Suhu Udara di Semarang Tembus 39,4 Derajat Celsius, Ini Kata BMKG

Suhu udara di Kota Semarang mencapai 39,4 derajat Celsius dan kemungkinan bisa meningkat lagi.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2019, 15:00 WIB
Seorang wanita menggunakan payung selama gelombang panas di Jakarta, Selasa (22/10/2019). BMKG memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami panas selama kurang lebih satu minggu ini. Hal ini dikarenakan matahari yang berada dekat dengan jalur khatulistiwa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Semarang - Suhu udara di Kota Semarang mencapai 39,4 derajat Celsius pada Selasa, 22 Oktober, kemarin. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, suhu tersebut merupakan rekor tertinggi di Semarang. 

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Iis Widya Harmoko mengatakan, rekor suhu tertinggi itu terjadi antara pukul 13.00 hingga 15.00 WIB.

Ia menyebut BMKG terus memantau perkembangan suhu udara tinggi yang kemungkinan masih bisa meningkat lagi. Katanya, gerak semu matahari diprakirakan masih menjadi salah satu penyebab naiknya suhu saat siang hari.

Gerak semu tersebut, kata dia, menyebabkan matahari terkadang berada di sebelah utara dan selatan. Saat ini, matahari bergerak ke selatan, berada di atas wilayah Semarang.

"Logikanya kalau matahari semakin dekat maka akan semakin hangat," katanya.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mencatat, suhu udara di Sentani pada Selasa tercatat sebagai yang tertinggi di Provinsi Papua yakni mencapai 33-35 derajat Celsius.

Kepala BMKG Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili, Selasa (22/10/2019) mengatakan, suhu udara tertinggi dialami di Sentani, menyusul Tanah Merah, Timika dan Merauke masing-masing tercatat 33-34 derajat Celsius.

Sedangkan wilayah lainnya yang berada di dataran rendah berkisar 30-32 derajat Celsius dan dataran tinggi atau pegunungan tengah mencapai 24-27 derajat Celsius.

"Namun suhu udara terendah terjadi di Enarotali yang tercatat 15 derajat Celsius," katanya seperti dikutip Antara

Ia menjelaskan kondisi suhu udara di suatu wilayah dipengaruhi beberapa faktor yaitu ketinggian, tutupan lahan dan lintang.

Saat ini, katanya, posisi gerak semu matahari sedang bergerak dari equator menuju belahan bumi bagian selatan, dan diperkirakan kondisi ini dapat menyebabkan suhu udara di Papua terasa lebih hangat dari biasanya karena posisi wilayah yang berada di selatan equator.

Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga akhir Oktober, saat matahari sudah bergerak menjauhi wilayah Papua atau berada di belahan bumi bagian selatan umumnya kondisi suhu kembali normal.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya