Liputan6.com, Jakarta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terus berupaya mendorong penyempurnaan atas integrasi antarmoda melalui program Jak Lingko. Tiga moda transportasi yang menjadi andalan Ibu Kota yakni Transjakarta, Moda Raya Teradu (MRT), dan Lintas Rel Terpadu (LRT).
Untuk LRT, Jakarta telah menjalani masa uji publik dan diperkirakan bisa segera dioperasikan komersil secara masif. Sebab, kereta ini sudah memenuhi kelayakan pengangkutan penumpang. Selama uji publik 11 Juni-13 Oktober 2019, LRT telah melayani 798.000 penumpang.
Advertisement
LRT adalah suatu moda layanan transportasi penumpang yang beroperasi di atas rel ringan. Kendati kecepatan rata-ratanya sekitar 50 Km/jam, LRT Jakarta dapat mencapai kecepatan maksimum hingga 90 Km/jam.
Kereta LRT Jakarta merupakan buatan Hyundai Rotem dari Korea Selatan yang memiliki kelebihan, yakni menggunakan sistem articulated bogie.
Teknologi yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia ini memungkinkan kereta dapat melaju dengan aman dan luwes, mengikuti kontur jalur trek di tikungan tajam.
Selain nyaman dan berstandar internasional, LRT diklaim dapat menghemat waktu berkisar 13-15 menit perjalanan dari Kelapa Gading, Jakarta Utara ke Stasiun Velodrome, Jakarta Timur.
Bila dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui skybridge dari Stasiun Velodrome menuju Halte Pemuda Rawamangun, kemudian diteruskan dengan naik bus TransJakarta ke Halte Dukuh Atas, akan memakan waktu sekitar 40 menit. Jadi bila diakumulasikan, total waktu perjalanan dengan integrasi LRT Jakarta dan bus Transjakarta dari Kelapa Gading sampai Dukuh Atas berkisar 55-60 menit.
Sejak 11 Juni 2019, LRT Jakarta diuji coba secara gratis melewati enam stasiun, yaitu Pegangsaan Dua, Pulomas, Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Equestrian, serta Velodrome. Sejak 11 Juni-13 Oktober 2019, LRT Jakarta telah melayani 798.000 penumpang. LRT Jakarta beroperasi pukul 06.00-22.00 WIB pada Senin-Jumat dan 07.00-23.00 WIB pada Sabtu-Minggu.
LRT Jakarta diperkirakan baru akan diresmikan pada akhir 2019. Gubernur Anies mengatakan, diundurnya peresmian LRT hanya persoalan administrasi. Anies mengaku sudah berkomunikasi dengan BUMD pelaksana pembangunan LRT yakni PT Jakarta Propertindo (Jakpro) serta Dinas Perhubungan (Dishub).
Menurutnya, berdasarkan pembicaraan itu persyaratan administrasi memang membutuhkan waktu. "Ini masalah prinsip good governance supaya di kemudian hari tak ada masalah," ujar Anies.
Anies menjelaskan, tata laksana pemerintahan yang baik atau good governance dalam setiap membangun infrastruktur sangat diperlukan. Sebab, proyek LRT Jakarta memiliki investasi dengan nilai besar.
"Harus diselesaikan semua masalahnya sebelum beroperasi, itu yang sedang dibereskan. Kalau menurut mereka (Dishub dan Jakpro), mereka berjanji menyelesaikan itu sebelum akhir tahun," kata Anies.
Kesan Naik LRT, Nyaman dan Cepat
Dari hasil uji coba yang dikuti Liputan6.com, perjalanan LRT terasa sangat nyaman dengan maksimal 628 penumpang di setiap rangkaiannya. Laju LRT pun sangat cepat tanpa goncangan sedikitpun.
Jika penumpang menaiki LRT dari Stasiun Velodrome, hanya butuh 8 menit untuk menuju Stasiun Bouluvard Utara, Kelapa Gading.
Fasilitas yang ditawarkan PT LRT Jakarta di antaranya toilet yang bersih dan tempat ibadah (mushola) yang nyaman.
Sementara itu, warga Jakarta Selatan, Ferdi Saputra (20) yang ikut dalam uji coba itu mengaku puas dengan pelayanan LRT. Menurut dia, moda transportasi ini sangat tepat untuk menghindari kemacetan.
"Naik LRT nyaman banget keretanya bagus, enggak ada kekurangannya sama sekali. cocok banget untuk yang mau ngindarin kemacetan Jakarta" Kata Ferdi.
Sementara, Heni (40) mengaku telah menjajal LRT Jakarta dua kali dan menikmati betul perjalanan menggunakan transportasi massal baru dengan rute stasiun Kelapa Gading-Velodrom ini.
Salah satu aspek yang membuatnya senang adalah LRT Jakarta yang bersih dan nyaman.
"Senang banget, karena bagus, bersih, enggak kotor. Orangnya ramah-ramah. Kita bangga sekarang sudah ada di LRT di Jakarta, sudah seperti negara-negara maju. Semoga bisa di-maintain ke depan, keamanan dan kebersihannya," ujar dia kepada Liputan6.com.
"Oh iya, saya ini sudah dua kali mencoba dengan anak saya ini," dia menambahkan.
Adapula Andre (17) yang ikut mencoba LRT pertama di Indonesia ini. Menurut dia, kehadiran LRT Jakarta memudahkan perjalanan mereka, karena ke depannya juga akan terintegrasi dengan moda transportasi umum lain, seperti TransJakarta dan MRT Jakarta.
"Senang sekali, soalnya kan sudah lama juga ya ini enggak jadi-jadi. Pertama kali coba experienced-nya bagus, bersih juga. Moga terjaga terus kaya gini," ungkap dia.
Ada enam stasiun yang digunakan untuk naik dan turun penumpang. Yaitu Stasiun Pegangsaan Dua, Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Polumas, Equestrian, dan Velodrome. Jarak dari Stasiun Pegangsaan Dua sampai Stasiun Velodrome hanya sejauh 5,8 Km.
Kereta LRT menjadi pilihan baru sekaligus jawaban bagi warga Jakarta Timur dan Jakarta Utara yang ingin mengunjungi Jakarta Pusat dengan nyaman dan cepat. Segala fasilitas kelas Internasional pun terus disiapkan sambil menunggu beroperasinya LRT.
Kadishub DKI Syafrin Liputo menjelaskan, untuk Ibu Kota dibutuhkan angkutan massal agar warga mudah bergerak. Oleh karena itu, Pemprov DKI juga berencana memperkuat rute Jakarta Timur dan Jakarta Barat dengan LRT.
"Jangka pendek ini yang bisa didorong adalah LRT. Sebelumnya pergerakan masyarakat itu yang disiapkan adalah fasilitasnya. Sekarang yang disiapkan untuk mobilitas kendaraan itu orangnya yang bergerak, sehingga dibutuhkan angkutan massal agar orang mudah bergerak," katanya.
Adapun untuk sistem pembayaran, Syafrin menjelaskan setelah LRT resmi beroperasikan akan menerapkan sistem cashless atau uang elektronik.
Ia pun berharap dengan uang elektronik, harapannya bisa dilakukan efisiensi dan efektivitas pergerakan masyarakat (mengurangi antrian),
"Selain itu juga untuk mendorong terjadinya integrasi sistem pembayaran secara menyeluruh dalam layanan transportasi,” jelas Syafrin.
Tarif LRT Flat Rp 5000
PT LRT Jakarta, anak perusahaan dari PT Jakarta Propertindo (JAKPRO) telah mengumumkan tarif untuk moda transportasi Lintas Rel Terpadu Jakarta atau LRT Jakarta sebesar Rp 5 ribu. Tarif tersebut flat atau datar yang artinya jauh maupun dekat tetap pada tarif yang sama.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, ketetapan flat tarif tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 34 Tahun 2019 tentang Tarif Angkutan Perkeretaapian Mass Rapid Transit dan Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit.
Muhamad Arya (25), warga jalan Layur, Rawamangun mengatakan, besaran tarif LRT terhitung murah. Terlebih tarif tersebut diberlakukan flat atau datar.
"Ya hitungannya murah seh. Udah gitu cepat juga kan. Ya LRT solusi juga, banyak pilihan jadinya kalau mau pergi-pergi," kata Arya kepada Liputan6.com, Sabtu (26/10/2019).
Namun dia meminta, agar pihak Pemprov atau pihak terkait dan juga warga Jakarta khususnya untuk sama-sama menjaga. Menurut dia, seringkali masih banyak warga yang usil melakukan tindakan vandalisme dengan mencoret-coret.
"Ya harapan saya, kalau sudah beroperasi normal sama-sama dijaga dah. Biar tetep kelihatan baru dan nyaman buat pergi-pergi," imbuh dia.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengusulkan kepada DPRD DKI tarif untuk light rail transit (LRT) rute Kelapa Gading-Velodrome, Pemprov DKI mengusulkan tarif Rp 6.000.
"Usulan Pemprov melalui suratnya Pak Gubernur, untuk MRT tarifnya sebesar Rp 10.000 dan LRT sebesar Rp 6.000, rata-rata," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, M Abas, dalam rapat bersama Komisi C Bidang Keuangan DPRD DKI Jakarta.
Abas menjelaskan, tarif keekonomian untuk MRT Jakarta sebenarnya Rp 31.659 per penumpang, sementara tarif keekonomian untuk LRT Jakarta, yakni Rp 41.655. Oleh karena itu, Pemprov DKI menggelontorkan subsidi dari APBD agar tarif dapat diturunkan.
Abas menyebut jumlah subsidi untuk MRT Jakarta yakni Rp 21.659 per penumpang. Sementara subsidi per penumpang untuk LRT Jakarta yakni Rp 35.655.
Sementara estimasi jumlah penumpang pada 2019 untuk MRT Jakarta adalag 65.000 per hari, dan untuk LRT Jakarta yakni 14.255 penumpang per hari. Dengan demikian, jumlah subsidi yang dibutuhkan yakni Rp 572 miliar untuk MRT dan Rp 327 miliar untuk LRT.
(*)