Cerita Akhir Pekan: Semangat Anak Bangsa Terhadap Jam Tangan Lokal

Seperti apa minat masyarakat Indonesia, terutama anak muda terhadap jam tangan lokal?

oleh Henry Hens diperbarui 26 Okt 2019, 08:31 WIB
Jam tangan Matoa produksi Indonesia. (dok.Instagram @matoa_id/https://www.instagram.com/p/B0IxldPnJu0/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan jam tangan menjadi salah satu tren fashion di dunia modern. Hal ini membuat produsen jam tangan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk yang tidak hanya trendi, namun memiliki unique selling point sehingga membuat pemakainya merasa berbeda dengan yang lainnya.

Antusiasme terhadap jam tangan di Indonesia bisa dibilang cukup besar. Beragam jam tangan mewah dengan berbagai merek internasional memang banyak terlihat di pusat perbelanjaan populer.  Tak hanya jam tangan mewah, arloji kelas menengah hingga harga yang terjangkau juga kerap jadi incaran.

Namun bukan hanya Swis, yang sangat dikenal dengan industri jam tangannya, Indonesia juga punya potensi besar untuk menghasilkan jam tangan berkualitas dan jadi favorit banyak orang.

Beberapa tahun belakangan para pegiat jam tangan lokal semakin serius mewarnai industri arloji di Indonesia. Tak sedikit merek lokal yang bisa menjadi alternatif jam tangan mewah dari luar negeri. Salah satunya adalah Matoa yang cukup unik karena terbuat dari kayu.

Berbeda dengan jam stainless atau karet, jam tangan kayu memiliki keunikan tersendiri, seperti milik Matoa Indonesia. Hadir sejak 2011 di Bandung, Jawa Barat, Matoa Indonesia memang memiliki keunikan tersendiri. Sangat berbeda dengan jam tangan konvensional seperti dari stainless atau karet pada umumnya.

Bahan dasar kayu maple dan ebony Makasar pada jam tangan ini dipadukan dengan desain yang modern, kreatif, dan elegan cocok bagi orang yang ingin tampil beda.  Pengolahan kayu lebih sedikit menghasilkan polusi dibandingkan pengolahan karet, besi, dan plastik. Matoa memanfaatkan limbah kayu terbaik untuk menciptakan sebuah karya yang bermanfaat dan berkelanjutan.

Keunikan jam Matoa tidak hanya di situ, Matoa mengklaim jika perawatannya baik, warna pada jam tangan kayu ini justru dapat berubah lebih bagus seiring berjalannya waktu. 

Beberapa bulan lalu, mereka meluncurkan Matoa Singo yang sangat bersejarah, karena menjadi jam tangan kayu pertama yang memiliki fitur tahan air.  Lalu bagaimana perkembangan Matoa selama delapan tahun ini, apakah makin diminati penyuka jam tangan di Indonesia?

"Sebagai pelopor jam tangan kayu di Indonesia, kita tak punya saingan selama beberapa tahun sejak kita berdiri. Tapi setelah itu mulai banyak produsen jam tangan lokal yang mengikuti jejak kita. Pasarnya jadi makin ramai, tapi kita masih jadi yang terdepan, jam tangan kayu tetap identik dengan Matoa," terang Yanuar Ilmawan Susanto selaku Public Relation & Promotion Officer Matoa pada Liputan6.com, Jumat, 25 Oktober 2019.

"Kita sendiri memang mengincar pasar anak muda dan usia produktif baik pria maupun wanita dari 19 sampai 35 tahun, tapi banyak juga yang di bawah 19 tahun dan diatas 35 tahun yang menyukai produk-produk kita. Secara bentuk dan desain produk kita termasuk unisex, cocok untuk pria maupun wanita," sambungnya.

Yanuar menambahkan, perkembangan jam tangan lokal sudah semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir.  Meski sudah punya banyak saingan, Matoa tetap antusias dan optimis bisa terus berkembang dan dikenal luas.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Inovasi dan Kreativitas

Jam tangan NAM Watch produksi Indonesia. (dok.Instagram @namwatches/https://www.instagram.com/p/BxeRNBuB9As/Henry)

"Kita malah senang karena pasarnya semakin ramai, ini jadi bukti produk dalam negeri nggak kalah sama buatan luar negeri. Bahkan banyak anak muda yang lebih suka produk lokal, terutama dari faktor harga yang lebih terjangkau dan desain yang lebih unik," tutur Yanuar. 

