Jakarta - FIFA resmi menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021. Sejarah mencatat Timnas Indonesia pernah berlaga di ajang yang jadi etalase wonderkid seantero jagat.
Pada 1979, Indonesia mendapat tiket ke Piala Dunia U-20 yang berlangsung di Tokyo, Jepang. Namun, Indonesia tidak lolos melalui jalur kualifikasi, melainkan karena alasan politis.
Advertisement
Kala itu, seharusnya juara dan runner-up Piala Asia Junior 1978, Korea Selatan (Korsel) dan Irak, yang berhak lolos, tapi ternyata nasib mujur menimpa Indonesia.
Irak mengundurkan diri, dan Korea Utara yang ditunjuk sebagai pengganti menolak untuk tampil. Indonesia yang gugur di perempat final Piala Asia Junior 1978 akhirnya yang terpilih mengikuti putaran final Piala Dunia U-20 1979 digelar 25 Agustus-7 September silam.
Hasil undian Piala Dunia U-20 1979 menempatkan Indonesia bersama Argentina, Polandia, dan Yugoslavia di Grup B, yang kala itu tergolong sebagai grup neraka.
Pelatih Timnas Indonesia U-20 kala itu Sutjipto Suntoro dan anak-anak asuhannya harus meladeni Argentina yang dipimpin Diego Armando Maradona, sebagai favorit juara. Benar saja, pemain yang akhirnya menjadi legenda sepak bola Argentina itu memporakporandakan pertahanan Indonesia. Argentina menang 5-0 atas Indonesia pada 26 Agustus 1979.
Maradona memborong dua gol, sedangkan tiga gol Argentina lainnya disarangkan Ramon Diaz. Itu juga mengawal rentetan hasil buruk Indonesia lainnya di penyisihan grup Piala Dunia U-20. Menariknya laga tersebut jadi pertemuan gelandang serang Tim Merah-Putih, Zulkarnaen Lubis, yang dijuluki Maradona Asia dengan Maradona asli.
Julukan itu mencuat saat ia membela Krama Yudha Tiga Berlian yang meraih peringkat ketiga di Liga Champions Asia 1985-1986.
Kribo dan Sama-sama Lincah
"Katanya gaya bermain kami mirip. Ditambah lagi rambut saya kribo sama dengan Maradona. Jika Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 1986, mungkin saya lebih tenar dibanding dia," ujar almarhum Zulkarnain setengah berkelakar dalam sebuah wawancara santai dengan Bola.com beberapa tahun silam di Yogyakarta.
"Kami juga beda nasib. Maradona kaya raya usai masa jaya, sementara saya sempat hidup susah," timpalnya.
Ya, selain hampir meloloskan Tim Garuda ke Word Cup, Zulkarnain juga menorehkan cerita sukses mengantarkan Timnas Indonesia ke semifinal Asian Games 1986.
Di Asian Games 1986, timnas tergabung dalam Grup C bersama dengan Saudi Arabia, Qatar, dan Malaysia.
Di laga perdana tim asuhan Bertje Matulapelwa bermain imbang 1-1 menghadapi Qatar. Timnas sempat kalah 0-2 kontra Arab Saudi 0-2, sebelum mengantungi kemenangan tipis 1-0 versus Malaysia.
Timnas Indonesia melaju ke fase knock-out dengan status runner-up grup.
Saat memasuki fase perempat final Timnas Indonesia menjalani duel sulit melawan Uni Emirat Arab. Di waktu normal kedua tim berbagi skor 2-2. Akhirnya, Zulkarnain Lubis cs. menang adu penalti 3-2.
Timnas kemudian bersua Korea Selatan di semifinal. Tanpa ampun Timnas Indonesia tumbang 0-4. Saat perebutan tempat ketiga, Tim Merah-Putih gagal meraih medali perunggu setelah digebuk Kuwait 0-5.
"Kegagalan yang menyakitkan, karena saat itu Timnas Indonesia benar-benar on fire. Om Bertje sukses mengkombinasikan pemain-pemain bintang kompetisi Galatama dan Perserikatan," cerita Zulkarnain.
Advertisement
Rebutan Foto Bareng
Mantan pilar Timnas Indonesia U-20, Bambang Nurdiansyah, bernostalgia soal momen bersua Maradona di Piala Dunia U-20 1979.
“Maradona saat itu sudah bintang dan bergabung di timnas senior. Namun karena usianya masih cukup, dia dibawa pelatih Cesar Luis Menotti belaga di Piala Dunia U-20 1979,” ucap Bambang Nurdiansyah, yang saat itu berposisi sebagai striker Timnas Indonesia U-20.
Para pemain Tim Merah-Putih pun berebutan swa foto dengan sang megabintang. "Saya mengoleksi foto bareng Maradona, namun entah sekarang fotonya ada di mana hilang karena sudah lama kejadiannya. Rekan saya Mundari Karya bahkan masih menyimpan foto dengan Maradona, disimpan di ruang tamu," kata Bambang yang kini menukangi PSIS Semarang itu.
Menurut Bambang, teknik Maradona sudah terlihat di atas rata-rata pemain lain. "Susah menjaga pergerakannya. Tubuhnya tidak tinggi, mirip-mirip dengan pemain kita, cuma skillnya yahud dan amat lincah," ungkap pria yang akrab disapa Banur.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, Timnas Indonesia kembali berkesempatan berlaga di World Cup Junior setelah FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 1979. Momen penting perjalanan sejarah sepak bola Tanah Air.
Disadur dari Bola.com (Ario Yosia, Published 25-10-2019)