Sandiaga: Anak Muda Harus Optimistis Badai Pandemi Akan Berlalu

Menurut Sandiaga sekira 20% penduduk Jabodetabek memiliki berbagai macam masalah kesehatan mental, dari yang ringan sampai yang berat.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jul 2020, 09:10 WIB
Sandiaga Uno saat berkunjung ke kantor Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (8/3). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Salahudin Uno mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak luar biasa dari sisi kesehatan dan ekonomi. Dari sisi psikologis, 70% orang trauma psikologis yang berasal dari berbagai permasalahan sosioekonomi seperti di PHK massal, bisnis bangkrut dan kehilangan penghasilan.

Bahkan, menurut Sandiaga sekira 20% penduduk Jabodetabek memiliki berbagai macam masalah kesehatan mental, dari yang ringan sampai yang berat. Oleh karenanya sangat penting untuk mengenali ciri-cirinya dan cara mengatasinya.

Hal itu disampaikan Sandiaga dalam acara talkshow virtual bertajuk "Sehat Mental di Masa Pandemi" yang digelar Rumah Siap Kerja dan Berkolaborasi dengan Sandiaga Uno.

Acara ini turut menghadirkan pembicara diantaranya Nuniek Tirta, Konselor dan MBTI Trainer, dan Tiara Puspita, Psikolog. Hadir pula secara virtual mahasiswa/i dari Universitas Muhammadiyah Semarang, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Diponegoro dan Universitas Surakarta.

"RSKTalk merupakan satu langkah positif untuk menjaga kesehatan mental kita sendiri. Dengan menghadiri sesi ini, kita menyadari bahwa kondisi ini normal dan kita harus mampu menyikapinya dengan positif," kata Sandiaga mengawali acara, Jumat (17/7/2020).

Menurut Sandiaga, ada lima cara mudah dalam menjaga kesehatan mental selama pandemi. Salah satunya adalah mencari kegiatan untuk distraction seperti olah raga. Sandiaga juga menyebut cara lain seperti reconnecting dengan teman-teman lewat sosial media atau video conferencing untuk mengenang masa-masa bahagia yang pernah dialami.

"Jangan lupa juga perhatikan diri sendiri dan connect to your feelings dan cari cara mudah untuk menyelaraskan emosi. Dan yang paling penting adalah berbaik hati kepada diri sendiri dan orang lain. Karena ini seperti Corona, ini sifatnya menular. Coba bawa positivity untuk memperbaiki keadaan,” jelas Sandi.

Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI) pun berpesan kepada anak-anak muda Indonesia bahwa badai pandemi ini pasti akan berlalu dan meminta mereka untuk tetap optimis dalam menjalani segala cobaan selama pandemi.

"Kita harus yakin bahwa Tuhan tidak akan menguji suatu kaum di luar batas kemampuannya. Be optimistic, kalau kita percaya ini akan berlalu maka kita akan menemukan hari-hari indah setelah ini. Inilah caranya untuk cari makna positif di tengah pandemi ini. Plus jangan lupa olahraga menyeimbangkan kesehatan secara psikis dan fisik,” ujar Sandiaga.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kesehatan Mental

Pakar Kesehatan mental dan kepribadian MBTI, Nuniek Tirta berbagi cara menjaga kesehatan mental selama pandemi dari perspektif kepribadian. Ia berpendapat bahwa self-awareness akan sangat berguna untuk mengetahui kenapa kita bereaksi terhadap suatu masalah. Melalui pandangannya pula, kepribadian yang berbeda juga akan menghadapi masalah yang berbeda.

“Misalnya pada saat crisis pandemi, introvert akan happy-happy aja. Akan tetapi, jika mereka ekstrovert maka mereka akan stress dan cari cara untuk mengkompensasi kenyamanan mereka seperti kontak temen via phone call sana sini,” kata Nuniek.

Selain dikotomi introvert dan ekstrovert, Nuniek juga sempat membahas lebih bagaimana personality sesorang dalam dimensi dari MBTI terpengaruh oleh pandemi sepeti misalnya bagaimana cara seseorang menangkap informasi (Sensing/Intuition), bagaimana seseorang mengambil keputusan (Intuition/Sensing), dan bagaimana mereka menghadapi dunia mereka sendiri (Judging/Perceiving).

“Dengan mempelajari MBTI, kita bisa lebih self-aware tentang kecenderungan, sumber stress yang kita hadapi dan maka dari itu akan lebih mudah untuk kita untuk mengatasi masalah kesehatan mental,” ujar Nuniek.

Selain melalui MBTI, menurut pandangan Nunik, ada pula tiga tahap utama yang bisa kita lakukan dalam menghadapi stress yang bersumber krisis selama pandemic. Pertama, be aware atau sadar akan adanya permasalahan. Langkah kedua adalah, accept, yaitu dengan kita sadar dengan adanya permasalahan maka kita harus menerima faktanya secara realistis dan sebisa mungkin hindari denial. Langkah terakhir dari tahapan preventif terhadap stress adalah beradaptasi sebagai bentuk penerimaan dari keadaan.

“Misalnya dunia sedang menghadapi pandemi, kita harus terima bahwa kita ngga sebebas dulu lagi dan untuk secara damai menyikapinya, kita butuh cara-cara baru misalnya seperti fokus berkegiatan di rumah atau quality time dengan orang-orang yang kita anggap penting,” pungkas Nuniek.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya