Liputan6.com, Moskow - Guna mengakhiri perang di Afghanistan, sejumlah negara kembali menggaungkan kembali negosiasi antara Amerika Serikat dan Taliban untuk mencapai kesepakatan.
Mengutip VOA Indonesia, Sabtu (26/10/2019), Rusia, China, dan Pakistan yang kini tengah menyerukan perihal tersebut.
Advertisement
Presiden Donald Trump pada awal September tiba-tiba menghentikan dialog dengan Taliban yang telah berjalan selama setahun penuh, setelah terjadi serangkaian serangan pemberontak yang mematikan di ibukota Afghanistan, Kabul, yang juga mengakibatkan kematian seorang tentara Amerika.
Pada Jumat 25 Oktober 2019, Moskow menjamu kepala perunding Amerika Zalmay Khalilzad, bersama dengan perwakilan China dan Pakistan untuk meninjau upaya bersama guna mencapai penyelesaian berkelanjutan secara politik dan diplomatik di negara yang dilanda perang itu.
Dikatakan bahwa para peserta menyatakan bahwa bahwa semua pihak akan menghormati gencatan senjata, selama berlangsung negosiasi antar pihak-pihak terkait di Afghanistan.
Pernyataan itu juga menyerukan agar pemerintah Afghanistan dan Taliban melepaskan "sejumlah besar tahanan pada awal negosiasi intra-Afghanistan."
Muhammad Aejaz, kepala delegasi Pakistan, mengirim cuitan di Twitter setelah pertemuan itu bahwa para peserta “berharap dan sepakat untuk mempercepat resolusi damai mengenai isu paling awal melalui proses perdamaian yang dimiliki dan didipimpin sendiri oleh Afghanistan."
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Taliban: AS Merugi Telah Batalkan Negosiasi Perdamaian
Merespons pembatalan sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap negosiasi lanjutan perdamaian AS-Taliban, kelompok gerilyawan asal Afghanistan itu menyebut bahwa "Amerika-lah yang paling merugi" dari keputusan tersebut.
Sebelumnya, Presiden Trump pada Sabtu 7 September 2019, mentwit telah membatalkan rencana pertemuan "diam-diam" antara AS, Taliban, dan pemerintah Afghanistan di Camp David, Maryland yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu 8 September.
Trump mengatakan, pembatalan itu dilakukan karena Taliban mengakui telah berada di balik serangan terbaru di Ibu Kota Kabul pada Kamis pekan lalu, yang menewaskan seorang tentara AS.
Merespons keputusan Trump, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menuduh AS kurang memiliki kedewasaan dan pengalaman, setelah menarik diri dari perundingan karena satu insiden.
Mujahid juga mengatakan bahwa AS "akan sangat merugi" telah membatalkan negosiasi lanjutan, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (9/9/2019).
Dalam langkah tak terduga, Trump sempat mengatur untuk bertemu dengan para pemimpin senior Taliban dan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Camp David, Maryland.
Rangkaian pertemuan itu sempat diperkirakan akan berlangsung terpisah, karena Taliban terus menolak bernegosiasi dengan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, menuduhnya sebagai boneka AS.
Advertisement