Matoa yang bermarkas di Bandung sudah mempunyai sejumlah gerai di berbagai daerah di Indonesia. Mereka juga melayani pembelian secara online di laman resmi mereka. Bahkan sudah banyak yang membeli secara online dari luar Indonesia. Untuk menghadapi persaingan yang semakin sengit, baik dari sesama brand lokal maupun brand luar negeri, Matoa akan terus melakukan sejumlah inovasi.

"Kunci utamanya adalah inovasi dan kreativitas. Kalau kita terus melakukan dua hal itu, peluang kita jadi yang terdepan semakin besar," ucap Yanuar.  Selain itu memanfaatkan promosi melalui media sosial juga tak kalah penting, terutama untuk menggaet pasar generasi milenial.

Ke depannya, mereka akan melebarkan sayap dengan menjual produk di luar negeri. Matoa juga sedang membuat inovasi dengan membuat jam tangan yang bisa dipakai di dalam air dalam waktu lama.

Tak hanya Matoa, sekarang ini sudah banyak jam tangan lokal yang makin berkembang dan diminati.  Misalnya saja NAM Watch yang diproduksi PT Naga Abadi Manufaktur. 

Dikembangkan oleh Akbari Faisal sebagai Direktur Utaa dan M Audi Vialdo sebagai Direktur Pemasaran PT Naga Abadi Manufaktur, NAM Watch sudah memproduksi beragam jam tangan dengan berbagai tipe seperti Krakatoa, Toba, dan Mahameru. Mahameru merupakan seri automatic pertama mereka karena sebelumnya Krakatoa dan Toba merupakan jam tangan seri Quartz.

Selain Akbari dan Audi, founder NAM Watch lainnya adalah Putra, Greg, dan Amir.  Menurut Audi saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 25 Oktober 2019, mereka mendesain jam tangan ini dengan sangat mendetil dan melewati proses quality control yang ketat.

"Dengan kualitas serupa, merek lain bisa menjual jam ini lebih dari Rp15 juta. Tapi produk kami seperti Mahameru hanya sekiatr Rp3 jutaan. Sedangkan Krakatoa dan Toba, kita jual dengan harga Rp1 jutaan," jelas Audi.

Seperti halnya Matoa, mereka optimis jam tangan lokal akan semakin diterima di negeri sendiri terutama dengan mengincar pasar anak muda atau milenial. Promosi melalui media sosial dengan beragam promosi dan hal-hal kreatif lainnya, juga sangat penting perannya dalam memperkenalkan sekaligus mempopulerkan produk mereka.


Bagian dari Fashion

Caren Delano jadi Brand Ambassador perhiasan, USB Gold, di Plaza Senayan, Selasa 20 Februari 2018. (Photographer: Daniel Kampua/Bintang.com)

Ke depannya, NAM Watch akan terus memproduksi lini produk yang ada saat ini dan mencoba untuk berkolaborasi dengan fashion brand lokal. Mereka ingin menunjukkan bahwa merek Indonesia siap bersaing dengan merek mancanegara.

Hal itu mendapat dukungan dari pengamat fashion sekaligus fashion stylist Caren Delano. Menurut Caren, jam tangan sebagai bagian dari fashion saat ini masih banyak digemari dan masih menjadi fashion item wajib bagi sebagian besar orang Indonesia.

Belakangan ini fungsi jam sebagai penanda waktu memang sudah bisa digantikan ponsel atau gawai yang sudah menjadi barang yang wajib dimiliki hampir semua orang. Meski begitu, fungsi jam tangan sebagai aksesori dan fashion tetap belum bisa tergantikan.

"Saya sendiri kalau datang ke berbagai acara selalu pakai jam tangan. Memang sudah ada ponsel buat melihat waktu, tapi jam tangan tetap masih penting karena merupakan bagian dari fashion yang bisa melengkapi penampilan kita," tutur Caren saat ditemui di sebuah acara di kawasan Senayan Jakarta Pusat, Jumat, 25 Oktober 2019.

Pria yang kerap menjadi komentator program musik di Indosiar ini juga mengamati perkembangan jam tangan lokal yang menurutnya sudah semakin marak dan kreatif.

"Banyak produk jam tangan lokal yang bagus dan kreatif, seperti jam tangan kayu, itu nggak kalah sama produk luar negeri, kita pun bangga bisa memakai produk lokal yang bagus dan berkualitas," ucapnya lagi.

Caren optimis produk lokal seperti jam tangan bisa lebih berkembang lagi kalau ditunjang promosi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak termasuk pemerintah. Dengan begitu produk anak bangsa bisa semakin dikenal dan disukai tak hanya di Indonesia tapi juga sampai ke luar negeri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya