Liputan6.com, Jakarta - Setiap 27 Oktober ditetapkan sebagai Hari Listrik Nasional. Tahun ini adalah tahun ke-74 Hari Listrik Nasional dirayakan.
Perayaan ini ditetapkan untuk memicu semangat kerja Perseroan dalam mengaliri listrik seluruh rakyat Indonesia. Tema yang diusung Hari Listrik Nasional 2019 adalah "Keberlanjutan Sektor Ketenagalistrikan dalam Menghadapi Era industri 4.0”.
Tanggal 27 Oktober dipilih sesuai dengan hari Perusahaan Listrik Negra (PLN) terbentuk. Saat itu namanya masih Jawatan Listrik dan Gas.
Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW. Aniem, perusahaan Belanda beroperasi lagi di beberapa kota yang diduduki tentara Belanda pada 1947. Selanjutnya Djawatan listrik dan gas didirikan pada 27 Oktober 1954.
Baca Juga
Advertisement
Pada 1961 mengalami bergantian nama menjadi BPU-PLN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara). Pada saat yang sama, PLN ditetapkan sebagai pengelola tenaga listrik milik negara.
PLN dibentuk oleh oleh pemerintah Indonesia di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga lewat PP No. 1 tahun 1945 oleh presiden Soekarno. Pembentukan ini dilakukan setelah Kantor Listrik dan Gas diambil alih dari Jepang oleh pemuda Indonesia pada September 1945.
Sebelumnya perjalanan listrik di Indonesia tak bisa melupakan peran Belanda. Saat zaman penjajahan, berdiri dan beroperasi perusahaan listrik Nederlandche Indische Electriciteits Maatschappi (NIEM) di Batavia pada 1897. Kemudian berdiri dan beroperasi Algemeen Nederlands Indische Electriciteits Maatschappij (ANIEM) di Surabaya dan kota lainnya pada 1909.
(Kezia Priscilla – Mahasiswa UMN)
*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Rasio Elektrifikasi di Jawa Timur
Sebelumnya rasio elektrifikasi di wilayah Jawa Timur sudah mencapai 98,67 persen dari sebelumnya Juni 2019 sebesar 98,56 persen.
“Alhamdullilah kami sudah beberapa kali nambah seperti Pulau Raas Madura yang kini sudah tersambung, dari potensi 1.500 pelanggan sudah sekitar 1.300 pelanggan yang teraliri,” ujar General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur, Bob Saril, mengutip laman Antara, Rabu 4 September 2019.
Ia menuturkan, rasio elektrifikasi hingga akhir tahun ini secara PLN dan non PLN itu bisa mencapai 99 persen. Semua masyarakat pun bisa menikmati listrik. Akan tetapi, pihaknya mendorong sudah mencapai 100 persen pada akhir 2019.
Saril menuturkan, upaya elektrifikasi di beberapa wilayah kepulauan di Madura sebelumnya sempat mengalami kendala. Ini karena material listrik yang di bawah menggunakan kapal mengalami tenggelam sehingga perlu dianggarkan dan dibeli ulang.
“Ada tiga kepulauan yang hingga kini belum teraliri listrik di Madura. Hal ini karena kapalnya tenggelam dan materialnya tenggelam sehingga harus dibeli ulang. Memang kendala utama adalah cuaca saat itu, selain itu warning dari kesyahbandaran,” ujar dia.
Ia menuturkan, upaya mendorong elektrifikasi 100 persen terus dilakukan PLN UID Jatim, salah satunya melalui bantuan dari Kementerian ESDM dengan memberikan listrik gratis bagi masyarakat miskin untuk dengan total sekitar 3.000 pelanggan.
“Saat ini, yang paling penting (warga miskin) bisa menikmati listrik, dari siapa pun bantuannya,” ujar dia.
Sebelumnya, Saril menuturkan, PLN UID Jatim juga telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Suraya (PLTS) di Madura, untuk mengalirkan listrik di delapan kepulauan wilayah setempat.
Manager PLN Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Jawa Timur, Imam Asrori menuturkan, aliran listrik di delapan kepulauan wilayah Madura kini sudah bisa dinikmati.
Delapan kepulauan itu masing-masing Pulau Pagerungan Kecil, Pulau Tonduk, Pulau Paliyat, Pulau Sabuntan, Pulau Saubi, Pulau Goa-Goa, Pulau Sakala dan Pulau Masakambing.
Advertisement