini. Namun, api tak kunjung bisa dipadamkan.
Baca Juga
Advertisement
Manajer Bisnis Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur, Sugito mengatakan relawan pemadam kebakaran masih kesulitan memadamkan api lantaran skala kebakaran cukup luas. Tiupan angin kencang menyebabkan api begitu berbahaya.
"Masalahnya adalah di Dieng itu, ada angin kencang. Jadi ada pohon roboh, rumah-rumah juga rusak. Itu memicu melebarnya api dengan sangat cepat," katanya, Selasa.
Terpaan angin juga menyebabkan api begitu cepat menyebar. Sejak terdeteksi pada Minggu malam, hingga Selasa luas kebakaran sudah lebih dari 30 hektare.
Lantaran berbahaya, warga dan relawan dilarang memadamkan kebakaran hutan pada malam hari. Dalam kondisi angin kencang, relawan juga dilarang mendekati titik api yang cenderung berkobar besar.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Mata Air dan Kerusakan Vegetasi di Gunung Petarangan
Pada Senin malam, Perhutani bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri dan warga berkoordinasi untuk penanganan kebakaran hari ini. Salah satu upaya pemadaman adalah dengan membuat sekat bakar.
"Nah, hari ini, tadi malam, dikumpulkan banyak sekali, warga masyarakat, pemuda-pemuda di Batur juga," dia mengungkapkan.
Kebakaran juga sangat sulit dikendalikan lantaran wilayah yang terbakar masih asri dan belum pernah terbakar. Sebab itu, tumpukan cabang, ranting dan daun kering menumpuk cukup tebal dan sangat mudah terbakar.
Gunung Petarangan bukan sekadar bukit di Pegunungan Dieng. Dari Gunung Petarangan, setidaknya warga di dua desa Kecamatan Batur, Banjarnegara, memanfaatkan airnya.
Air itu dimanfaatkan untuk pertanian dan sumber air bersih. Dipastikan, sumber air warga rusak. Pasalnya, air itu disalurkan dengan pipa-pipa berkilometer menembus hutan.
"Yang pasti suplai air untuk warga, baik untuk pertanian dan sumber air bersih keluarga terganggu," dia mengungkapkan.
Sugito mengemukakan, kebakaran terjadi di hutan lindung dan hutan produksi. Vegetasinya beragam, mulai pinus hingga kayu-kayu keras hutan.
Hingga saat ini, belum dihitung potensi kerugian akibat kebakaran ini. Namun, kemungkinan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.
"Ini kan belum bisa dipadamkan. Nanti, tim lapangan dari pemangku setempat yang akan menghitungnya," dia menerangkan.
Advertisement