Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Tiongkok tengah berupaya melarang ekspor pakaian hitam ke Hong Kong dari daratan utama Tiongkok. Melansir dari Says, Kamis, 24 September 2019, upaya ini terkait demo besar-besaran yang masih berlangsung di kawasan istimewa tersebut.
South China Morning Post menuliskan, demo ini sudah berlangsung lebih dari empat bulan. Sejak kali pertama belangsung, demonstan sudah menjadikan hitam sebagai simbol. Representasinya dengan memakai kaus hitam, jins hitam, dan sneakers hitam.
Sudah beberapa bulan sejak barang-barang yang masuk ke Hong Kong pilahannya diperketat. Isu pertama terjadi di bulan Juli 2019 saat beberapa barang, seperti helm kuning, payung kuning, bendera, masker, dan pakaian hitam, terutama yang jenisnya kaus, mulai langka.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa barang yang kemudian jadi isu di bulan September adalah sederet makanan, gas, mesin besar, handuk, drone, wrist band, speaker, bahkan mainan remote-controlled.
Investigasi SCMP menemukan, pelarangan ini mulai dilakukan dengan mengontak sebuah perusahaan besar di Beijing, Tiongkok.
Salah satu pekerja di perusahaan itu menyebut, hanya kaus hitam yang tak boleh didistribusikan ke Hong Kong, sementara warna lain masih diperbolehkan.
Pengiriman ke Hong Kong disebutkan rata-rata terlambat sampai dua hari lamanya.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ganti Warna?
Mengingat kondisi tersebut, tak sedikit orang, tidak termasuk demonstran, yang kemudian mengusungkan opsi ganti warna sebagai simbol protes.
"Bisa berpindah ke warna merah mungkin," tulis salah satu pengguna Twitter.
Beberapa bahkan menyarankan protes dengan demonstan telanjang untuk menunjukkan tuntutan tak terbantahkan. "Supaya mereka tidak ada alasan untuk melarang ini-itu," tutur salah satu warganet.
Advertisement