Liputan6.com, Jakarta - Film Hustlers yang menghebohkan itu konon mengendap cukup lama di Lembaga Sensor Film. Dari desas-desus yang kami dengar, sejumlah adegan Hustlers dibabat karena memperlihatkan adegan penari erotis dengan baju tak keruan.
Lebih dari lima menit adegan Hustlers digunting. Saat menonton Hustlers, masih ada “bumbu penyedap” berupa diburamkannya area dada para penari di panggung kelab malam dan ruang ganti.
Di ruang ganti itu para penari erotis bicara soal pacar posesif hingga pacar baru bernama (maaf) dildo.
Baca Juga
Advertisement
Menilik orang-orang di belakang layar Hustlers, sejujurnya sangat menjanjikan. Annapurna Pictures dulu membidani lahirnya sejumlah film kelas Oscars seperti The Master, American Hustle, Her, dan Zero Dark Thirty.
Adam McKay yang duduk di kursi produser, pernah menulis skenario The Big Short (2015). Film ini mengantarnya meraih Piala Oscar Penulis Skenario Adaptasi Terbaik.
Adam pula membidani naskah Ant-Man, salah satu jagoan Marvel. Sampai di sini kita paham, mengapa Hustlers digadang-gadang menjadi kontender Oscars 2020.
Kisah Nyata
Hustlers terinspirasi dari kisah nyata yang dipublikasikan di majalah New York berjudul The Hustlers at Scores karya Jessica Pressler. Ini tentang Destiny (Constace) yang menghidupi neneknya (Wai) dengan menjadi perani erotis di kelab malam.
Kali pertama menari, ia hanya dapat 160 dolar AS. Itu pun disunat para petugas kelab malam yang nakal.
Malam itu, Destiny terkesima perfoma Ramona (Jennifer lopez). Ia luwes meliuk di tiang dan lihai menggoda para pria hidung belang. Destiny belajar dari Ramona.
Advertisement
Krisis Ekonomi
Pada 2008, saat AS dihantam krisis ekonomi, para pialang yang jadi tamu tetap kelab menghilang. Ramona, Destiny, dan dua sahabatnya; Annabelle (Lili) dan Marcedes (Keke) membentuk tim untuk menjerat pria hidung belang sampai teler.
Mereka kemudian menguras kartu kredit pelanggan. Ramona, Destiny, Marcedes, dan Annabelle pun hidup makmur. Destiny membesarkan Lily (Scarlett) buah cintanya dengan Johnny (G-Eazy) dalam kemewahan. Ramona pun tinggal di griya tawang berkelas bersama putrinya, Juliette (Emma).
Ramona berambisi membesarkan tim untuk mengeruk lebih banyak uang. Akhirnya, terjadi sebuah pengkhianatan yang menguji pertemanan mereka. Kisah ini disampaikan Destiny kepada seorang jurnalis, Elizabeth (Julia).
Terganggu
Terus terang kami terganggu dengan adegan-adegan buram di layar lebar. Serasa menonton televisi yang diawasi sebuah lembaga. Hustlers lulus untuk 21 tahun ke atas. Label ini tak serta merta membuat Hustlers menjadi tontonan yang utuh. Usai menonton, adegan di panggung kelab malam malah tak membekas.
Kesan pertama usai menonton Hustlers, ini kisah persahabatan mengharukan. Perkara yang bersahabat para penari erotis, itu urusan nanti. Pertemanan dibangun lewat adegan di atap kelab, saat Ramona menawari Destiny bernaung di jaket tebalnya.
Ikatan emosi Destiny dan Ramona adalah magnet utama. Kedua tokoh ini berkembang, khususnya saat Destiny punya anak perempuan. Mereka menyimpulkan, naluri keibuan merupakan gangguan mental. Gara-gara naluri itulah seorang ibu rela melakukan apa saja demi buah hatinya.
Advertisement
Aura Bertebaran
Destiny dan Ramona menjadi penggerak cerita. Di pundak keduanya lah, Hustlers bertumpu. Menyandingkan Constance dan Jennifer Lopez merupakan pilihan tepat. Performa Constance mencapai klimaks justru di adegan wawancara.
Saat kamera membingkai wajahnya, tergambar jelas air mukanya merefleksikan kekecewaan, penyesalan, dan kehilangan. Puncaknya, saat ia menelepon seseorang dan matanya berkaca. Ini kebalikan dari performa Jennifer Lopez yang mentereng bahkan sejak kali pertama muncul di kelab malam.
Begitu muncul, aura Ramona bertebaran di layar. Jennifer mendefinisikan penari erotis di level veteran. Tiang pole-dance dan puntung rokok bak belahan jiwanya. Gayanya relaks. Kentara sekali menikmati profesi penari sekaligus penipu dan siklus pertemanan yang melingkunginya.
Tak seperti Constance yang lama panasnya, Jennifer sejak awal hangat, memanas, lalu “meledak” persis di klimaks cerita. Tak ada air mata menetes, tapi adegan ia memperlihatkan sebuah foto membuat kita paham betapa dalam dan besar effort Ramona dalam pertemanan.
Oscars untuk Jennifer Lopez
Penuturan Hustlers agak kurang lancar. Ini dipicu kilas balik masa lalu berdasarkan fase pertemanan dan tahun-tahunnya. Kadang kilas balik membawa kita ke adegan biasa saja atau membuat kita waswas karena tiba-tiba kondisi menjadi genting.
Beruntung, Hustlers dibekali departemen musik dan lagu mumpuni. Pilihan lagu mewakili fase serta tahun pertemanan sang tokoh utama. Kadang, lagu membangun suasana. Kadang jadi oposisi bagi sebuah adegan. Menebalkan sebuah ironi. Ini terjadi saat “Royals” dari Lorde mengalun.
Pendek kata, Hustlers berkilau berkat performa para penampil, khususnya Jennifer Lopez. Hingga film berakhir, Ramona dengan jalan pikirnya yang unik membekas di benak kami.
Tak terbayang punya sahabat seeksentrik Ramona. Kami tak keberatan jika Oscars tahun depan menghadiahi Jennifer Lopez nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Jika ini terjadi, maka Jennifer Lopez menebus aibnya sendiri sembilan tahun silam, ketika dinominasikan sebagai Aktris Terburuk Dekade Ini oleh Razzie Awards lewat 9 film termasuk Gigli.
(Wayan Diananto)
Advertisement