Kloset Jongkok Versus Kloset Duduk, Mana yang Lebih Baik?

Dilihat dari sisi kesehatan dan sanitasi, mana yang lebih baik antara toilet jongkok dan toilet duduk?

oleh Putu Elmira diperbarui 28 Okt 2019, 18:02 WIB
Ilustrasi toilet. (dok. TOTO/Novi Thedora)

Liputan6.com, Jakarta - Tanpa disadari, toilet sudah menjadi bagian dari kehidupan kita masing-masing. Kenyamanan saat melakukan buang air adalah hal yang senantiasa diperhatikan. Tidak hanya kondisi toilet yang bersih dan wangi, bentuk kloset yang digunakan juga menjadi faktor yang penting.

Terlebih, kloset merupakan salah satu sarang bakteri dan virus dari toilet yang terbesar. Hal ini dikarenakan kotoran dari banyak orang sempat terkumpul di situ.

Menurut laporan dari World Health Organization (WHO) pada 2017, hanya 45 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia yang dapat mengakses sistem manajemen pembuangan yang terstandar baik, seperti persediaan air, sistem penanganan pembuangan dan sanitasi, hingga kesadaran publik dalam penggunaannya.

 

Padahal, perlu disadari bahwa normalnya manusia akan melakukan buang air besar (BAB) setidaknya satu hingga dua kali dalam sehari. Sedangkan untuk buang air kecil (BAK), bisa terjadi lima sampai enam kali, bahkan lebih dalam sehari.

Karenanya, sanitasi dan pemilihan toilet dalam hal pembuangan menjadi hal yang patut diperhatikan dengan seksama. Bentuk kloset yang digunakan akan memengaruhi kesehatan para penggunanya pula.

Selama ini, Indonesia mengenal dua jenis kloset, yakni kloset jongkok dan kloset duduk. Kedua jenis tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apa saja?

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kloset Jongkok

Ilustrasi (iStock)

Toilet atau kloset jongkok sudah digunakan jauh sebelum adanya kloset duduk. Meskipun kini keberadaannya sudah tergerus dengan toilet duduk, masih ada beberapa kalangan masyarakat yang memilih menggunakan toilet jongkok karena dianggap lebih sehat.

Dari rilis yang diterima Liputan6.com, dikatakan secara teori kesehatan dan kajian media, posisi jongkok saat melakukan buang air besar (BAB) memang lebih baik. Posisi otot dan postur tubuh yang dilakukan akan memberikan dorongan alamiah saat proses ekresi sehingga pengeluaran tinja akan lebih cepat dan baik.

Sayangnya, model dari toilet jongkok ini juga akan memberikan keluhan nyeri pada tumit, paha dan pergelangan kaki. Kebutuhan akan keseimbangan saat jongkok menyulitkan orang yang sedang mengalami gangguan pada pergelangan kaki seperti keseleo atau penderita radang sendi.

Selain itu, penggunaan air untuk menyiram kotoran juga tidak bisa dikontrol karena kebanyakan toilet jongkok masih harus menyiram manual. Kadang, penyiraman yang dilakukan akan membuat lantai dan tubuh menjadi basah dan bisa menjadi tempat berkembangnya jamur dengan lebih cepat.

Toilet jongkok akan lebih ramah digunakan oleh orang dewasa karena sudah dapat mengontrol keseimbangan tubuhnya. Sedangkan bagi anak-anak dan orang lanjut usia, tidak disarankan untuk menggunakannya.


Kloset Duduk

(Sumber: Reader's Digest) Kloset dengan tempat duduk bentuk U.

Toilet duduk mulanya berasal dari Eropa dan Amerika. Namun, kini sudah merambah ke seluruh dunia. Biasanya, keberadaan toilet duduk bisa ditemui di tempat-tempat umum seperti mal, stasiun kereta, bandara dan yang lainnya. Namun, kloset yang lebih terkesan mewah dan kokoh dibandingkan dengan yang jongkok juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya adalah desain dari kloset duduk dapat lebih menopang lebih baik untuk setiap bagian tubuh dari kaki, pinggang, pinggul dan badan secara keseluruhan. Lalu, faktor higienitas juga dapat dilakukan lebih maksimal karena proses pembasuhan kemaluan sehabis melakukan pembuangan dapat dilakukan dengan alat.

Sistem penyiramannya juga akan lebih mudah karena pengguna hanya perlu menekan tombol flush dan air akan otomatis keluar. Salah satu perusahaan produsen kloset, Toto Corporation juga mengatakan penggunaan volume air dapat lebih hemat. Mereka menganalogikan bahwa toilet duduk bisa mengurangi penggunaan air dari 10 liter menjadi 4,5 liter.

"Kami yakin 60 persen dari produk kami sangat efisien dalam hal konsumsi air. Perusahaan pun sekarang mengendalikan lebih dari 60 persen pengelolaan limba, karena hal ini dipandang menentukan efektivitas seluruh sistem sanitasi," ujar Hanafi Atmadiredja, President Director Surya Toto Indonesia.

Namun, kekurangan dari toilet duduk adalah harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan toilet jongkok. Selain itu, melansir dari jurnal Digestive Diseases and Sciences, feses yang ada dalam usus besar akan ditekan oleh otot puborectalis sehingga dibutuhkan kontraksi untuk mengeluarkannya. Saat menggunakan kloset duduk, otot bisa saja tidak melakukan kontraksi atau hanya menekan sebagian.

Posisi kloset duduk ini akan lebih ramah digunakan bagi anak-anak, lansia, penderita rematik hingga obesitas. Penggunaannya juga akan membuat kondisi toilet lebih kering sehingga mengurangi tumbuhnya jamur dan bakteri lebih cepat. (Novi Thedora)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya