Festival Iklim, Ajakan bagi Milenial dan Penyuka Drama Korea Melestarikan Hutan

Para anak muda diharapkan menjadi garda terdepan yang menyuarakan permasalahan lingkungan dan hutan di wilayahnya masing-masing

oleh Henry Hens diperbarui 25 Okt 2019, 11:04 WIB
Diskusi interaktif dengan tema 'Pemuda Milenial Penjaga Hutan di Timur Indonesia' di kantor KLHK di Jakarta. (Liputan6.com/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Hutan di Indonesia Timur menyimpan karbon yang tinggi, dan dapat berkontribusi pada target penurunan emisi Indonesia. Hal itu memerlukan strategi untuk mengoptimalkan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim berdasarkan Nationally Determination Contribution (NDC).

Festival Iklim yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan roadmap NDC sektor lahan yang dapat menjadi dasar dalam menyusun strategi di subnasional atau provinsi.

Pemuda sebagai agen perubahan memiliki potensi besar untuk dapat berkontribusi dalam upaya penurunan emisi. Pemuda diharapkan menjadi garda terdepan yang menyuarakan permasalahan lingkungan dan hutan di wilayahnya masing-masing.

Mereka dapat menggerakkan dukungan publik secara positif, dan selanjutnya berperan aktif dalam permasalahan perubahan iklim. Untuk itu, Yayasan EcoNusa bekerja sama dengan KLHK melalui Direktorat Jenderal Perubahan Iklim (PPI) dan Climate Governance Project (GIZ) menggerakkan pemuda milenial untuk berkontribusi terhadap upaya penurunan emisi.

Salah satunya dilakukan oleh alumnus School of Eco Diplomacy 2018, Alfa Ahoren bersama teman-temannya. Mereka menularkan cinta lingkungan untuk membangkitkan semangat melestarikan hutan dan merawat lingkungan guna menghadapi masalah perubahan iklim

"Kita memberikan penyadaran pada anak-anak muda tentang penyelamatan dan pelestarian lingkungan," terang Alfa dalam diskusi interaktif dengan tema "Pemuda Milenial Penjaga Hutan di Timur Indonesia" di Arborea Cafe di di kantor KLHK, Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2019.

Usaha serupa dengan cara berbeda dilakukan oleh Abdel Gamel Nasser, Koordinator Lingkungan di Forum Komunitas Jayapura. Forum ini terdiri atas himpunan komunitas di Papua yang memiliki berbagai latar belakang,

"Ada sekitar 100 komunitas di forum ini, ada komunitas olahraga dan bahkan ada komunitas penggemar drama Korea juga. Walau beda komunitas, saya suka menyisipkan isu lingkungan dan memprovokasi upaya pelestarian hutan dan lingkungan," jelas Gamel.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Dimulai dari Hal Kecil

Rumah Bakau Jayapura. (dok.Instagram @rumahbakaujayapura/https://www.instagram.com/p/B3_CqvDnDCe/Henry)

Mereka sudah banyak melakukan kegiatan nyata untuk melestarikan lingkungan dan alam, di antaranya aksi bersih-bersih lingkungan dari sampah dan penanaman mangrove. Meski berbagai gerakan cinta lingkungan dan penyelamatan lingkungan dimulai dari hal kecil, Gamel meyakini akan berdampak besar bagi upaya penanganan perubahan iklim dan pelestarian alam, jika dilakukan berkelanjutan dan dalam gerakan yang masif dan menyebar.

Sementara, Direktur Program Yayasan EcoNusa Muhammad Farid mendorong agar gerakan penyelamatan lingkungan dan penanganan perubahan iklim dapat mewabah di masyarakat. Tak harus menunggu lama, karena dampak perubahan iklim saat ini semakin nyata dan akan lebih buruk jika tidak dilakukan apa-apa. Contoh jelasnya adalah cuaca yang makin panas belakangan ini di hampir semua daerah di Indonesia.

"Kita perlu membuat simpul-simpul jaringan di daerah-daerah di seluruh Indonesia untuk gerakan penyelamatan lingkungan," tutur Farid dalam kesempatan yang sama.

Farid juga menuturkan pemuda sebagai agen perubahan yang memiliki kekuatan besar harus digerakkan untuk penyelamatan lingkungan hidup. karena dampak perubahan iklim yang membahayakan masa depan bumi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya